Jumat, 27 Agustus 2010

Hadiah Kedewasaan dari Mbak Yuni – 1

KisahMesum.Com : Kejadian ini terjadi ketika aku lulus dari SMU. Perkenalkan, namaku Aris. Kejadian ini tidak akan terlupakan karena ini adalah pertama kalinya aku merasakan nikmatnya sex yang sebenarnya. Pada waktu itu aku make love dengan Mbak Yuni yang umurnya kira-kira 10 tahun lebih tua dariku. Wajahnya manis dan kulitnya putih.

Mbak Yuni adalah anak tetangga nenekku di desa daerah Cilacap yang ikut dengan keluargaku di Kota Semarang sejak SMP. Waktu SD ia sekolah di desa, setelah itu ia diajak keluargaku di kota untuk melanjutkan sekolah sekaligus membantu keluargaku terutama merawat aku. Kami sangat akrab bahkan di juga sering ngeloni aku. Mbak Yuni ikut dengan keluargaku sampai dia lulus SMA atau aku kelas 2 SD dan dia kembali ke desa. Namanya juga anak kecil, jadi aku belum ada perasaan apa-apa terhadapnya.

Setelah itu kami jarang bertemu, paling-paling hanya setahun satu atau dua kali. Tiga tahun kemudian ia menikah dan waktu aku kelas dua SMP aku harus pindah luar Jawa ke Kota Makassar mengikuti ayah yang dipindah tugas. Setelah itu kami tidak pernah bertemu lagi. Kami hanya berhubungan lewat surat dan kabarnya ia sekarang telah memiliki seorang anak. pada waktu aku lulus SMA aku pulang ke rumah nenek dan berniat mencari tempat kuliah di Kota Yogya.

Sesampai di rumah nenek aku tahu bahwa Mbak Yuni sudah punya rumah sendiri dan tinggal bersama suaminya di desa seberang. Setelah dua hari di rumah nenek aku berniat mengunjungi rumah Mbak Yuni. Setelah diberi tahu arah rumahnya (sekitar 1 km) aku pergi kira-kira jam tiga sore dan berniat menginap. Dari sinilah cerita ini berawal.

Setelah berjalan kurang lebih 20 menit, akhirnya aku sampai di rumah yang ciri-cirinya sama dengan yang dikatakan nenek. Sejenak kuamati kelihatannya sepi, lalu aku coba mengetok pintu rumahnya.

“Ya sebentar..” terdengar sahutan wanita dari dalam.
Tak lama kemudian keluar seorang wanita dan aku masih kenal wajah itu walau lama tidak bertemu. Mbak Yuni terlihat manis dan kulitnya masih putih seperti dulu. Dia sepertinya tidak mengenaliku.
“Cari siapa ya? tanya Mbak Yuni”.
“Anda Mbak Yuni kan?” aku balik bertanya.
“Iya benar, anda siapa ya dan ada keperluan apa?” Mbak Yuni kembali bertanya dengan raut muka yang berusaha mengingat-ingat.
“Masih inget sama aku nggak Mbak? Aku Aris Mbak, masak lupa sama aku”, kataku.
“Kamu Aris anaknya Pak Tono?” kata Mbak Yuni setengah nggak percaya.
“Ya ampun Ris, aku nggak ngenalin kamu lagi. Berapa tahun coba kita nggak bertemu.” Kata Mbak Yuni sambil memeluk tubuhku dan menciumi wajahku.
Aku kaget setengah mati, baru kali ini aku diciumi seorang wanita. Aku rasakan buah dadanya menekan dadaku. Ada perasaan lain muncul waktu itu.
“Kamu kapan datangnya, dengan siapa” kata Mbak Yuni sambil melepas pelukannya.
“Saya datang dua hari lalu, saya hanya sendiri.” kataku.
“Eh iya ayo masuk, sampai lupa, ayo duduk.” Katanya sambil menggeret tanganku.

Kami kemudian duduk di ruang tamu sambil mengobrol sana-sini, maklum lama nggak tetemu. Mbak Yuni duduk berhimpitan denganku. Tentu saja buah dadanya menempel di lenganku. Aku sedikit terangsang karena hal ini, tapi aku coba menghilangkan pikiran ini karena Mbak Yuni sudah aku anggap sebagai keluarga sendiri.

“Eh iya sampai lupa buatin kamu minum, kamu pasti haus, sebentar ya..” kata Mbak Yuni ditengah pembicaraan.
Tak lama kemudian ia datang, “Ayo ini diminum”, kata Mbak Yuni.
“Kok sepi, pada kemana Mbak?” Tanyaku.
“Oh kebetulan Mas Heri (suaminya Mbak Yuni) pergi kerumah orang tuanya, ada keperluan, rencananya besok pulangya dan si Dani (anaknya Mbak Yuni) ikut” jawab Mbak Yuni.
“Belum punya Adik Mbak dan Mbak Yuni kok nggak ikut?” tanyaku lagi.
“Belum Ris padahal udah pengen lho.. tapi memang dapatnya lama mungkin ya, kayak si Dani dulu. Mbak Yuni ngurusi rumah jadi nggak bisa ikut” katanya.
“Eh kamu nginep disini kan? Mbak masih kangen lho sama kamu” katanya lagi.
“Iya Mbak, tadi sudah pamit kok” kataku.
“Kamu mandi dulu sana, ntar keburu dingin” kata Mbak Yuni.

Lalu aku pergi mandi di belakang rumah dan setelah selesai aku lihat-lihat kolam ikan di belakang rumah dan kulihat Mbak Yuni gantian mandi. Kurang lebih lima belas menit, Mbak Yuni selesai mandi dan aku terkejut karena ia hanya mengenakan handuk yang dililitkan di tubuhnya. Aku pastikan ia tidak memakai BH dan mungkin CD juga karena tidak aku lihat tali BH menggantung di pundaknya.

“Sayang Ris ikannya masih kecil, belum bisa buat lauk” kata Mbak Yuni sambil melangkah ke arahku lalu kami ngobrol sebentar tentang kolam ikannya.
Kulihat buah dadanya sedikit menyembul dari balutan handuknya dan ditambah bau harum tubuhnya membuatku terangsang. Tak lama kemudian ia pamit mau ganti baju. Mataku tak lepas memperhatikan tubuh Mbak Yuni dari belakang. Kulitnya benar-benar putih. Sepasang pahanya putih mulus terlihat jelas bikin burungku berdiri. Ingin rasanya aku lepas handuknya lalu meremas, menjilat buah dadanya, dan menusuk-nusuk selangkangannya dengan burungku seperti dalam bokep yang sering aku lihat. Sejenak aku berkhayal lalu kucoba menghilangkan khayalan itu.

Haripun berganti petang, udara dingin pegunungan mulai terasa. Setelah makan malam kami nonton teve sambil ngobrol banyak hal, sampai tak terasa sudah pukul sembilan.
“Ris nanti kamu tidur sama aku ya, Mbak kangen lho ngeloni kamu” kata Mