Selasa, 24 Agustus 2010

Sex Dewasa Kenalakan Remaja Jilbab Perawan

Cerita Sex Dewasa Kenalakan Remaja Jilbab Perawan









Cerita Sex ini merupakan sebuah cerita dewasa yang kesannya sangat natural banget dan gagasannya sanget menarik dan nakal kalau dibaca dari awal pasti akan seru banget! cerita sex dewasa ini dikirimkan oleh seorang member situs ini yang minta nama dan identitasnya dirahasiakan ok kita langsung aja ke ceritanya : Meskipun awalnya ragu, akhirnya Pertiwi mau juga masuk ke rumah Muhris. Dadanya berdegup kencang karena ini adalah kali pertama ia main ke rumah teman prianya. Kamu tentu tahu Madrasah ‘Aliyah tempat mereka berdua bersekolah melarang hubungan lawan jenis seperti ini. Seperti halnya perintah tegas Sekolah kepada setiap siswi untuk mengenakan jilbab.

Tapi Pertiwi tak bisa menolak ajakan teman yang ia sukai itu. Dua tahun sudah mereka saling mengenal, sejak keduanya sama-sama duduk di bangku kelas satu. Dan perasaan suka itu muncul di hati Pertiwi tak lama setelah pertemuan pertamanya. Kalau tidak karena Muhris memberi sinyal yang sama, Pertiwi tentu sudah melupakan perasaannya. Tapi cowok itu terus saja bersikap spesial kepadanya, hingga cinta jarak jauh mereka terjalin erat meski tanpa kontak fisik.

Lalu tiga bulan yang lalu saat menjelang Ujian Akhir Sekolah. Kelas pria dan wanita yang biasanya terpisah mulai digabung di beberapa kesempatan karena alasan peningkatan intensitas pelajaran. Siswa putra duduk di barisan depan, sedang yang putri di bagian belakang. Tapi Muhris duduk di barisan putra paling belakang sedang Pertiwi di barisan putri paling depan. Maka tak ayal Muhris berada tepat di depan Pertiwi. Dan itulah awal kontak terdekat yang terjadi pada mereka. Biasalah… Awalnya pura-pura pinjam alat tulis, tanya buku, ini… itu… Tapi senyuman makin sering tertukar dan kontak batin terjalin dengan pasti. Kadang ada alasan bagi keduanya untuk tidak keluar buru-buru saat istirahat, hingga ada masa singkat ketika mereka hanya berdua di dalam kelas; tanya-tanya pelajaran—alasan basi yang paling disukai setiap orang.

Dua bulan lebih dari cukup untuk memupuk rasa cinta. Meski pacaran adalah terlarang, dan keduanya belum pernah saling mengutarakan cinta, tapi semua teman mereka tahu keduanya adalah sepasang kekasih. Hubungan cinta yang unik di jaman yang serba bebas ini. Dan Pertiwi begitu menikmati perasaannya. Setiap waktu teramat berharga. Sekilas tatapan serta seulas senyuman selalu menjadi bagian yang menyenangkan. Lalu cinta mulai berkembang saat kenakalan muncul perlahan-lahan. Pertiwi sempat ragu saat Muhris memintanya untuk datang ke Mall M sepulang sekolah sore itu. Sejuta perasaan bahagia membuncah di hati Pertiwi, bercampur dengan rasa takut dan kegugupan yang luar biasa. Ia nyaris pulang lagi saat sore itu ia berdiri di pintu Mall untuk bertemu dengan Muhris. Tapi cowok itu keburu melihatnya hingga ia tak dapat menghindar lagi. Ia tahu bahwa dirinya salah tingkah selama kencan pertama mereka.

Malamnya Pertiwi tak bisa tidur. Membayangkan tentang betapa menyenangkannya kencan mereka, saat untuk pertama kalinya Muhris menggenggam tangannya selama berkeliling melihat-lihat banyak hal. Seluruh tubuhnya terasa panas dingin. Muhris bahkan membelikan sebuah hadiah berupa kalung mutiara yang sangat mahal untuk ukuran dirinya. Untaian mutiara itu sangat indah, putih memancarkan kilau yang terang. Cowok itu berkata, “Walaupun aku tak akan dapat melihatmu mengenakan kalung itu, kuharap kamu mau tetap mengenakannya.” Dan tentu saja ia senantiasa mengenakan kalung mutiara itu.

Satu bulan itu dihiasi dengan kencan sembunyi-sembunyi yang sangat mendebarkan. Seperti bermain kucing-kucingan dengan semua orang yang Pertiwi kenal. Kalau ada satu saja orang yang tahu Pertiwi berduaan dengan seorang pria di Mall, maka Pertiwi tak dapat membayangkan petaka apa yang akan menimpanya. Tapi berhenti dari melakukan itu ia yakini lebih mengerikan daripada terus menjalaninya. Karena, di sore itu, di satu sudut yang sepi di dalam Mall, tiba-tiba saja Muhris mencium pipinya dengan cepat tanpa mengatakan apapun juga. Hanya sekilas, dan Muhris membuat seolah-olah itu tak pernah terjadi. Tapi pengaruhnya sangat besar pada diri Pertiwi. Karena seluruh perasaannya bergemuruh dan membuncah. Bercampur aduk hingga ia hanya bisa diam saja seperti orang bodoh. Sisa sore itu berlalu tanpa ada dialog apapun, karena Pertiwi tahu wajah putihnya telah berubah semerah udang rebus. Meninggalkan kesan terindah yang terbawa ke dalam mimpi bermalam-malam sesudahnya.

Tiga hari sejak peristiwa itu Pertiwi selalu berusaha menghindar dari Muhris. Ia merasa malu, bingung dan takut. Bagaimanapun juga satu sisi perasaannya masih memiliki keyakinan bahwa cinta mereka mulai melewati batas. Tapi ia belum tahu cara kerja nafsu. Karena ketika akhirnya mereka bertemu kembali, Pertiwi tak bisa menolak saat di banyak kesempatan Muhris mencium pipinya berkali-kali; kanan dan kiri. Bahkan, saat Muhris semakin nakal dengan meremas tangannya, memeluk tubuhnya dan mencium bibirnya (meski semua itu dilakukan Muhris tak lebih dari lima detik saja), Pertiwi hanya terpana dan sangat menikmati semuanya. Sebelum berpisah, Muhris berbisik pelan kepadanya, “Kamu mau, kan, main ke rumah esok sore?”
Anehnya, seperti seorang yang terhipnotis, Pertiwi mengangguk…
Maka, sore itu, dengan mengenakan gamis bercorak ceria khas remaja dengan hiasan renda bunga melati, dipadukan dengan jilbab pink yang disemati bros berbentuk kupu-kupu, juga sebuah tas jinjing dari kain kanvas, Pertiwi duduk di sofa ruang tamu di rumah Muhris. Menunggu kekasihnya mengambilkan dua gelas jeruk dingin dan sepiring buah-buahan segar. Matanya menatap ke sekeliling ruangan dan mendapatkan kesan yang sangat menyenangkan.

Kesan itu didapat, sebagian karena bagaimanapun ini adalah rumah orang yang ia cintai, dan sebagiannya lagi karena pemiliknya memiliki cukup banyak uang untuk menata dengan demikian indahnya. Pertiwi tak tahu banyak soal dekorasi, tapi sesungguhnya rumah itu memang didesain dengan nuansa klasik yang sesuai dengan alam pegunungan tempat rumah itu berdiri. Perabotan, dari mulai lampu-lampu, tempat duduk, meja, lukisan-lukisan serta berbagai hal didominasi oleh corak bambu dan kayu asli. Sementara dedaunan dan tanaman hijau—bercampur antara imitasi dan buatan—menghiasi sudut-sudut yang tepat. Air terjun buatan dibangun di samping ruang tamu, dengan cahaya matahari yang hangat menyinari dari kaca jendela samping. Wilayah itu ditutup oleh kaca bening yang dialiri air dari atas, sehingga mengesankan suasana hujan yang indah dan menimbulkan bunyi gemericik air yang terdengar menyenangkan.

Lukisan pedesaan dipasang di satu sudut yang tepat bagi pandangan mata, dengan gaya naturalis hingga setiap detail nampak sangat jelas. Seperti sebuah foto namun memancarkan aura magis yang lebih kentara. Pertiwi sempat terpana dengan semuanya, dengan kesejukan yang melingkupi seluruh dirinya, sampai ia tak sadar kalau Muhris telah duduk di sebelahnya, sedang menata gelas dan piring-piring.
“Maaf, ya… Seadanya. Habisnya Umi lagi ke Bandung ikut seminar, nemenin Abi…”
Pertiwi tersipu malu. Ia berasal dari keluarga yang lebih sederhana, sehingga rasa mindernya muncul saat mendapati rumah yang demikian besar dan mewah ini ternyata milik pacarnya.
“Nggak apa-apa, Ris. Pertiwi seneng, kok…” Pertiwi merasakan suaranya tercekat di tenggorokan.
Sore itu Pertiwi lalui dengan sangat menyenangkan. Ngobrol berdua, bercanda, tertawa, nonton film, main game PS hingga makan malam. Pertiwi baru tahu bahwa ternyata Muhris bisa memasak. Pintar malah. Kelezatan rasanya melebihi masakan yang pernah ia buat. Dengan malu ia mengakui itu di hadapan kekasihnya, yang membalasnya dengan ciuman pipi kanan yang lembut.
“Aku tetep cinta kamu, kok…”

Perlu diketahui bahwa Pertiwi saat itu berusia 16 tahun dan memiliki tubuh yang mulai matang sebagai seorang gadis. Posturnya juga tinggi dengan wajah manis yang terkesan keibuan. Tapi percayalah bahwa ia sangat polos, lebih polos dari gadis SD di kota besar yang telah mahir urusan peluk dan cium. Desa tempat ia tinggal sangat jauh dari arus informasi dan pengaruh buruk ibukota. Maka ia tak menaruh prasangka apapun saat Muhris mengajaknya menginap di rumahnya malam itu. Memang ini urusan yang tabu di desanya, tapi kepolosan Pertiwi membuatnya yakin bahwa Muhris tak akan melakukan hal buruk terhadapnya. Sehingga, pilihan berbohong ia lakukan agar bisa berduaan terus dengan kekasihnya. Ia telah bilang pada orang rumah bahwa ia akan menginap di rumah Ririn. Ia tahu orang tuanya tak akan curiga, karena hal itu biasa ia lakukan di waktu-waktu ujian sekolah. Apalagi menjelang Ujian Akhir seperti sekarang.

Suasana malam sangat sunyi dan suara jengkerik telah berganti dengan burung malam. Tak berapa lama rintik hujan mulai turun, dan Pertiwi tak menyadarinya sampai hujan itu berubah jadi deras. Sangat deras, karena di musim penghujan seperti ini hal seperti itu selalu saja terjadi. Kalau tidak karena suasana cinta yang tengah meliputinya, Pertiwi tak akan betah di rumah orang dalam situasi seperti itu.
O, iya… Sebetulnya Pertiwi dan Muhris tidak benar-benar berdua di rumah, karena ada Hana, adik perempuan Muhris yang sekarang duduk di bangku kelas 1 SMP. Makanya Pertiwi tidak terlalu merasa sungkan, karena ia bisa bermain dengan Hana juga di sepanjang sore dan malam itu. Muhrislah yang agak kerepotan karena harus meminta Hana agar berjanji tidak memberitahukan keberadaan Pertiwi kepada orang tua mereka. Hana sebetulnya tidak susah dibujuk. Hanya saja keberadaannya menyulitkan karena ciuman-ciuman harus dilakukan secara hati-hati.

Peluk dan cium beberapa waktu yang lalu memang mendapatkan perlawanan (meski setengah hati) dari Pertiwi. Tapi hal itu tak berlaku malam ini, karena kini Pertiwi merasa lebih santai dan bebas. Di satu kesempatan Muhris memeluknya sembari mencium bibirnya sekilas. Di kesempatan lain ia dipeluk dari belakang, tepatnya saat ia mencuci piring bekas makan malam dan pria itu mengendap-endap dari belakang dan begitu saja melingkarkan tangan di pinggangnya. Pertiwi sempat menjerit pelan dan berusaha meronta, tapi tangannya yang memegang piring dipenuhi busa sabun hingga susah untuk bergerak. Ia hanya menggelinjang pelan dan merengek lemah, saat pelukan itu makin erat dan ciuman di pipinya membuatnya terbius. Hampir saja Hana melihat perbuatan mereka, kalau Muhris tidak buru-buru melepaskan pelukan di pinggang yang ramping itu.

Setelah mandi malam yang menyenangkan, di dalam bath-tub air hangat yang penuh busa dan peralatan mandi yang lengkap milik Umi Muhris, Pertiwi bergabung dengan kakak beradik di ruang TV. Ia mengenakan busana malam yang lebih santai (setidaknya untuk ukuran gadis berjilbab); kemeja kaus lengan panjang putih bermotif garis warna biru dengan bawahan rok katun berwarna biru lembut, dipadukan jilbab simpel berwarna biru senada. Parfum aroma bunga khas remaja ia seprotkan di tempat-tempat yang tepat untuk menyegarkan dirinya. Lalu ia duduk di samping Hana yang sedang tertawa menyaksikan film kartun di televisi. Mata Pertiwi saat itu tertuju penuh ke televisi, namun pikirannya terbang ke alam tertinggi yang penuh imajinasi. Pelukan dan ciuman hangat dari Muhris mau tak mau membangkitkan gairah terpendam yang selama ini tersembuyi jauh di dasar jiwanya. Ia mengalami semacam sensasi aneh yang baru dikenalnya, yang sangat memabukkan dan membuatnya lupa diri. Jam baru pukul delapan malam namun kegelisahannya telah memuncak.

Pertiwi tak tahu—atau mungkin tak berani mengakui—bahwa dirinya telah dipenuhi sensasi seks yang menyenangkan. Terlebih ini adalah masa-masa suburnya. Letupan-letupan kecil yang dipicu oleh Muhris membuatnya perlahan-lahan tebawa ke arus deras, hingga sulit terbendung oleh keremajaannya yang sedang membara. Penghalang dirinya untuk melakukan hal-hal yang lebih seronok adalah rasa malu, takut serta ketidaktahuan yang besar tentang kondisi-kondisi semacam ini. Tapi pancingan-pancingan yang dilakukan oleh Muhris dengan lihai membawanya pada pengalaman-pengalaman terlarang yang sangat menggairahkan. Semuanya akibat kepolosan sang gadis remaja.

Jam delapan lewat dua puluh menit Muhris bangkit dari duduknya dan menarik tangan Pertiwi agar mengikutinya. Hana tak sadar karena ia terfokus pada acara televisi. Pertiwi menurut dan dadanya berdebar kencang saat Muhris menariknya ke lantai dua. Kalau Pertiwi sedikit lebih gaul, ia akan tahu Muhris bermaksud melakukan sesuatu, tapi Pertiwi jauh lebih polos dari yang orang kira, hingga ia justru merasa senang saat Muhris mengajaknya untuk melihat-lihat kamarnya. Ia senang bisa tahu isi dalam kamar kekasih yang ia cintai. Pertiwi kagum pada suasana kamar Muhris yang menyenangkan. Ia juga terkejut saat menemukan foto dirinya dalam pose separuh badan terpampang di dinding kamar. Foto itu ditutupi Muhris oleh poster pemain bola, hingga tidak ada yang tahu bila setiap malam ia menarik poster itu dan memandangi foto gadis yang tersenyum manis di sana.

Pertiwi setengah lupa tentang kapan ia membuat foto itu. Ia merasa foto itu lebih cantik dari aslinya. Tapi Muhris menjelaskan bahwa program komputer photoshop dapat melakukan banyak hal, seperti membuat gadis secantik dirinya terlihat lebih segar dan mempesona. Pertiwi tersipu malu. Tapi itu belum seberapa, karena tiba-tiba Muhris menarik dirinya agar berhadapan, lalu mengeluarkan sepasang anting mutiara dari kotak beludru di saku celananya. Pertiwi terperanjat. Muhris berbisik mesra, “Ini pasangan kalung yang pernah kuberikan. Aku mau kamu mengenakannya…”

Mata Pertiwi berkaca-kaca. Kalau saja ia berani, ia sudah memeluk pria di hadapannya dan menciumnya bertubi-tubi. Tapi ia terlalu malu untuk melakukan hal semacam itu. Ia hanya salah tingkah, saat Muhris meletakkan anting-anting itu di telapak tangannya dan berkata lagi, “Aku pasangkan sekarang, ya…”
“Tapi…” Suara Pertiwi serak dan lirih.
“Tapi kenapa?”
“Pertiwi malu…”
“Kok malu? Bukankah kita saling mencintai?! Masihkah kita saling tertutup?”
Pertiwi bingung untuk menjawab, karena ini adalah momen pertama dalam hidupnya ketika ia harus membuka jilbabnya di hadapan seorang laki-laki. Wanita-wanita yang biasa berbikini di kolam renang atau berpakaian seksi di Mall-mall tentu tak akan paham kenyataan ini. Tapi Pertiwi adalah perempuan yang sejak belasan tahun lalu selalu menutup seluruh bagian tubuhnya dan tak memamerkannya pada siapapun kecuali keluarganya. Melepas jilbab baginya sama seperti melepas rok di depan kamera bagi gadis keumuman. Aneh? Memang! Tapi itulah kenyataannya. Ia setengah menangis saat tak kuasa menolak permintaan Muhris yang menyudutkan itu. Ia memang diam. Tapi dadanya bergemuruh hebat saat jemari Muhris melepasi jarum dan peniti yang menyemati jilbabnya. Ia tertunduk dalam dan menahan nafas saat tangan kekasihnya menarik lepas jilbabnya. Tangannya yang gemetar meremas-remas ujung kaus, dan tanpa sadar ia menggigit bibirnya sendiri saat Muhris menarik dagunya agar mereka bisa saling bertatapan serta membelai rambutnya dengan mesra; rambut yang hitam lurus sepanjang bahunya.

“Kamu cantik sekali, Pertiwi…” Suara itu terdengar lirih, dan Pertiwi hanya terpejam menahan semua perasaannya. Itu adalah ekspresi terbodoh yang pernah ia lakukan, atau justru yang terbaik, karena semuanya mendorong Muhris untuk mengecup bibirnya dengan lembut. Ciuman hangat dan penuh cinta, membawa Pertiwi terbang tinggi dan melupakan dunia ini.
“Mmmh…” Pertiwi hanya terpejam pasrah. Tubuhnya gemetar hebat. Tapi mulutnya terbuka lebar saat lidah Muhris mulai menjulur dan menggelitiki rongga mulutnya. Lidahnya ikut bergerak meski masih sangat kaku, saling menggelitiki untuk mendapatkan sensasi aneh yang sempurna. Tangannya begitu saja memeluk lengan Muhris yang kokoh, yang saat itu tengah melingkarkannya di pinggangnya sendiri.

Waktu seakan berhenti. Dan keduanya terpaku seperti sepasang patung sihir. Hanya helaan nafas yang terdengar di sela-sela ciuman membara dan dipenuhi gelora cinta. Kedua tubuh itu merapat dan saling bergesekan, seakan tak dapat terpisahkan. Saling memberikan rasa hangat yang aneh dan membangkitkan seluruh saraf yang tertidur. Keduanya baru berhenti ketika nafas mulai habis dan terengah-engah kelelahan. Pertiwi kaget dan merasa malu sekali. Mulutnya basah akibat ciuman panas itu. Tapi ia tak dapat berbuat apa-apa selain menanti yang terjadi selanjutnya. Ia membiarkan Muhris memasang anting-anting di kedua telinganya. Ia menahan rasa geli saat jari jemari Muhris seakan menggelitik kedua telinganya, dan menurut saja ketika pria itu menuntunya ke hadapan cermin besar.
“Lihat… Kamu cantik sekali..”
Pertiwi melihat sekilas ke cermin, menyaksikan dirinya sendiri tanpa jilbab, dengan dihiasi anting-anting dan kalung mutiara dari kekasihnya. Ia merengek manja dan menutup muka dengan telapak tangannya. “Aah… Muhris jahat… Pertiwi malu…” “Malu sama siapa?” Mereka bercanda dengan mesra dan lebih hangat. Ciuman tadi telah menyingkapkan tabir kekakuan yang telah terbentuk selama ini. Mereka kini lebih mirip sepasang kekasih, dengan pelukan dan ciuman hangat yang sarat nuansa cinta.

Pagi itu adalah pagi terindah bagi Pertiwi. Menghidangkan sarapan di meja makan untuk Muhris membuatnya merasa seperti seorang istri yang melayani suaminya. Muhris dan adiknya sangat puas dengan masakannya. Canda tawa menghiasi makan pagi mereka yang berlangsung dengan santai. Seusai makan Hana langsung berangkat sekolah, meninggalkan sepasang sejoli yang dimabuk asmara itu tanpa kecurigaan apapun. Membiarkan keduanya menikmati hari dalam kemesraannya. Tapi, kalau kamu berpikir malam itu keduanya melakukan hubungan-hubungan khusus suami istri, percayalah bahwa kamu salah besar. Mereka masih terlalu penakut untuk melakukan hubungan yang lebih jauh. Meskipun ciuman mereka semakin panas, aktivitas lain masih terhitung sopan karena tangan Muhris tak pernah bergerilya seperti tangan para professional. Masih tetap pelukan sopan yang tak melibatkan rabaan ataupun sentuhan lain. Keduanya tidur terpisah dan tak ada aktivitas nakal di malam hari.

Pertiwi pulang dari rumah Muhris sekitar pukul sepuluh pagi, setelah banyak ciuman tambahan sehabis sarapan dan mandi pagi. Kepada orang rumah ia bilang sekolah pulang cepat. Seharian ia lebih banyak mengunci diri dalam kamarnya, menikmati sensasi imajinasi yang semakin liar dibanding waktu sebelumnya. Pertemuan selanjutnya ternyata lebih lama dari yang diduga. Keduanya benar-benar tersibukkan oleh tugas-tugas sekolah, hingga baru bertemu lagi (untuk berduaan tentunya) dua minggu setelahnya. Keluarga Muhris berlibur ke rumah nenek di luar kota. Alasan ujian membuat Muhris bisa menghindar dari paksaan orang tuanya, sehingga rumahnya bebas selama satu minggu penuh. Itulah saat yang tepat untuk bermesraan dengan Pertiwi, dan ia telah menyiapkan banyak hal untuk pekan yang istimewa itu.

Pertiwi datang pagi hari itu dengan mengenakan seragam sekolahnya. Perpisahan yang cukup lama ternyata membuat gadis itu lebih agresif, sehingga, meskipun tetap Muhris yang harus memulainya, Pertiwi memberikan balasan yang sedikit liar dan nakal. Muhris sampai megap-megap kewalahan. Sesudahnya mereka tertawa-tawa sambil berpelukan di atas sofa, sembari mata mereka menatap layar TV tanpa bermaksud menontonnya. Sekitar menjelang siang Pertiwi dibonceng Muhris untuk main ke Mall M. Setelah itu dilanjutkan ke taman L dan bermain sepeda air di sana. Mereka juga melakukan banyak hal yang menyenangkan, yang membuat mereka lupa waktu. Hari telah senja ketika keduanya memutuskan untuk pulang, saat langit berubah gelap dan tiba-tiba saja menjadi hujan yang sangat deras sebelum keduanya tiba di rumah. Tak sampai lima menit ketika keduanya berubah basah kuyup, dan Pertiwi telah menggigil kedinginan saat perjalanan belum mencapai setengahnya.

Keduanya tiba di rumah saat menjelang makan malam. Oleh-oleh yang mereka beli di jalan telah basah kuyup dan tak ada satu bagianpun yang kering dari diri mereka. Tubuh Pertiwi menggigil hebat dan wajahnya pusat pasi. Bibirnya agak membiru. Muhris bergegas membawa gadis itu ke dalam rumah dan menyiapkan air panas di bath-tub kamar atas. Sementara menunggu gadis itu mandi, ia menyiapkan dua gelas susu coklat panas dan sekaleng biskuit kacang. Ia sendiri langsung mandi setelah itu, dan keduanya selesai setengah jam kemudian. Pertiwi baru sadar bahwa ia tidak memiliki pakaian ganti, dan kebingungan sampai mengurung diri di kamar mandi. Muhris berusaha meminjamkan pakaian ibunya, tapi pakaian bersih ibunya terkunci dalam lemari. Sementara itu pakaian Hana juga tak muat dan terlalu kecil. Untunglah Muhris ingat bahwa di kamar tamu ada pakaian-pakaian saudara sepupunya, yang biasa disimpan di sana untuk dipakai jika menginap di rumah Muhris.
“Tapi… Sepupuku tidak berjilbab. Jadi pakaiannya agak… Kamu coba aja deh cari yang pas. Aku tunggu di ruang TV…” Pertiwi kebingungan sendiri di kamar tamu itu. Ia agak risih karena semua pakaian di dalam lemari itu adalah pakaian-pakaian yang gaul, serba ketat dan serba minim. Cukup lama ia memilih dan tidak menemukan juga pakaian yang cocok untuk dirinya, sehingga ia memilih pakaian yang menurutnya agak paling sopan. Tapi tetap saja serba minim. Dengan malu ia mengenakan pakaian pilihannya dan menghampiri kekasihnya di ruang TV.

Wajah Muhris berubah kaget dan matanya bergerak kesana-kemari; mata yang biasa Pertiwi temukan pada pria-pria nakal di pinggir jalan. Tapi Pertiwi tahu semua ini karena dirinya, dan setengah menangis ia berusaha menutupi keterbukaan dirinya dengan kedua tangan. Bagaimana tidak?! Inilah pertama kalinya seumur hidup ia mengenakan pakaian minim di hadapan seorang pria, meskipun itu adalah kekasihnya juga. Sepupu Muhris bertubuh lebih pendek dan kecil dari dirinya, sehingga kaus pink tipis bergambar Barbie yang ia kenakan benar-benar melekat ketat di tubuhnya, menampakkan lekuk-lekuk yang nyata dan mempesona. Bahkan bagian pusarnya tidak betul-betul tertutupi, meskipun berkali-kali ia berusaha menarik kaus itu ke bawah.

Sementara itu, celana hijau lumut selututnya juga sama ketatnya, dan tidak benar-benar selutut, karena tubuh Pertiwi yang tinggi. Pertiwi sebetulnya memiliki kulit yang putih bersih dan lekuk yang indah, sehingga ia nampak cantik menawan dengan pakaian seksi itu. Terlebih rambut panjangnya masih setengah basah, menciptakan sedikit gelombang yang menambah aura kecantikannya. Tapi Pertiwi tak terbiasa dengan hal-hal seperti itu, hingga ia merasa dirinya buruk dan norak. Ia takut Muhris meledeknya, serta jengah dengan keterbukaannya sendiri. “Kamu cantik sekali, Pertiwi…” Suara Muhris terdengar bergetar, dan Pertiwi merinding ketika pria itu malah mendekatinya dan berusaha memeluknya. Ia berusaha menghindar dan tangannya menolak pelukan Muhris.
“Pertiwi malu… Jangan, Muhris… Jangan…” “Lho… Kenapa?”

Pertiwi hanya menggeleng dan Muhris berusaha menghormatinya. Mereka menghabiskan malam dengan menonton TV dan menghabiskan susu hangat di meja. Namun Pertiwi agak lebih pendiam dan gelisah. Tangannya terus-terusan memeluk bantal besar, berusaha menutupi apa yang ada di baliknya. Ia tak tahu bahwa pria di sebelahnya lebih gelisah lagi, meski alasannya sedikit berbeda. Ia terlalu sibuk oleh pikirannya sendiri hingga tak sadar bahwa mata Muhris terus menelusuri dirinya, seolah berusaha menelanjangi. Awalnya Pertiwi tak sadar pada sentuhan itu. Berkali-kali Muhris mencium pipinya, tapi ia menganggap wajar hal tersebut. Itu hal yang biasa mereka lakukan, dan Pertiwi menganggapnya sebagai sun sayang yang biasa ia dapatkan. Tapi Muhris kini telah melingkarkan tangan kiri melalui sandaran sofa dan mendarat di bahunya. Sedang tangan kanan diletakkan di atas lutut Pertiwi yang terbuka. Cuaca memang sangat dingin akibat hujan yang tidak juga berhenti, hingga elusan di lututnya terasa nyaman dan menghangatkan, membuat Pertiwi setengah tak sadar ketika elusan itu makin merambat ke atas pahanya yang sedikit tersingkap.

Pertiwi sangat suka nonton sinetron dan tayangan di TV adalah sinetron favoritnya. Adegan dan kata-kata romantis di layar kaca seperti memberi hipnotis tersendiri. Adegan ciuman memang disensor, tapi hal itu justru membuatnya tak kuasa menolak saat ciuman Muhris beralih ke bibir basahnya. Untunglah saat itu sedang iklan, hingga ciuman dari Muhris dapat diterima oleh Pertiwi sepenuhnya, yang baru sadar bahwa posisi duduk kekasihnya sangat mengintimidasi dirinya. Tapi ciuman itu begitu manis dan menyenangkan, memunculkan rasa hangat yang menggelora yang sangat ia rindukan. Tak perlu menunggu lama untuk membangitkan hasrat gadis itu. Pengalaman telah mengajarkan banyak hal kepadanya, sehingga lidahnya langsung menyambut saat Muhris mulai mengajaknya bermain-main.

Bibir Pertiwi termasuk agak tipis, merah dan masih alami. Namun lidahnya lincah dan pandai bergerak. Dengan daya dukung kecerdasan di atas rata-rata, ia menjadi gadis yang cepat belajar dan tahu bagaimana cara memuaskan lawan mainnya. Muhris sendiri sangat kaget dengan kecepatan Pertiwi dalam mempelajari teknik-tekik baru, hingga di akhir pertandingan lidah mereka, ia membiarkan sang gadis mengalahkannya hingga pipi gadis itu merona akibat agresivitasnya sendiri. Ketika berciuman Pertiwi lupa pada apapun. Tapi setelah selesai ia baru sadar bahwa sejak tadi tangan kanan Muhris terus-terusan membelai-belai pahanya, bergantian antara kanan dan kiri. Kini ia benar-benar merasakan rangsangan itu, rangsangan yang lebih terkesan dewasa dibanding sekedar ciuman bibir. Tangannya bertindak cepat, mencegah Muhris sesaat sebelum tangan kekasihnya itu menyentuh bagian pangkal pahanya. Mulut mereka terdiam dan hanya mata yang berbicara. Muhris meminta, Pertiwi menolak halus. Tangan Muhris bergerak lagi, tapi Pertiwi mencegah lagi.

Muhris tersenyum manis. “Maaf, ya… Aku kelewatan…”
Pertiwi ikut tersenyum.
“Lebih baik kita dengar musik aja, ya! Kita berdansa. Seperti di film.”
Pertiwi diam menunggu dan manut saja pada apa yang diinginkan kekasihnya. Suara lembut mengalun dari player, dan tangan Muhris menjulur padanya. Pertiwi grogi karena ia belum pernah berdansa sebelumnya. Muhris meyakinkan bahwa ia sama tidak tahunya seperti Pertiwi. Jadi tak usah malu karena mereka hanya berdua di sini. Dengan langkah-langkah kaku tubuh mereka bergerak pelan, saling berpelukan. Keduanya tertawa pada gerakan masing-masing, tapi tetap merasa senang karena ciuman dimulai lagi beberapa saat sesudahnya. Tubuh Pertiwi hampir sama tingginya dengan Muhris, hingga ia tak perlu berjinjit untuk menyambut pagutan pria itu. Ia tak tahu bahwa kecantikannya makin memesona diri Muhris dan keremajaannya terus memancing-mancing gairah. Belum lagi aroma parfum menebar dari seluruh tubuhnya. Tangan Muhris tak tahan untuk tidak mengelus-elus tubuh bagusnya, bergerak dari pinggang ke arah atas.


Pertiwi masih setengah menganggap elusan itu adalah bagian dari gerakan berdansa. Ciuman bibir Muhris membuat tubuhnya lemas, hingga elusan itu ia nikmati saja seperti halnya ciuman di bibirnya. Terasa geli saat menyentuh bagian samping dadanya.“Mmmh… Mmhhh…” Elusan tangan Muhris makin mengarah ke dada Pertiwi, membelai-belai benda yang lunak dan empuk itu. Gadis itu mengejang karena rasa aneh yang melandanya. Itu adalah sentuhan pertamanya, dan ia masih sangat sensitif. Tangannya secara refleks berusaha mencegah, tapi Muhris yang tak mau gagal lagi berusaha menahan Pertiwi agar tetap diam. Ciumannya makin liar hingga Pertiwi tak bisa mengelak. Remasan di dadanya terasa makin nyata, membuat Pertiwi terengah-engah akibat rangsangan hebat di tubuhnya. Ia tak kuasa mencegah remasan itu, karena bagaimanapun dirinya ternyata menikmatinya.

Keduanya terengah-engah akibat ciuman yang panjang itu. Sedang muka Pertiwi makin memerah, karena ia benar-benar terangsang oleh remasan tangan Muhris di dadanya. Payudaranya yang berisi membuat genggaman Muhris terasa penuh. Ia membiarkan dirinya terdesak ke dinding, hingga ia tidak sampai merosot jatuh saat remasan tangan Muhris makin lincah dan mempermainkan puncaknya yang masih tertutup kaus. Ia hanya mendongak setengah terpejam dan tangannya yang bingung merapat ketat di tembok. Ia makin belingsatan karena di saat yang bersamaan ciuman Muhris mendarat di dagu dan lehernya bertubi-tubi. Lehernya cukup panjang dan jenjang, hingga kepala Muhris dapat terbenam di sana dan memagut-magutnya seperti ular.

Pertiwi merasakan air mata mengalir lewat sudut matanya. Ia sangat kebingungan mengenali perasaannya saat ini. Remasan tangan kanan Muhris berganti menjadi ciuman bibir. Ia sempat menunduk dan hanya melihat rambut kekasihnya. Kepala Muhris terbenam di buah dadanya yang telah mengeras kencang, dan Pertiwi dapat mendengar kecipak-kecipuk saat Muhris melahap dadanya itu dengan sedikit buas.

“Muhris… Muhris… Ohhh. Apa yang kamu lakukan sama Pertiwiaa… Mmhhh… Jangan, Ris… Aahh…”

Muhris telah menggulung kaus ketatnya ke arah atas, berusaha menyingkapkannya agar buah dada itu lebih leluasa dinikmati. Lelaki itu terus meremas-remas dengan lembut dan penuh perasaan. Menjepit dan mempermainkan putting susunya yang masih tertutup BH tipis berwarna krem. Mungkin Muhris merasa gemas mendapati payudara yang demikian empuk dan kenyal itu, payudara perawan yang masih sangat sensitif dari sentuhan.

Keadaan Pertiwi kini sungguh mengenaskan. Kekasihnya menyerangnya di berbagai tempat, mempermainkan dirinya seperti sebuah boneka. Bibir dan tangan kiri di payudaranya, tangan kanan di sela-sela pahanya. Semuanya adalah sensasi yang baru pertama kali ia rasakan. Dulu ketika ia belum pernah mengalaminya, ia selalu berjanji bahwa ia hanya akan melakukan ini dengan suaminya di atas ranjang pernikahan. Dulu ketika hal ini tak pernah terbersit dalam benaknya, ia sangat yakin mampu menjaga kehormatannya. Tapi kini ketika benar-benar mengalaminya, ia tak tahu apakah ia akan tetap sekuat itu. Sentuhan-sentuhan ini terlalu melenakan dirinya, dan membangunkan perasaan rindunya yang telah lama terpendam. Ia sangat bingung hingga hanya mampu meneteskan air mata dan meremas remas rambut Muhris.

“Aku sayang kamu, Pertiwi… Mmmh… Aku sayang kamu…” Terdengar rayuan Muhris di sela-sela kesibukannya. Pertiwi hanya mampu menjawabnya dengan erangan-erangan aneh, karena saat itu tangan kanan Muhris telah menembus langsung ke pangkal pahanya. Jari jemari pria itu menggosok-gosok dan mempermainkan di tempat yang paling sensitif, hingga Pertiwi merasakan celananya basah oleh cairan yang tak ia kenal sebelumnya.

Memang sentuhan tersebut bukanlah sentuhan langsung karena tubuh Pertiwi masih tertutup CD tipis dan celana ketatnya. Tapi ini adalah sentuhan pertamanya, dan semuanya sudah lebih dari cukup untuk membangkitkan rangsangan dahsyat itu. Apalagi setelah beberapa lama Muhris tidak juga menghentikan aktivitasnya, melainkan menggesek-gesek dengan lebih liar. Kemaluannya terasa seperti diaduk-aduk, hingga makin lama ia makin merasakan desakan yang aneh sangat sulit ia pahami. Ia tak dapat menahan perasaannya. Ia terus mengerang… mengerang… hingga desakan itu makin menuju ke arah puncak… Ia tak sanggup bertahan lagi…

“Aaahh… Aaahh… Akhhhhh….” Pertiwi menjerit panjang saat orgasme melanda tubuhnya untuk pertama kalinya. Tubuhnya mengejang kuat, melengkung seperti busur. Kakinya merapat menjepit tangan Muhris yang tak juga berhenti bergerak. Ia merasakan letupan-letupan dahsyat seperti sebuah terpaan badai. Dunia dipenuhi warna yang berpadu dengan indahnya.

Cerita seru sex Dewasa yang satu ini akan bersambung ke Cerita Sex Dewasa Kenalakan Remaja Jilbab Perawan part 2 jadi tongkrongin terus situs cerita sex dan cerita dewasa indonesia ini!

Cerita Sex dimalam minggu pertama





cerita Sex ini bermula pada 5 tahun yg lalu, cerita dewasa ini berawal saat aku semester 2 dan kala itu aku berpacaran dengan seorang gadis bernama Nanda. Baru 2 minggu yang lalu aku nyatakan cinta pada Nanda, saat itu di kantin kampus dan aku sedang asik-asiknya ngobrol dengannya..sampai pada satu saat yang kurasa tepat aku bilang " Nda,,aku sayang sama kamu..aku mau mulai sekarang kamu jadi pacarku..." lalu dengan tertunduk malu disertai semburat merah dikedua pipinya dia tersenyum manis sekali lalu berkata.. " aku juga sayang sama kamu, tapi aku gak mau kecewa..." sore hari di kantin kampus saat itu terasa begitu indaahnya hingga aku malu sendiri dihadapannya karena kegiranganku.

Nanda adalah seorang gadis yang periang..dengan postur tubuh yang sangat ideal untuk gadis-gadis dikampusku..tingginya sekitar 165cm, dengan rambutnya yg hitam berkilau panjang sepundak, kulitnya putih bersih tanpa cela, ukuran bra nya 36B, ku tau pada saat aku tanyakan padanya di malam minggu pertama waktu aku datang ngapel kerumahnya...tubuhnya yang tegak kala berjalan dengan dagu nya yang sedikit diangkat menambah keanggunan seorang gadis..raut wajahnya yang elok cantik dengan bibir yang selalu tersenyum dan matanya yang indah..yang selalu mencerminkan segala emosi yang di rasakannya..sungguh sebuah karya terindah dari seorang gadis yang pernah aku miliki saat itu.

Malam minggu pertama, aku datang dan kami mengobrol diteras samping rumahnya...dia begitu cantik dengan mengenakan rok terusan bunga-bunga dengan seutas tali mengait pundaknya yang memperlihatkan keelokan bahu dan kulit tangannya..."papa mama baru aja pergi, katany mau kondangan tuh" jawabnya saat aku tanyakan kedua orang tuanya. "Waah kita bisa bebas dong sayang...??" godaku yang disambut rebahan tubuhnya dipangkuanku.

Lalu setelah obrolan kecil disertai canda ringan aku coba untuk mencium bibirnya yang merah menggoda...lalu kamipun berciuman, begitu lembut bibirnya dan sedikit basah..setelah sekitar 15 menit berciuman aku beranikan tanganku untuk meraba dadanya...sempat dia tepiskan tanganku..tapi aku coba lagi...dan selalu dia tepiskan tanganku...dan akhirnya dia biarkan tanganku menyentuh pangkal payudaranya..ternyata aku terhalang dengan bra nya..dengan tanpa menyerah aku coba untuk mencari letak puting payudaranya..hingga kutemukan dan kuraba-raba dengan jari-jariku...nafasnya kamipun terrasa mulai memburu...lalu dia melepaskan ciuman panjang ku lalu menatap tanganku yang masih sibuk mencari pentil nya..."susah yaa...??? aku kedalem dulu yaah..aku mau buka bra biar kamu gak susah.." bisiknya sambil menatap sayu padaku dan tersenyum...aku iya kan, sambil dia berlalu aku yang kegirangan segera meluruskan posisi penisku yang terangsang hebat dari apa yang baru saja aku alami.

Tak lama dia datang lalu langsung duduk dipangkuanku kami berhadapan dan tangannya melingkar di leherku..tatapanya tajam kearahku lalu dia berbisik " tangan kamu nakal sayang..." aku balas tersenyum "kamu suka...???" kataku, "tersenyum malu sambil menunduk lalu dia kembali menciumku...kami berpagutan kembali...dan tanganku langsung pada sasaran sebelumnya yaitu kedua payudaranya...Darahku terasa semakin kerasa berpacu karena kurasakan begitu halus dan kencangnya kulit payudaranya..dan saat kusentuh putingnya, ada nafas tertahan dari Nanda dalam keasyikannya melumat lidah dan bibirku...nafasnya semakin terengah-engah lalu kurasakan dia menggodaku dengan menggoyang-goyangkan pantatnya..kini aku yang merasa dipermainkan..dia melepas ciumannya dan menatapku tersenyum nakal dan dengan tetap menggoyang-goyangkan pinggulnya..dengan maksud menggodaku... “Aduuuh sayaaang...kamu nakal amaat siiiihh...” kataku, “abis kamu duluaan...” jawabnya. “punya kamu keras amat sayang...??? kasian aku ma kamu...mau aku keluarin...???” tanyanya, lalu aku mengangguk tanda mengiyakan...
Lalu dia beranjak dari pangkuanku dan beringsut sujud dibawahku...dengan sabar dia menurunkan resleting jeans ku melepas tali pinggang ku dan menurunkan celana dalamku...sesaat dia tersenyum menatapku dan kembali menatap penisku...”Punya kamu gede banget sih sayang...” sebenarnya aku masih terasa malu saat itu karena baru 3 hari kita jadian..tapi penisku sudah berhadapan dengan wajahnya yang cantik itu...

Dan selanjutnya dia mulai perlahan menunduk..menyentuh ujung penisku dengan hati-hati...lalu mengecupnya sekali sekali...Ohhh,,,sungguh pemandangan yang luar biasa indah...
“Sayang...aku keluarin yaaa...tapi nanti kalo udah mau keluar bilangin aku yaah...kamu juga liat-liat kedalem yaa..aku takut bi inah pembantuku nanti keluar..bisa diaduin aku sama mama papa...” “Iyaaa....” jawabku

Lalu dia mengulum lembut kepala penisku dengan sekali mempermainkan lidahnya dalam kulumannya...aku nikmati setiap sentuhan bibir dan lidahnya dipermukaan penisku...”ohh sayang....” saat dia melepas kulumannya dia menatapku dengan tatapan manja dan senyum yang menggoda...lalu kembali dia mengulum penisku sambil tangannya mengocok perlahan....
Tak beberapa lama aku rasakan dorongan yang begitu kuat terasa di kedua biji pelirku...lalu rasa itu semakin kuat terasa...dan “Sayaaang aku mau keluaaaaaarrr.................!!!!” bisikku tertahan
Lalu dia lepaskan kulumannya dan mengocok semakin cepat pada batang penisku sambil tatapannya tak lepas melihat raut mukaku..seakan menikmati setiap hentakan tangannya...sambil sesekali lidahnya menjilat-jilat ujung penisku...dan akhirnya “Aaaaaachhh....sayaaaaang” aku keluar menyemburkan cairan putih kentalku berkali-kali dan kulihat dia tak beranjak dari posisinya bahkan dia membuka mulutnya seakan menampung setiap semprotan-semprotan spermaku didalam mulutnya....Ohh, benar-benar pemandangan yang sangat menggairahkan...”Ohhh...sayaaang enak bangeeeeeet....!!!!”

Cerita Sex Dewasa di malam minggu pertama ini akan bersambung ke part 2! tongkrongin terus situs cerita sex dan cerita dewasa terbaik ini!

Cerita Dewasa kali ini dikirimkan oleh Ibu Tiwi yang minta alamatnya tidak dipublikasikan berikut cerita sex dari beliau! Selamat menikmati cerita sex dewasa pemerkosaan buruh bangunan! Perkenalkan nama gw Tiwi, gw memiliki kulit putih mulus dan walau tidak terlalu tinggi bahkan sedikit mungil (152 cm), namun tubuh gw sangat Sexy dengan dua buah payudara berukuran 34C yang sedikit kebesaran dibandingkan ukuran tubuh gw! Sampai saat ini sebenarnya gw sedikit bingung bagaimana memulai cerita sex dewasa pemerkosaan ini. Tetapi perlu anda ketahui bahwa yang gw ceritakan ini benar-benar terjadi pada diri gw!kisah sex nyata gitu bro! Saat ini gw berusia 22 tahun dan sudah menikah. Gw sampai saat ini masih kuliah di sebuah perguruan tinggi di Depok Semester lima. Gw menikah dengan suami gw Bang Zukri yang lebih tua 8 tahun dari gw karena dijodohkan oleh orangtua gw pada saat gw masih berusia 20 tahun dan baru saja masuk kuliah. Namun gw sangat mencintai suami gw ini. Begitu pula suami gw yang sangat sangat mencintai gw .

Karena gw dilahirkan dari keluarga yang taat agama, maka gw pun seorang yang taat agama.Setelah pernikahan menginjak usia 1 tahun, suami gw oleh perusahaan ditugasi untuk bekerja di pabrik di daerah bogor. Sebagai fasilitas, kami diberikan sebuah rumah sederhana di komplek perusahaan. Sebagai seorang istri yang taat, gw menurutinya pindah ke tempat itu. Komplek tempat tinggal gw ternyata masih kosong, bahkan di blok tempat gw tinggal, baru ada rumah kami dan sebuah rumah lagi yang dihuni, itu pun cukup jauh letaknya dari rumah kami.

Karena rumah kami masih sangat asli kami belum memiliki dapur, sehingga jika kami mau memasak gw harus memasak di halaman belakang yang terbuka, ciri khas rumah sederhana. Akhirnya suami memutuskan untuk membangun dapur dan ruang makan di sisa tanah yang tersisa, kebetulan ada seorang tukang bangunan yang menawarkan jasanya. Karena kami tidak merasa memiliki barang berharga, kami mempercayai mereka mengerjakan dapur tersebut tanpa harus kami tunggui, suami tetap berangkat ke kantor sedangkan gw tetap kuliah.

Sampai suatu hari, gw sedang libur dan suami gw tetap ke kantor. Pagi itu setelah mengantar Bang Zukri sampai ke depan gerbang, gw pun masuk ke rumah. Sebenarnya perasaan gw sedikit tidak enak di rumah sendirian karena lingkungan kami yang sepi. Sampai ketika beberapa saat kemudian Om Wahya dan dua orang temannya datang untuk meneruskan kerjanya. Dia tampak cukup terkejut melihat gw ada di rumah, karena gw tidak bilang sebelumnya bahwa gw libur.

“Eh, kok Buk Tiwi nggak berangkat kuliah..?”
“Iya nih Om Wahya, lagi libur..” jawab gw sambil membukakan pintu rumah.
“Kalo gitu gw mau nerusin kerja di belakang Neng..” katanya.
“Oh, silahkan..!” kata gw.

Tidak lama kemudian mereka masuk ke belakang, dan gw mengambil sebuah majalah untuk membaca di kamar tidur gw. Namun ketika baru saja gw mau menuju tempat tidur, gw lihat melalui jendela kamar Om Wahya sedang mengganti pakaiannya dengan pakaian kotor yang biasa dikenakan saat bekerja. Dan alangkah terkejutnya gw menyaksikan bagaimana Om Wahya tidak menggunakan pakaian dalam. Sehingga gw dapat melihat dengan jelas otot tubuhnya yang bagus dan yang paling penting kontolnya yang sangat besar jika dibandingkan milik suami gw.

Gw seketika terkesima sampai tidak sadar kalau Om Wahya juga memandang gw. “Eh, ada apa buk..?” katanya sambil menatap ke arah gw yang masih dalam keadaan telanjang dan gw lihat kontol itu mengacung ke atas sehing terlihat lebih besar lagi. Gw terkejut dan malu sehingga cepat-cepat menutup jendela sambil nafas jadi terengah-engah. Seketika diri gw diliputi perasaan aneh, belum pernah gw melihat laki-laki telanjang sebelumnya selain suami, bahkan jika sedang berhubungan sex dengan suami gw, suami masih menutupi tubuh kami dengan selimut, sehingga tidak terlihat seluruhnya tubuh kami.

Gw mencoba mengalihkan persaan gw dengan membaca, tetapi tetap saja tidak dapat hilang. Akhirnya gw putuskan untuk mandi dengan air dingin. Cepat-cepat gw masuk ke kamar mandi dan mandi. Setelah selesai, gw baru sadar gw tidak membawa handuk karena tadi terburu-buru, sedangkan pakaian yang gw kenakan sudah gw basahi dan penuh sabun karena gw rendam. Gw bingung, namun akhirnya gw putuskan untuk berlari saja ke kamar tidur, toh jaraknya dekat dan para tukang bangunan ada di halaman belakang dan pintunya tertutup. Gw yakin mereka tidak akan melihat, dan gw pun mulai berlari ke arah kamar gw yang pintunya terbuka.

Namun baru gw akan masuk ke kamar, tubuh gw menabrak sesuatu hingga terjatuh. Dan alangkah terkejutnya, ternyata yang gw tabrak itu adalah Om Wahya.
“Maaf Buk.., tadi gw cari Buk Tiwi tapi Buk Tiwi nggak ada di kamar. Baru gw mau keluar, eh Buk tiwi nabrak gw..” katanya dengan santai seolah tidak melihat kalau gw sedang telanjang bulat.
Gw begitu malu berusah bangkit sambil mentupi dada dan bagian bawah gw.

Namun Om Wahya segera menangkap tangan gw dan berkata, “Nggak usah malu Neng.., tadi Buk juga udah ngeliat punya gw, gw nggak malu kok..”
“Jangan Pak..!” kata gw, namun Om Wahya malah mengangkat gw ke arah halaman belakang menuju dua orang temannya. Gw berusaha memberontak dan berteriak, tapi Om Wahya dengan santainya malah berkata, “Tenang aja Buk.., di sini sepi. Suara teriakan Buk nggak bakal ada yang denger..” Melihat tubuh telanjang gw, kedua teman Om Wahya segera bersorak kegirangan. “Wah, bagus betul ni tetek..” kata yang satu sambil membetot dan meremas payudara gw sekeras-kerasnya.”Tolong jangan perkosa gw, gw nggak bakalan lapor siapa-siapa…” kata gw. “Tenang aja deh kamu nikmati aja…” kata teman Om Wahya yang badannya sedikit gendut sambil tangannya meraba bulu kemaluan gw, sedang Om Wahya masih memegang kedua tangan gw dengan kencang.

Tidak berapa lama kemudian gw lihat ketiganya mulai melepas pakaian mereka. Gw melihat tubuh-tubuh mereka yang mengkilat karena keringat dan kontol mereka yang mengacung karena nafsunya. Dengan cepat mereka membaringkan tubuh gw di atas pasir. Kemudian Om Wahya mulai menjilati kemaluan gw.
“Wah.., memeknya wangi loh..” katanya.
Gw segera berontak, namun kedua teman Om Wahya segera memegangi kedua tangan dan kaki gw. Yang botak memegang kaki, sedangkan yang gendut memegang kedua tangan gw sambil menghisap puting susu gw. Tidak berapa lama kemudian Om Wahya mulai mengarahkan kontolnya yang besar ke lubang memek gw. Dan ternyata, yang tidak gw duga sebelumnya, rasanya ternyata sangat nikmat. Benar-benar berbeda dengan suami gw. Namun karena malu, gw terus berontak sampai Om Wahya mulai mengoyangkan kontolnya dengan gerakan yang kasar, tapi entah kenapa gw justru merasa kenikmatan yang luar biasa, sehingga tanpa sadar gw berhenti berontak dan mulai mengikuti irama goyangnya.

Melihat itu kedua teman Om Wahya tertawa dan mengendurkan pegangannya. Mendengar tawa mereka, gw sadar namun mau memberontak lagi gw merasa tanggung, sehingga yang terjadi adalah gw terlihat seperti sedang berpura-pura mau berontak namun walau dilepaskan gw tetap tidak berusaha melepaskan diri dari om wahya.

Tidak lama kemudian Om Wahya membalikkan tubuh gw dalam posisi doggie tanpa melepaskan miliknya dari kemaluan gw. Melihat itu, tanpa dikomando si gendut langsung memasukkan kontolnya ke mulut gw. Gw berusaha berontak, namun si gendut menjambak gw dengan keras, sehingga gw menurutinya. Gw benar-benar mengalami sensasi yang luar biasa, sehingga beberapa saat kemudian gw mengalami orgasme yang luar biasa yang belum pernah gw alami sebelumnya. Tubuh gw menjadi lemas dan jatuh tertelungkup. Namun tampaknya Om Wahya belum selesai, sehingga genjotannya dipercepat sampai kemudian dia mencapai kelimaks dan memuntahkan spermanya ke dalam rahim gw.

Begitu Om Wahya mencabutnya, si botak langsung memasukkan kemaluannya ke dalam milik gw tanpa memberi waktu untuk istirahat. Tidak lama kemudian si gendut mencapai kelimaks, dia menekan kemaluannya ke dalam mulut gw dan tanpa aba- aba, langsung menembakkan spermanya ke dalam mulut gw. Banyak sekali spermanya yang gw rasakan di mulut gw, namun ketika gw hendak membuang sperma itu, Om Wahya yang gw lihat sedang duduk beristirahat berkata.
“Jangan dibuang dulu, cepet kamu kumur-kumur mani itu yang lama… pasti nikmat… ha.. ha.. ha..”
Dan seperti seekor kerbau yang bodoh, gw menurutinya berkumur dengan seperma itu. Sementara si botak terus mengocok kontolnya di dalam kemaluan gw, gw melihat Om Wahya masuk ke dalam rumah gw dan keluar kembali dengan membawa sebuah terong besar yang gw beli tadi pagi untuk gw masak serta sebuah kalung mutiara imitasi milik gw. Tidak berapa lama kemudian si botak mencapai kelimaks dan gw pun terjatuh lemas di atas pasir tersebut. Melihat temannya sudah selesai, Om Wahyamenghampiri gw sambil memaksa gw kembali ke posisi merangkak.

“Sambil menunggu tenaga kita kembali pulih, mari kita lihat hiburan ini..” katanya sambil memasukkan terong ungu yang sangat besar itu ke dalam vagina gw. Tentu saja gw terkejut dan berusaha memberontak, tetapi kedua temannya segera memegangi gw. Dan tidak lama kemudian, “Bless..!” terong itu masuk 3/4-nya ke dalam vagina gw. Rasa sakitnya benar-benar luar biasa, sehingga gw menggoyang-goyangkan pantat gw ke kiri dan kanan. “Lihat anjing ini.. ekornya aneh.. ha… ha… ha…” kata si tukang bangunan.

“Sekarang kamu merangkak keliling halaman belakang ini, ayo cepat..!” kata si tukang bangunan. Dengan perlahan gw merangkak, dan ternyata rasanya benar-benar nikmat.
Karena rasa geli-geli nikmat itu, sedikit-sedikit gw berhenti, tetapi setiap gw berhenti dengan segera mereka mencambuk pantat gw. Tidak berapa lama gw mencapai kelimaks, melihat itu mereka tertawa. Om Wahya kemudian menghampiri gw, lalu mulai memasukkan kalung mutiara imitasi yang sebesar kelereng tadi satu persatu ke dalam lubang anus gw.

Gw kembali menjerit, tetapi dengan tenang dia berkata, “Tahan dikit ya.., nanti enak kok..!” Sampai akhirnya, kemudian kalung itu tinggal seperempatnya yang terlihat, lalu sambil menggenggam sisa kalung tersebut dia berkata. “Sekarang kamu maju pelan-pelan..” Dan ketika gw bergerak, kembali kalung itu tercabut pelan-pelan dari anus gw sampai habis. Begitulah mereka mempermainkan gw sampai kemudian mereka siap memperkosa gw lagi berulang-ulang sampai sore hari, dan anehnya setiap mereka kelimaks gw pun turut orgasme dengan arti gw menikmati diperkosa.

Malam harinya ketika suami gw pulang, gw sama sekali tidak melaporkan kejadian tersebut kepadanya, ga tau entah kenapa!mungkin saking nikmatnya ngentot bareng 3 buruh bangunan sehingga pemerkosaan tersebut terus terjadi berulang-ulang setiap gw sedang tidak kuliah. Dan setiap memperkosa, buruh bangunan ini selalu menyelingi dengan mengerjai gw dengan cara yang aneh-aneh, dan itu berlangsung sampai dapur gw selesai dibangun! Sunguh nikmatnya diperkosa buruh bangunan lho tubuh mereka kekar dan tenaga meraka sangat kuat dalam melakukan hubungan sex! Patut kalian coba lho tapi gw ga tanggung akibatnya! Hihihihi… salam cerita sex dewasa!

Cerita Sex Dewasa 17 tahun kali ini menceritakan tentang pemerkosaan sepupuku sendiri, sebut saja namanya Ayu dia wanita yang sangat cantik dan sexy abiz! Sebenarnya sudah sejak dulu gw ingin ngentot bareng gadis yang payudaranya sempurna banget bagi gw, dan akhirnya pada suatu hari gw mendapatkan kesempatan untuk menginap di rumahnya kerana ada keperluan upacara adapt di rumahnya si Ayu ini yang tiada lain adalah keponakanku sendiri, dan kebetulan pada saat itu pak de dan bukdeku pergi kondangan ke luar daerah dan gw pun diminta untuk menjaga si ayu ini dirumahnya yang gede dan mewah itu!
Singkat cerita akhirnya gw dan Ayu ngobrol di depan televisi. Gayanya yang cuek dengan celana pendek dan t-shirt tanktop memuat gw makin pengen memrogoti tubuh indahnya. Perlahan kontol ku mulai tegang, tapi gw pura-pura tenang aja. Ngobrol dengan Ayu adalah kesmpatan terbaik buat memandangi bodi mulusnya. Apalagi waktu itu dia duduk di bawah sofa tempat gw duduk. gw bebas memandangi paha putih Ayu. Pelan2 gw condongkan badan ke depan, terlihatlah dua payudara yang putih bulat padat berisi sehingga nafasku mulai naik turun waktu gw sadar Ayu nggak pake bra, dan asiknya dia nggak sadar gw pandangi kemolekannya karena dia serius nonton sinetron.

Ketika film itu habis, Ayu pamit tidur duluan karena udah malam. gw pun masuk ke kamar tamu, gelisah bayangin indahnya toked Ayu! Pasti enak banget buat diremas disentuh trus disedot! Dan gw pun mencoba untuk tidur, tenang tapi tetap nggak bisa. Bayangan dada dan paha Ayu masih aja bikin nggak bisa tidur. Udah jam 2...nggak sadar gw udah 3 jam gw ga bisa tidur. Mana hujan deres lagi.

Akhirnya gw keluar kamar, mau bikin susu biar bisa tidur. Di lorong rumah, gw lihat pintu Ayu sedikit terbuka. Iblis langsung menari-nari di pikiranku. Kesempatan! Pelan2 gw intip Ayu. Ternyata dia udah tertidur pulas.Begitu pulas sampai nggak sadar celana pendeknya tersingkap sampai ke batas pangkal paha. Pelan2 gw buka pintu kamarnya,lalu mencoba masuk ke kamarnya yang indah

Mulus banget. Buah dadanya gede. Cantik lagi. Tidur telentang seolah olah pasrah. Kontol gw pun spontan tegang . gw lepaskan semua bajuku, ku dekati Ayu.Aku nggak tahan lagi buat menyentuh buah dadanya.Pelan2 gw sentuh buah dada itu. Lembut banget. Ayu tidur pulas sampai dia nggak merasa ketika gw dengan sepelan mungkin menarik tali tanktopnya dan terlihatlah buah dadanya, gede, padat, berisi serta warna putingnya pink memikat!hehehehe

Nggak tahan lagi gw tindih Ayu yang segera terbangun kaget lalu meronta.Aku pegang dua tangannya sambil ciumi buah dadanya, jilati lalu hisap putingnya. Ayu meronta dan menjerit!tolong tolong… Tapi derasnya hujan menelan suaranya. gw yakin nggak akan ada yang dengar sehingga gw nggak peduli. gw terus hisap dan gigiti buah dada dan putingnya. Ayu terus meronta, tapi it malah membuatku makin terangsang. gw rentangkan kakinya, lalu kumasukan kontolku ke pangkal pahanya yang ditutupi celana pendeknya itu. Dengan susah payah, akhirnya gw bisa melepas celana dalam pinknya. Lalu gw masukan kontol ke memeknya yang masih tipis serta rapi bulunya

Ayu menangis dan memohon-mohon agar gw lepaskan. gw nggak peduli lagi. Terus aja kunikmati buah dadanya sambil menggesek kontolku di vagina indahnya. Nggak lama kemudian gw rasakan tubuhnya Ayu menggeletar trus tangisannya berubah jadi erangan lembut dan desahan ketika gw makin cepat memasukan kontol ku ke memeknya. gw bisa rasakan cairan vaginanya membasahi kontol gw! Ketika Ayu semakin menggeletar dan merem melek, gw hunjamkan kontolku ke lubang memeknya. Ayu menjerit kesakitan lagi

Nikmat banget rasanya kontol gw ada di dalam memeknya Ayu. Licin , anget, ketat banget. gw tarik dorong kontolku keluar masuk mmeknya. Ayu terus aja menangis dan menjerit! tapi lama kelamaan jeritannya berganti lenguhan, erangan dan desahan walau dia terus aja meronta-ronta minta pertolongan

duhhh maknyuess banget memperkosa sambil ngiisap putting keponakanku ini! Saking nikmatnya gw lengah dan Ayu menendang gw samapai terjatuh. Dia berusaha lari, tapi gw lebih cepat dan kuat. gw jambak rambutnya. gw seret dia ke tempat tidur! Dan ayu berusaha menutupi buah dadanya dan berbalik sehingga posisinya tengkurap. Kebetulan! gw tindih dia lalu kupentangkan kakinya dan hunjamkan lagi kontol gw ke vaginanya sambil satu tanganku membekap mulutnya dan tangan yang lain meremas-remas buah dadanya. gw terus pompa memeknya seakan-akan mendarat di bantal empuk karena pantatnya ternyata besar dan lembut banget. gw ciumi lehernya sambil terus memompa, membekap dan meremas-remas payudara montoknya. Sampai kenikmatanku serasa di puncak dan akhirnya uohhh.. gw pun menyemprotkan sperma hangat di dalam vaginanya ayu dan terus saja dia menangisi nasibnya kerana abis diperkosa sama gw

Setelah Puas menikmati enaknya tubuh keponakan gw tinggalkan saja Ayu yang masih terdidur lemas sambil menangis! Sambil melihat spermaku mengalir keluar dari vaginanya yang hampir lecet gw perkosa itu! Begitulah cerita dewasa sex 17tahun nikmatnya memperkosa sepupu gw yang kayaknya masih perawan! Cerita dewasa ini akan bersambung ke cerita sex pemerkosaan nikmatnya ngentot sepupu part 2! Mohon ditunggu kerana lagi capek2nya nulis makannya jadi cerita sex cepat!he3

Cerita ini muncul karena ulah sales promotion girl(SPG ) sombong yang menjaga pameran otomotif di salah satu mall di kotaku. Pada waktu itu aku dan teman-temanku (berempat) sedang jalan-jalan ke mall itu, lalu kami melihat ada pameran mobil di sana. Iseng-iseng aku dan teman-teman melihat mobil-mobil yang memang keren-keren itu, meskipun penampilan kami memang sangat jauh dengan pengunjung-pengunjung lainnya yang rapi-rapi. Sekalian cuci mata juga, soalnya para sales promotion girl(SPG )-nya cantik-cantik dan putih-putih serta mulus-mulus, mereka memakai rok mini yang benar-benar serasi dengan tubuh mereka yang langsing dan tinggi, kaki mereka yang jenjang sangat indah dipandang dari ujung kaki sampai ke paha yang terbalut rok mini ketat warna merah. Wajah mereka yang rata-rata Indo seperti bintang sinetron sangat menyenangkan untuk dipandang, memang sangat cocok untuk mendampingi mobil-mobil mewah yang sedang dipamerkan. Sambil melihat, kupegang-pegang saja mobil yang di pamerkan dan kucoba membuka dan metutup salah satu pintunya.

Tiba-Tiba..., Mas, tolong kalau mau lihat ya dilihat saja, jangan dipegang-pegang, nanti harus dibersihkan lagi, aku menoleh ke arah teguran itu berasal, ternyata teguran tersebut berasal dari salah seorang sales promotion girl(SPG ) yang cantik, meskipun aku tersinggung, aku sempat tertegun melihat paras dan body cewek sales promotion girl(SPG ) yang satu ini. Wajah sales promotion girl(SPG ) yang ini seperti campuran Indo Belanda, kebarat-kebaratan seperti itulah. Masih setengah sadar, sales promotion girl(SPG ) itu ngomong lagi, Tolong minggir dulu ya.. ini ada pembeli yang mau lihat. Aku menoleh ke sekitar, Mana pembelinya.. pikirku, yang ada masih lihat-lihat mobil di sebelah, kali ini aku serasa benar-benar dilecehkan oleh sales promotion girl(SPG ) itu, dalam pikiranku, Sombong sekali cewek satu ini... padahal kan dia juga sebagai penjaga, belum tentu bisa beli mobil itu juga.

Sambil berpikir begitu, tak terasa aku bertatap pandang dengan gadis sales promotion girl (SPG ) itu, yang lebih mengesalkan wajahnya seakan-akan melihatku sebagai makhluk yang tidak sepantasnya berdiri di situ. Kulihat juga senyumnya yang benar-benar menyebalkan, seolah-olah menantang dan sudah menang. Seraya tersenyum aku minggir juga. Ayo, cabut! aku mengomando teman-temanku dengan nada yang masih kesal karena pelecehan tadi. Aku langsung mengarahkan mereka ke tempat parkir dengan tidak menyembunyikan wajah yang kesal. Mobil Espass kami pun meluncur. Sepanjang perjalanan, kami terdiam, teman-temanku tahu aku masih kesal, jadi mereka agak malas ngomong. Setelah beberapa saat Aris yang memegang kemudi memecah kesunyian, Kenapa lu? masih kesal sama sales promotion girl(SPG ) itu? tanyanya kepadaku. Belum sempat aku menimpali, Lukman buka suara, Lu nggak remas aja bokongnya, biar tau rasa dia. Tawa mereka berderai, tapi aku masih diam, melihat gelagatku yang tidak bisa diajak bercanda, teman-temanku ikutan diam. Tiba-Tiba Mamat mengeluarkan ide bagus, Eh.. gimana kalo kita culik aja tuh cewek! Hatiku yang kesal ini bagaikan mendapat siraman air yang menyegarkan, Betul juga, pikirku, Biar ntar dia rasain gimana akibatnya kalau melecehkan aku Aku tersenyum menyeringai ke arah Mamat, dan kami langsung memutar mobil ke arah mall itu lagi. Jam sudah menunjukkan pukul setengah sepuluh malam, mulai terlihat karyawan-karyawan dari mall tersebut keluar untuk pulang.

Kami dengan sabar menunggu di depan mall itu sambil mengawasi orang-orang yang keluar. Gimana kalau keluar dari samping pertokoan? tanya Lukman. Ah.. ya berarti nasibnya beruntung, jawabku cepat. Itu! itu! Mamat setengah berteriak menunjuk ke suatu arah. Mata kita semua langsung menjelajah ke arah yang ditunjuk Mamat. Bagus! pikirku ketika melihat si sales promotion girl(SPG ) berjalan keluar mall untuk mencari kendaraan. Dia bersama seorang temannya yang kelihatannya sales promotion girl(SPG ) juga, sudah mengenakan sehelai kain untuk menutupi roknya yang mini, mereka berjalan menelusuri trotoar, rupanya rute angkutannya bukan di jalan ini. Kami segera membuntutinya pelan-pelan sampai mereka berhenti di perempatan yang sudah dikuasai oleh banyak angkota. Mereka langsung masuk ke salah satu bemo yang ada, begitu bemo tersebut berangkat, kami pun langsung mengikutinya.

Sampai di sebuah jalan, yang untungnya sepi sehingga sangat mendukung operasi kami ini, si sales promotion girl(SPG ) turun. Tidak sedikit pun dia menaruh curiga bahwa sebuah mobil telah mengikuti angkutannya sejak tadi. Setelah bemo tersebut meninggalkannya cukup jauh, kami mulai mendekati sales promotion girl(SPG ) itu yang kelihatannya masih harus berjalan kaki untuk mencapai rumahnya. Tanpa buang-buang waktu Aris mensejajarkan mobil kami di samping sales promotion girl(SPG ) itu dan Mamat langsung membuka pintu samping Espass. Kulihat sales promotion girl(SPG ) tersebut terkejut melihat ada mobil yang sangat dekat dengan dirinya, dan tanpa disadari tangan Mamat sudah merenggut tangan dan menarik tubuhnya ke dalam mobil. Srreeekkk..., pintu samping ditutup, mobil kami langsung melaju tanpa bekas, sementara si sales promotion girl(SPG ) masih kebingungan dan akan berteriak, tetapi dengan sigap Lukman langsung menutup mulutnya sehingga yang terdengar hanya gumaman. Si sales promotion girl(SPG ) mencoba meronta, namun sebuah pukulan ditengkuknya yang diluncurkan oleh Mamat membuatnya langsung pingsan. Aku menoleh ke belakang, Lukman dan Mamat tersenyum memandangku seolah-olah ingin menyatakan bahwa operasi penculikan sudah berhasil. Kulihat kain yang menutupi rok mininya tersingkap, dan meskipun di dalam mobil gelap, aku masih dapat melihat pahanya yang mulus. Mamat pun tak tahan langsung memijat dan meraba paha yang mulus itu. Mobil kami langsung meluncur ke rumah Aris yang memang kosong dan biasa sebagai tempat kami berkumpul. Setelah sampai dan memarkir mobil di garasi, kami menggendong sales promotion girl(SPG ) yang masih pingsan itu ke dalam kamar.

Di sana kami mengikatnya pada kursi kayu yang ada. Aku duduk di ranjang menghadap sales promotion girl(SPG ) yang masih lunglai itu yang terikat di kursi kayu. Teman-temanku kelihatannya memang menghadiahkan sales promotion girl(SPG ) itu ke padaku untuk diperlakukan apa saja. Mat... ambilin air. Mamat keluar kamar dan tak lama masuk dengan segelas air yang disodorkan kepadaku. Aku berdiri dan menyiramkan pelan-pelan ke wajah sales promotion girl(SPG ) itu. Ketika sadar, sales promotion girl(SPG ) itu terlihat sangat terkejut melihatku di depannya, Kamu... katanya seraya menggerakkan tubuhnya, dan dia sadar kalau tubuhnya terikat erat di sebuah kursi. Kali ini aku yang tersenyum, senyum kemenangan. Mau apa kamu? masih dengan sombong sales promotion girl(SPG ) itu bertanya setengah menghardik kepadaku. Kalau kamu macam-macam, aku akan teriak, lanjutnya lagi. Aku hanya tersenyum, Silahkan saja teriak, nggak bakal terdengar kok, kataku sambil menyalakan tape si Aris, kebetulan lagunya dari band Metallica, Unforgiven, kusetel agak keras, meskipun aku yakin bahwa kamar Aris letaknya terisolir, jadi tidak mungkin teriakannya didengar orang lain. Ketakutan mulai terlihat di wajah sales promotion girl(SPG ) itu, wajahnya yang cantik sudah mulai terlihat memelas memohon iba. Namun kebencian di hatiku masih belum padam, aku ingin memberinya pelajaran!. Siapa namamu? tanyaku dengan nada datar. Anita , jawabnya. Ampun Mas, maafkan aku, aku disuruh boss untuk bersikap begitu, katanya seolah membela diri. Tidak peduli dengan pembelaan dirinya, langsung kusibakkan kain yang menutupi roknya, lalu dengan kasar kutarik roknya hingga ke pangkal paha. Anita menatapku ketakutan, Jangan, jangan Mas... ucapnya memelas seakan tahu hal yang lebih buruk akan menimpa dirinya.

Lagi dengan kasar kutarik bajunya sehingga kursi yang didudukinya bergeser dan kancing bajunya hampir lepas semua. Terlihat oleh kami bulatan toked yang masih tertutup BH berwarna putih. Tak tahan melihat itu Aris dan Mamat yang berdiri di sampingnya langsung meremas-meremas toked itu. Anita sangat ketakutan, ditengah ketakutannya dia berusaha meronta, namun hal itu semakin meningkatkan nafsu kita. Jari-jariku langsung meraba secara liar daerah liang vaginanya yang masih tertutup CD, mengelus dan berputar-putar dengan lincah dan sekali-sekali mencoba menusuk. Tidakkk.. tidakkk.. Anita berkata lirih seolah ingin menolak takdir. Breetttt... breettt... kubuka dengan paksa seluruh baju Anita sehingga yang terlihat hanya BH dan CD-nya saja. Naikkan ke atas meja, kataku, serta merta ketiga temanku langsung bekerja sama memegangi Anita dan mengikatnya di atas meja. Anita meronta-ronta sekuat tenaga namun tentu saja usahanya tidak mampu melawan tiga tenaga cowok. Sekarang dia sudah terlentang di atas meja dengan tangan terikat di sudut-sudut meja, kedua kakinya agak menjulur ke bawah karena mejanya tidak cukup panjang, namun kami mengikatnya secara terpisah pada dua kaki meja. Kami sendiri posisinya sekarang di samping tubuhnya. Lalu dengan sekali tarik kulepas BH-nya dan menonjollah dua bagian tokednya yang cukup padat berisi. Sekarang kami melihat sebuah tubuh yang putih mulus dan langsing dengan tonjolan toked yang bergoyang-goyang karena Anita masih berusaha meronta. Karena meronta, terlihat CD-nya yang agak transparan semakin mengetat memperlihatkan lekuk-lekuk liang vaginanya. It's showtime! teriakku yang disambut oleh kegembiraan teman-temanku dan wajah ketakutan Anita . Aku langsung mengambil beberapa karet gelang, lalu kulingkarkan di toked Anita sampai terlihat mengeras dan merah. Aduhhh... erang Anita , masih kutambah penderitaannya dengan menjepitkan jepitan yang biasa digunakan Aris untuk alat elektronik, bentuknya bergerigi dan terbuat dari logam tipis yang di-chrome, kujepitkan di kedua puting susunya. Aduhhh.. ahhh.. aduuhhh Anita mengerang kesakitan

. Aris lalu memberiku sebuah alat seperti pecut, yang terbuat dari beberapa tali tampar kecil sekitar 5 buah yang salah satu ujung-ujungnya dijadikan satu pada sebuah pegangan dari rotan. Entah untuk apa alat ini biasanya digunakan Aris, pikirku, tapi peduli apa, yang penting sekarang benda ini ada gunanya.Jangan.. ampunnn Mas... pinta Anita , melihat aku mengibas-ngibaskan pecut itu. Aku tersenyum sadis, lalu tanganku kuangkat dan sebuah pecutan kuarahkan ke tokednya. Ctasss... Tubuh Anita menggelinjang, dan buah dadanya langsung bergoyang ke kanan ke kiri menahan sakit. Aduhhh... teriaknya sambil menitikkan air mata. Beberapa garis merah terlihat di kedua buah dadanya, di sekitar puting. Lagi? tanyaku kepada Anita , yang tentu saja dijawab dengan gelengan kepala, Ampunnn.. ampunnn tolonggg... rintihan bercampur tangis Anita menjadi satu. Tanpa rasa iba pecut kuayun lagi, kali ini sasarannya adalah pahanya. Mmmpphhh... Anita menggigit bibir bawahnya menahan sakit.

Sekali lagi kuayun pecut itu, sekarang ke arah pusar, garis-garis merah segera menghiasi tubuh Anita . Entah aku sangat menikmatinya sehingga tak terasa sudah beberapa ayunan pecut mengarah ke tubuh Anita . Tubuhnya terlihat bergetar, menggelinjang menahan sakit dan perih. Wajahnya yang basah oleh air mata dan keringat sudah benar-benar menunjukkan penderitaan. Tapi aku masih belum puas. Kulihat teman-temanku, ketiganya tersenyum seakan memberikan dukungan kepadaku untuk terus menyalurkan hasratku. Kudekati telinga Anita , dia yang sudah ketakutan padaku, dia berusaha menjauhkan kepalanya, mungkin dikiranya aku mau menggigit telinganya.

Kubisikkan sesuatu di telinga Anita , Anita , gimana kalau kita ganti alatnya, sekarang pakai ikat pinggang saja ya, bisikku sambil menyeringai sadis. Anita menunjukkan ekspresi terkejut setengah tidak percaya bahwa dia akan menerima siksaan yang lebih hebat. Ampun... lepaskan saya... ibanya meskipun tahu aku tidak akan melepaskannya. Kubuka ikat pinggangku yang terbuat dari kulit, kulilitkan sebagian pada telapak tanganku, Anita melirikku dengan ketakutan yang amat sangat, nafasnya tersenggal-senggal meskipun dia sudah berusaha sekuat tenaga untuk mengaturnya. Mungkin dengan mengatur napas dia berharap sabetan ikat pinggangku tidak akan terlalu sakit. Kuangkat tinggi tanganku dan kuayunkan dengan keras, Anita memejamkan matanya, saat ikat pinggangku mendarat di pahanya terdengar meja yang ditiduri Anita agak berderit karena tubuh Anita secara spontan bergetar keras menahan sakit. Ahhh.. ampun.. ampun.. hahhh.. hahhh.. Anita berkata tersendat-sendat. Kali ini bukan hanya garis merah yang tampak, tetapi semacam jalur merah tercetak di paha Anita . Ceplasss... Ceplassss... sabetan ikat pinggangku semakin liar menghujani tubuh Anita . Anita sudah tidak bisa berkata apa-apa lagi, dia hanya menggeleng ke kiri ke kanan menahan penderitaan yang kuberikan. Puas dari samping, Bagaimana kalau pukulan yang mengarah langsung ke liang vaginanya? pikirku. Lalu aku mulai menyobek CD-nya dan minta kepada dua temanku untuk melepaskan ikatan kaki Anita dan mengikatnya kembali pada posisi menekuk ke atas dan mengangkang, sehingga liang vaginanya terbuka lebar. Anita berusaha meronta dan menutup liang vaginanya dengan kakinya, namun ikatan kami cukup erat sehingga kedua kakinya tidak bisa mengatup. Persis menghadap liang vaginanya, aku mengelus-elusnya sambil tersenyum sinis. Anita mengangkat kepalanya dan menatapku dengan pandangan nanar.

Aku mulai menjauh, ikat pinggang mulai kuputar-putar, lalu..., Ceplasss... ikat pinggang itu mendarat dengan tepat di bibir liang vagina Anita . Kali ini Anita meronta-ronta dengan sangat dan cukup lama, tampaknya dia sangat kesakitan, kepalanya ditengadahkan ke atas sembari mengguncang-guncangkan bokongnya di atas meja. Aku berjalan ke sampingnya, Lagi? tanyaku seolah tak menghiraukan penderitaannya. Anita tidak mengatakan apa-apa, kelihatannya dia sudah pasrah. Aku tersenyum penuh kemenangan, kusentuh bibir liang vaginanya yang tentunya masih pedih, Anita menggelinjang, tak peduli kugesek-gesekan jariku di liang senggamanya, tubuh Anita terus menggelinjang. Sakittt.. sakittt.. gumamnya lirih. Seolah tak peduli, kembali aku mengambil dua jepitan, dan kujepit di kedua bibir liang vagina yang memerah itu. Anita menatapku dengan pandangan tak percaya akan kesadisanku. Oke, kataku, Tidak ada lagi pukulan..., Anita diam saja tanpa ekspresi, ...tapi sekarang waktunya bermain lilin, lanjutku sambil menyunggingkan senyum. Kali ini Anita menolehkan wajahnya yang layu, berkeringat dan basah karena air matanya. Bisa kubaca dalam pikirannya, Oh.. apa lagi yang akan diperbuatnya pada tubuhku.. malangnya nasibku... Memang di kamar Aris ada beberapa lilin untuk jaga-jaga jika lampu mati, ada yang kecil dan ada juga yang besar supaya awet. Kuambil Zippo-ku, kunyalakan satu lilin yang kecil. Lidah api menari berputar-putar melelehkan batang lilin yang menahannya. Menembus lidah api itu, kulihat pandangan Anita yang berharap aku hanya bercanda. Kujawab dengan pandangan juga yang menyatakan bahwa aku serius. Segera lilin yang kupegang kumiringkan di atas toked Anita .

Kulihat ekspresi Anita yang memandang lekat batang lilin yang terkena nyala api, pandangannya seolah berharap agar lilin tersebut tidak meleleh atau apinya tiba-tiba mati. Tapi tentu saja itu tidak terjadi, yang terjadi adalah tetesan pertama jatuh dan menetes di atas puting susu Anita sebelah kanan. Hhhh... Anita mendesah, punggungnya terlihat bergerak ke atas menahan panas lilin yang meleleh. Tetesan demi tetesan bergerak jatuh, dan Anita terlihat semakin kesakitan karena tetesan tersebut jatuh di tempat bekas pecut dan sabetan ikat pinggangku tadi. Tiba-tiba teman-temanku ikut bergabung, mereka semua memegang lilin bahkan tidak hanya satu tapi tiga atau empat sekaligus. Mereka dengan gembira meneteskan ke bagian-bagian sensitif Anita , seperti buah dada, pusar, sekitar liang vagina dan paha. Kali ini Anita seperti ular kepanasan, dia meliuk-liukkan tubuhnya menahan panas tetesan lilin. Seperti biasa, setelah puas pada bagian tubuh Anita , aku pun mengambil sebuah lilin dengan diameter yang besar dan menyalakannya. Setelah menunggu agak lama supaya lelehan lilin cukup banyak di atas lilin itu, aku kembali mengelus-elus liang vagina Anita . Anita langsung berkata, Tidakkk.. jangan.. jangan Mas..., aku pun tersenyum penuh nafsu mendengar nada yang memelas itu. Tapi tetap saja lilin yang besar itu kumiringkan di atas liang vagina Anita , Anita berusaha mengelak dengan menggeser bokongnya, Pintar juga dia, pikirku, tapi karena lelehan lilin ini masih banyak, dengan leluasa aku menaburkan tetesan-tetesannya ke liang vaginanya. Tak ayal bagaikan lahar panas tetesan tersebut mengalir ke liang vagina Anita dan mungkin ke dalamnya. Errrggghhh... gumam Anita , dia langsung menggoyang-goyangkan bokongnya dan menengadahkan kepalanya menahan panas dan sakit, dengan mulutnya yang menggigit rapat dan matanya terpejam erat. Kemudian kucoba untuk memasukkan sebuah lilin kecil ke anusnya, sulit sekali karena anusnya begitu rapat, aku memasukkan jariku terlebih dahulu dan menggesek-geseknya agar anusnya membesar. Aduh.. aduh.. ucap Anita , tapi aku tidak peduli, setelah anusnya membesar mulai kutancapkan sebuah lilin di anusnya.

Dan ide cemerlangku muncul lagi, kunyalakan lilin yang menancap itu dan setelah cukup lama, kutiup apinya dan kubalik, jadi yang menancap adalah bagian yang barusan menyala. Jesss... bunyi panas lilin bercampur dengan cairan yang keluar dari anus Anita . Tentu saja Anita menggeliat kesakitan, bokongnya dibentur-benturkannya ke meja seakan ingin melepaskan lilin yang menancap di anusnya. Aku tersenyum senang sambil kumasuk-keluarkan lilin tadi di anus Anita . Karena sudah puas menyiksa Anita , aku kasih kesempatan kepada teman-temanku untuk menyetubuhinya. Teman-temanku begitu gembira, mereka langsung beraksi, sementara aku melihat pertunjukkan ini dengan kepuasan total. Mereka melepas ikatan Anita yang sudah tidak berdaya itu, lalu tubuhnya dibalik dan bokongnya ditarik ke atas sehingga dalam posisi menungging. Aku melihat Anita diam saja, mungkin dia sudah capai dan pasrah serta tidak punya harapan hidup lagi. Wajahnya yang cantik terlihat sangat lesu dan seolah-olah siap diperlakukan apa saja. Mamat dengan tubuhnya yang besar mulai membuka celana dan melakukan penetrasi, langsung sodomi. Anita membelalak tak menyangka bahwa ada benda sebesar itu yang harus masuk ke anusnya. Belum selesai dia menikmati penderitaan karena ulah Mamat, Aris langsung menyelinap ke bawah tubuh Anita dan berusaha memasukkan kontolnya ke liang vagina Anita .

Anita melolong kesakitan karena anus dan liang vaginanya yang sudah lecet dan perih terkena sabetan ikat pinggang dan tetesan lilin, masih harus bergesekan dengan kontol teman-temanku. Tubuhnya terguncang ke depan berulang-ulang setiap kali Mamat dan Aris menghunjamkan kontolnya. Tokednya berguncang keras persis di atas wajah Aris yang dengan penuh nafsu meremas sekuatnya. Masih tersiksa dengan keadaan begitu, Lukman mengeluarkan kepunyaannya dan minta dikaraoke oleh Anita . Rintihan Anita menjadi tersendat-sendat karena tersedak dan batuk, Lukman bukannya kasihan malahan dia semakin terangsang sehingga dia menghunjamkan kontolnya ke mulut dan tenggorokan Anita berulang-ulang. Aku tersenyum saja melihat kelakuan teman-temanku yang brutal, lalu kudekati Anita sambil berkata, Anita .. punggungmu masih mulus lho.. aku cambuk ya... Karena tidak mungkin menggunakan pecut dan ikat pinggang sebab bisa mengenai Aris yang berada di bawah tubuh Anita , maka aku menggunakan rotan yang tadi sebagai pegangan untuk pecut, rotan ini ujungnya memecah sehingga sangat cocok untuk menimbulkan rasa sakit. Segera kuraih rotan itu dan kupukulkan berulang-ulang ke punggung Anita . Tubuh Anita terlihat menggelinjang dan menggeliat seiring dengan hujaman-hujaman yang diberikan oleh Mamat, Aris dan Lukman serta siksaan cambukan rotan dariku.

Mamat yang melihat punggung Anita terkena pukulan rotanku sangat terangsang dan segera memuntahkan maninya ke liang dubur Anita , lalu dia pun mencabut batang kemaluannya. Karena bokongnya kosong, atau tidak ada orang, aku pun dengan leluasa memukul bokongnya dengan rotan. Kulihat Anita sangat menderita, bokong yang baru saja dimasuki paksa oleh Mamat masih harus menerima siksaan rotanku. Giliran Lukman yang ejakulasi, maninya langsung menyemprot ke tenggorokan Anita , membuatnya menjadi sulit bernafas dan seperti mau muntah. Melihat begitu semakin keras kupukulkan rotan ke bokongnya, bahkan ke belahan bokongnya. Tiba-tiba Anita lunglai, kelihatannya dia tak tahan lagi menerima siksaan kami, dia pingsan. Aris yang belum selesai masih terus melakukan aksinya, sehingga tubuh Anita yang pingsan itu terguncang-guncang ke sana ke mari, akhirnya Aris pun mencapai puncaknya dan menyemprotkan air maninya di dalam liang vagina Anita yang masih pingsan. Aku sendiri sudah merasa puas dengan balas dendamku ini. Kami berempat tertawa dan puas.

Kami lalu membawa tubuh Anita untuk dibuang, sebetulnya kami ingin menyimpannya untuk kenikmatan sehari-hari tetapi terlalu beresiko. Akhirnya tubuh Anita kami lempar di depan mall tempat dia bekerja. Aku tersenyum puas karena sudah memberi pelajaran kepada sales promotion girl (SPG ) yang sombong itu, tapi dalam hati aku merasa ketagihan untuk menyiksa sales promotion girl(SPG ) yang lain, kusampaikan ini ke teman-temanku dan mereka semuanya setuju untuk suatu waktu menculik dan menyiksa sales promotion girl(SPG ) yang lain.

Cerita Sex Dewasa berikut merupakan sebuah kisah sex 17 tahun yang dikirimkan oleh seorang fans berat situs cerita sex dan cerita dewasa indonesia ini yang minta nama dan identitasnya disamarkan! Berikut cerita sex yang dikirimkan oleh beliau! gw merupakan sebuah staff sebuah hotel berbintang 4 di Bali, Sudah sepuluh tahun belakangan ini gw merantau di pulau Dewata ini, hanya dengan bermodalkan ijasah SMK ( sekolah menengah kejuruan) gw memberanikan diri mengadu nasib disini, bekerja di hotel tidaklah mengecewakan. Walaupun hanya sebagai office boy, menyaksikan tingkah laku berbagai macam tamu domestic dan international sudah menjadi hal biasa. But ciehh kata2 gw sudah mulai berenglish ria!hehehe tetapi malam itu agak berbeda dari malam malam sebelumnya! Ada tamu sangat special di hotel, Feny (nama palsu) merupakan artis idola gw sejak beberapa tahun belakangan ini. Feny sangat seksi tingginya sekitar 178 meter dengan bobot yang ideal, membuat Feny begitu seksi di layar kaca. gw kira malam itu gw mimpi melihat dengan mata kepala gw sendiri wanita idola gw ini!

Feny menginap dengan 2 sahabatnyanya di dua kamar kelas deluxe di lantai 4 hotel tempat saya bekerja. Namanya, Wulan (nama samaran juga) dan Dany. Wulan orangnya kecil mungil. Namun memiliki ukuran buah dada yang indah, tidak besar, tidak juga terlalu kecil. Sepertinya, Wulan yang berusia paling kecil di antara mereka semua. Mungkin baru menginjak 16 tahun. Dan satu lagi, teman mereka dari Bali bernama Wayan, dia yang sering mengantar mereka bertiga. Jam menunjukkan pukul 2 dini hari. Feny, Wulan dan Dany pulang diantar oleh Wayan dengan mobil hardtopnya. Sambil ketawa ketiwi, mereka bertiga turun dari mobil untuk memasuki lobby hotel. Dari suara tercium aroma minuman keras yang cukup menyengat. Nampaknya Feny dan Dany mabuk berat. Sebagai satu-satunya office boy yang ada di lobby, gw pun bergegas menghampiri tamu-tamu istimewa hotel itu.

'Serius kamu bisa handle.'Teriak Wayan dari atas mobil hartopnyanya.
'Tenang aja. Nia gini-gini bisa urus Mbak Feny dan Mas Dany kok. Wayan pulang aja, katanya orang rumah ada yang sakit. Aman. Tolong bantu saya papah teman-teman ke atas ya, Mas.' Kata Wulan sambil memerintahku untuk memapah Dany.

Dengan sigap gw memapah Dany di tangan kananku. Tangan kiriku membantu Wulan yang sempoyongan menahan berat Feny yang tidak sanggup dipikul oleh tubuh mungilnya. Tangan kiriku benar-benar membuat iri semua bagian tubuh yang lain. Kulit Feny benar-benar halus. Mungkin karena sering perawatan, pikirku. Dalam kondisi memapah sering kali tanganku bersentuhan dengan susunya yang besar itu. Tentu saja, setiap sentuhan ini membuat adik jadi siaga satu. 'Ini kesempatan langka, gw harus mendapatkan tubuh idamanku ini..'Batinku. Kami memasukkan Dany lebih dulu. Karena kamarnya paling dekat dengan pintu lift. Setelah itu, gw dikelilingi dua wanita cantik ini berjalan menuju kamar 418 yang ada di ujung lorong. Dalam kelebatan cahaya lampu lorong, Wulan yang berjalan di depan kami berdua. Tubuhnya yang mungil menawarkan sex appeal tersendiri. Sensual dalam mungilnya. Hmmm...Cantik juga ABG ini, kata gw dalam hati sambil tangan kiriku mulai nakal meremas-remas susu Feny. kontol gw semakin tegang karenanya. Feny & Wulan, gw menginginkan kalian berdua malam ini.

'Oke,saya bisa sendiri,Mas.'Kata Wulan setelah membuka pintu kamar. 'Ga apa-apa,Non. Saya antar aja sampe ke dalam...'Kata gw berani mengingat situasi hotel yang sudah sepi. gw menerobos pintu kamar sambil mendorong Wulan. 'Apa-apaan ini, Mas....'Bentak Wulan. 'Eh...diam kamu. Atau saya kalap dan bunuh kalian berdua.'Ancamku sambil menutup pintu kamar, dan mengDanygi kuncinya. 'Non Wulan duduk di sana!!!' Perintahku semakin berani setelah Wulan menunjukkan ketakutan pada gw. Wulan pun duduk di kursi yang ada dekat tempat tidur king size. gw pun meletakkan tubuh Feny terlebih dahulu di kasur.

'Eeeemmm....'Feny bereaksi ketika tubuhnya terhempas. susunya sempat terguncang. Membuatku semakin terangsang. Tapi nanti dulu, sayang. gw ingin dipanaskan dulu oleh bibir mungil Wulan,pikirku sambil menelan air ludah. gw pun menghampiri Wulan. 'Kamu masih mau hidup,bukan?' Kata gw pada Wulan. Diikuti anggukan pelan Wulan. 'Kalo gitu ikuti perintahku.....buka reslitingku. Dan elus kontol gw dengan lembut.' Wulan menuruti. Terlihat masih canggung. Mungkin dia belum pernah melakukannya pada cowok lain. kontol gw langsung menegang dengan elusan Wulan. Ukurannya yang 18 centi dengan diameter yang gede, membuat tangan mungil Wulan tidak bisa menggenggamnya dengan utuh.

'Aaaahh...hh..hh..Kamu berbakat sekali,sayang. Sekarang kulum dia.'Perintah gw lagi. Wulan terdiam, sepertinya dia agak bingung. 'Hisep....atau kamu mampus.'Bentak gw membuyarkan kebingungannya. gw sodorkan kontol gw di bibirnya yang seksi. Dan Wulan pun bekerja sesuai perintah gw. Mulutnya terbuka penuh menerima kontol gw yang sudah berdiri gagah. Meskipun hanya 1/3 masuk tapi hangatnya mulut Wulan membuat sensasi yang luar biasa. gw pun menarik rambut kepalanya untuk maju mundur demi menambah kenikmatan langka ini. Sambil menangis, Wulan melakukannya dengan baik untuk level pemula. Sesekali dia mau tersedak, ketika gw memaksakan untuk lebih masuk lagi. Tangan gw yang satu lagi menyobek kaos tipis yang dikenakannya hingga memperlihatkan seluruh isi dadanya yang putih bersih ini.

'Aaaacchhh....hebat kamu cantik. Sudah cukup. Cukup. Sekarang, kamu liat baik-baik. Ini show hebat yang ga ada di sinetronmu.'Kata gw sambil mencabut kontol gw yang sudah siap tempur. gw beralih ke arah ranjang. gw buka resliting Feny yang masih tidur dalam kondisi maboknya. Setelah gw pelorot Jeans ketat itu, sempat gw tertegun melihat pemandangan di depan gw. Aiiiih, Mak. Seksi sekali paha punya artis ini. Tidak seperti pelacur yang biasa gw sambangi. Ya, iya lah bodoh, ini kan artis!hohoho.. Tangan gw beralih ke kaos putih ketat milik Feny. gw angkat perlahan hingga lepas. Sempat gw cium dan gw gigit lehernya karena begitu gemas dengan keindahan luar biasa ini. Dan dengan buru-buru gw lepas bra milik Feny hingga memperlihatkan gundukan indah milik artis idola gw ini. Sempat gw main-mainkan dua putingnya. Lalu ciuman turun ke perut dan terus turun ke bawah. Menuju liang kenikmatan gadis tercantik di Indonesia ini.

'Aaaaacchhh...'Feny sempat mendesah sesaat setelah lidah gw mengaduk memeknya. Harum sekali memek milik artis ini. Membuat gairah gw semakin melambung tinggi. Setelah memeknya gw rasakan cukup basah. gw mengambil posisi tempur. Adik gw sudah menghunus dengan tidak sabarnya. Dua tangan gw memegang pinggul ramping Feny. Dan pelan-pelan kontol gw yang sudah menempel di bibir memek ini bergerak menembusnya. Feny sempat mengejang dengan penetrasi ini. Tapi pengaruh alkohol membuat dia tidak bisa keluar dari kondisi tidak sadarnya. 'Tolong jangan....Mas,kasihan mbak Feny..'Nia merengek di kursi tempatnya duduk sambil menutupi dua susunya yang sudah bebas menggantung. 'Eh...diam kamu. Liat aja. Masih rewel juga gw potong lehermu.' Bentak gw. Dengan tidak sabar gw hentakkan pantat gw hingga kontol perkasa gw meluncur menusuk semakin dalam. 'Aaaaaahhh...hh...enak sekali punyamu Feny gw. Akhirnya gw bisa mencicipimu.'Desah gw dengan napas terputus-putus. Memang memiaw Feny ternyata sudah tidak perawan. Tapi nampaknya, siapa pun kontol yang pernah bekerja dengannya tidak sebesar milik gw. Sempat gw diamkan kontol gw yang sudah terbenam seluruhnya untuk merasakan pijatan erotis memek Feny.

'Eeeemmm..mm..aaaah..'Feny dalam pingsannya tampaknya juga masih merespon rangsangan dari genjotangw yang mulai cepat. Peluh mengalir di tubuh gw menandakan ritme 'pekerjaan' ini semakin cepat. gw merapatkan dada gw ke dada Feny. Merasakan kenyalnya susu artis ini menempel di dada gw. Bibir gw seolah tidak mau ketinggalan, terus mengulum bibir yang beraroma alkohol ini, lehernya yang jenjang. Tangan gw dengan gemas meremas kuat dua susu Feny bergantian. Tubuh Feny berguncang-guncang di atas ranjang empuk menerima hujaman kontol gw yang semakin liar. susunya naik turun menggemaskan. Sensasi yang luar biasa, aaaah...bejo-nya gw, gumam gw dalam hati. Remasan memek Feny juga mulai terasa semakin kuat mencengkram. Liangnya yang semakin basah, semakin membuat gerakan dan manuver kontol gw semakin lancar. 'Aaaaah...Feny- gw. Nikmat sekali.' gw menyerocos ga jelas karena kenikmatan luar biasa ini.

Tangan gw mencengkram kasar pinggul Feny. Pantat gw semakin bertenaga naik turun. Dan kemaluan gw yang besar sudah mulai berkedut-kedut menandakan orgasme sebentar lagi datang melanda. gw tanjapkan dalam-dalam semua batang kontol gw dalam liang kenikmatan Feny, disertai semburan air mani yang luar biasa mengalir menambah sensasi sebuah orgasme. 'Uuuuuuugggghhh....'Tubuh gw ambruk seiring melemasnya seluruh tubuh gw. kontol gw masih tertancap dengan semua kenikmatan yang baru saja didakinya. keringat gw meleleh membasahi seluruh badan Feny yang masih terlelap dengan tak bersalahnya. 'Aaaahhh...nikmat sekali. Kamu lihatkan, Wulan. Itu tadi seks yang fantastis,bukan?' Kata gw puas sambil melirik Wulan yang duduk sambil menekuk dua lututnya menutupi susunya. gw tahu di sela pergumulan gw tadi, beberapa kali Wulan tak tahan juga untuk melirik apa yang sedang terjadi. Nafasnya terdengar terengah karena terangsang oleh apa yang dia lihat dan dengar. 'Aaah...'gw mencabut kontol gw yang sudah mulai menciut dari memek Feny. Menyisakan ceceran air mani yang mengalir di sela memek yang enak ini. Tubuh gw ambruk di samping idaman gw.

Wulan ga bisa ngomong dan tidak bisa berbuat apa kerana hanya bisa diam saja menyaksikan temannya diperkosa di hadapannya dan hanya bisa meratapi nasibnya! Cerita Sex Diatas akan dilanjutkan ke pemerkosaan artis idola part 2! jadi tongkrongin terus situs cerita sex dan cerita dewasa khusus bahasa indonesia ini!


Cerita Sex Dewasa berikut merupakan sebuah kisah sex 17 tahun yang dikirimkan oleh seorang fans berat situs cerita sex dan cerita dewasa indonesia ini yang minta nama dan identitasnya disamarkan! Berikut cerita sex yang dikirimkan oleh beliau! gw merupakan sebuah staff sebuah hotel berbintang 4 di Bali, Sudah sepuluh tahun belakangan ini gw merantau di pulau Dewata ini, hanya dengan bermodalkan ijasah SMK ( sekolah menengah kejuruan) gw memberanikan diri mengadu nasib disini, bekerja di hotel tidaklah mengecewakan. Walaupun hanya sebagai office boy, menyaksikan tingkah laku berbagai macam tamu domestic dan international sudah menjadi hal biasa. But ciehh kata2 gw sudah mulai berenglish ria!hehehe tetapi malam itu agak berbeda dari malam malam sebelumnya! Ada tamu sangat special di hotel, Feny (nama palsu) merupakan artis idola gw sejak beberapa tahun belakangan ini. Feny sangat seksi tingginya sekitar 178 meter dengan bobot yang ideal, membuat Feny begitu seksi di layar kaca. gw kira malam itu gw mimpi melihat dengan mata kepala gw sendiri wanita idola gw ini!

Feny menginap dengan 2 sahabatnyanya di dua kamar kelas deluxe di lantai 4 hotel tempat saya bekerja. Namanya, Wulan (nama samaran juga) dan Dany. Wulan orangnya kecil mungil. Namun memiliki ukuran buah dada yang indah, tidak besar, tidak juga terlalu kecil. Sepertinya, Wulan yang berusia paling kecil di antara mereka semua. Mungkin baru menginjak 16 tahun. Dan satu lagi, teman mereka dari Bali bernama Wayan, dia yang sering mengantar mereka bertiga. Jam menunjukkan pukul 2 dini hari. Feny, Wulan dan Dany pulang diantar oleh Wayan dengan mobil hardtopnya. Sambil ketawa ketiwi, mereka bertiga turun dari mobil untuk memasuki lobby hotel. Dari suara tercium aroma minuman keras yang cukup menyengat. Nampaknya Feny dan Dany mabuk berat. Sebagai satu-satunya office boy yang ada di lobby, gw pun bergegas menghampiri tamu-tamu istimewa hotel itu.

'Serius kamu bisa handle.'Teriak Wayan dari atas mobil hartopnyanya.
'Tenang aja. Nia gini-gini bisa urus Mbak Feny dan Mas Dany kok. Wayan pulang aja, katanya orang rumah ada yang sakit. Aman. Tolong bantu saya papah teman-teman ke atas ya, Mas.' Kata Wulan sambil memerintahku untuk memapah Dany.

Dengan sigap gw memapah Dany di tangan kananku. Tangan kiriku membantu Wulan yang sempoyongan menahan berat Feny yang tidak sanggup dipikul oleh tubuh mungilnya. Tangan kiriku benar-benar membuat iri semua bagian tubuh yang lain. Kulit Feny benar-benar halus. Mungkin karena sering perawatan, pikirku. Dalam kondisi memapah sering kali tanganku bersentuhan dengan susunya yang besar itu. Tentu saja, setiap sentuhan ini membuat adik jadi siaga satu. 'Ini kesempatan langka, gw harus mendapatkan tubuh idamanku ini..'Batinku. Kami memasukkan Dany lebih dulu. Karena kamarnya paling dekat dengan pintu lift. Setelah itu, gw dikelilingi dua wanita cantik ini berjalan menuju kamar 418 yang ada di ujung lorong. Dalam kelebatan cahaya lampu lorong, Wulan yang berjalan di depan kami berdua. Tubuhnya yang mungil menawarkan sex appeal tersendiri. Sensual dalam mungilnya. Hmmm...Cantik juga ABG ini, kata gw dalam hati sambil tangan kiriku mulai nakal meremas-remas susu Feny. kontol gw semakin tegang karenanya. Feny & Wulan, gw menginginkan kalian berdua malam ini.

'Oke,saya bisa sendiri,Mas.'Kata Wulan setelah membuka pintu kamar. 'Ga apa-apa,Non. Saya antar aja sampe ke dalam...'Kata gw berani mengingat situasi hotel yang sudah sepi. gw menerobos pintu kamar sambil mendorong Wulan. 'Apa-apaan ini, Mas....'Bentak Wulan. 'Eh...diam kamu. Atau saya kalap dan bunuh kalian berdua.'Ancamku sambil menutup pintu kamar, dan mengDanygi kuncinya. 'Non Wulan duduk di sana!!!' Perintahku semakin berani setelah Wulan menunjukkan ketakutan pada gw. Wulan pun duduk di kursi yang ada dekat tempat tidur king size. gw pun meletakkan tubuh Feny terlebih dahulu di kasur.

'Eeeemmm....'Feny bereaksi ketika tubuhnya terhempas. susunya sempat terguncang. Membuatku semakin terangsang. Tapi nanti dulu, sayang. gw ingin dipanaskan dulu oleh bibir mungil Wulan,pikirku sambil menelan air ludah. gw pun menghampiri Wulan. 'Kamu masih mau hidup,bukan?' Kata gw pada Wulan. Diikuti anggukan pelan Wulan. 'Kalo gitu ikuti perintahku.....buka reslitingku. Dan elus kontol gw dengan lembut.' Wulan menuruti. Terlihat masih canggung. Mungkin dia belum pernah melakukannya pada cowok lain. kontol gw langsung menegang dengan elusan Wulan. Ukurannya yang 18 centi dengan diameter yang gede, membuat tangan mungil Wulan tidak bisa menggenggamnya dengan utuh.

'Aaaahh...hh..hh..Kamu berbakat sekali,sayang. Sekarang kulum dia.'Perintah gw lagi. Wulan terdiam, sepertinya dia agak bingung. 'Hisep....atau kamu mampus.'Bentak gw membuyarkan kebingungannya. gw sodorkan kontol gw di bibirnya yang seksi. Dan Wulan pun bekerja sesuai perintah gw. Mulutnya terbuka penuh menerima kontol gw yang sudah berdiri gagah. Meskipun hanya 1/3 masuk tapi hangatnya mulut Wulan membuat sensasi yang luar biasa. gw pun menarik rambut kepalanya untuk maju mundur demi menambah kenikmatan langka ini. Sambil menangis, Wulan melakukannya dengan baik untuk level pemula. Sesekali dia mau tersedak, ketika gw memaksakan untuk lebih masuk lagi. Tangan gw yang satu lagi menyobek kaos tipis yang dikenakannya hingga memperlihatkan seluruh isi dadanya yang putih bersih ini.

'Aaaacchhh....hebat kamu cantik. Sudah cukup. Cukup. Sekarang, kamu liat baik-baik. Ini show hebat yang ga ada di sinetronmu.'Kata gw sambil mencabut kontol gw yang sudah siap tempur. gw beralih ke arah ranjang. gw buka resliting Feny yang masih tidur dalam kondisi maboknya. Setelah gw pelorot Jeans ketat itu, sempat gw tertegun melihat pemandangan di depan gw. Aiiiih, Mak. Seksi sekali paha punya artis ini. Tidak seperti pelacur yang biasa gw sambangi. Ya, iya lah bodoh, ini kan artis!hohoho.. Tangan gw beralih ke kaos putih ketat milik Feny. gw angkat perlahan hingga lepas. Sempat gw cium dan gw gigit lehernya karena begitu gemas dengan keindahan luar biasa ini. Dan dengan buru-buru gw lepas bra milik Feny hingga memperlihatkan gundukan indah milik artis idola gw ini. Sempat gw main-mainkan dua putingnya. Lalu ciuman turun ke perut dan terus turun ke bawah. Menuju liang kenikmatan gadis tercantik di Indonesia ini.

'Aaaaacchhh...'Feny sempat mendesah sesaat setelah lidah gw mengaduk memeknya. Harum sekali memek milik artis ini. Membuat gairah gw semakin melambung tinggi. Setelah memeknya gw rasakan cukup basah. gw mengambil posisi tempur. Adik gw sudah menghunus dengan tidak sabarnya. Dua tangan gw memegang pinggul ramping Feny. Dan pelan-pelan kontol gw yang sudah menempel di bibir memek ini bergerak menembusnya. Feny sempat mengejang dengan penetrasi ini. Tapi pengaruh alkohol membuat dia tidak bisa keluar dari kondisi tidak sadarnya. 'Tolong jangan....Mas,kasihan mbak Feny..'Nia merengek di kursi tempatnya duduk sambil menutupi dua susunya yang sudah bebas menggantung. 'Eh...diam kamu. Liat aja. Masih rewel juga gw potong lehermu.' Bentak gw. Dengan tidak sabar gw hentakkan pantat gw hingga kontol perkasa gw meluncur menusuk semakin dalam. 'Aaaaaahhh...hh...enak sekali punyamu Feny gw. Akhirnya gw bisa mencicipimu.'Desah gw dengan napas terputus-putus. Memang memiaw Feny ternyata sudah tidak perawan. Tapi nampaknya, siapa pun kontol yang pernah bekerja dengannya tidak sebesar milik gw. Sempat gw diamkan kontol gw yang sudah terbenam seluruhnya untuk merasakan pijatan erotis memek Feny.

'Eeeemmm..mm..aaaah..'Feny dalam pingsannya tampaknya juga masih merespon rangsangan dari genjotangw yang mulai cepat. Peluh mengalir di tubuh gw menandakan ritme 'pekerjaan' ini semakin cepat. gw merapatkan dada gw ke dada Feny. Merasakan kenyalnya susu artis ini menempel di dada gw. Bibir gw seolah tidak mau ketinggalan, terus mengulum bibir yang beraroma alkohol ini, lehernya yang jenjang. Tangan gw dengan gemas meremas kuat dua susu Feny bergantian. Tubuh Feny berguncang-guncang di atas ranjang empuk menerima hujaman kontol gw yang semakin liar. susunya naik turun menggemaskan. Sensasi yang luar biasa, aaaah...bejo-nya gw, gumam gw dalam hati. Remasan memek Feny juga mulai terasa semakin kuat mencengkram. Liangnya yang semakin basah, semakin membuat gerakan dan manuver kontol gw semakin lancar. 'Aaaaah...Feny- gw. Nikmat sekali.' gw menyerocos ga jelas karena kenikmatan luar biasa ini.

Tangan gw mencengkram kasar pinggul Feny. Pantat gw semakin bertenaga naik turun. Dan kemaluan gw yang besar sudah mulai berkedut-kedut menandakan orgasme sebentar lagi datang melanda. gw tanjapkan dalam-dalam semua batang kontol gw dalam liang kenikmatan Feny, disertai semburan air mani yang luar biasa mengalir menambah sensasi sebuah orgasme. 'Uuuuuuugggghhh....'Tubuh gw ambruk seiring melemasnya seluruh tubuh gw. kontol gw masih tertancap dengan semua kenikmatan yang baru saja didakinya. keringat gw meleleh membasahi seluruh badan Feny yang masih terlelap dengan tak bersalahnya. 'Aaaahhh...nikmat sekali. Kamu lihatkan, Wulan. Itu tadi seks yang fantastis,bukan?' Kata gw puas sambil melirik Wulan yang duduk sambil menekuk dua lututnya menutupi susunya. gw tahu di sela pergumulan gw tadi, beberapa kali Wulan tak tahan juga untuk melirik apa yang sedang terjadi. Nafasnya terdengar terengah karena terangsang oleh apa yang dia lihat dan dengar. 'Aaah...'gw mencabut kontol gw yang sudah mulai menciut dari memek Feny. Menyisakan ceceran air mani yang mengalir di sela memek yang enak ini. Tubuh gw ambruk di samping idaman gw.

Wulan ga bisa ngomong dan tidak bisa berbuat apa kerana hanya bisa diam saja menyaksikan temannya diperkosa di hadapannya dan hanya bisa meratapi nasibnya! Cerita Sex Diatas akan dilanjutkan ke pemerkosaan artis idola part 2! jadi tongkrongin terus situs cerita sex dan cerita dewasa khusus bahasa indonesia ini!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar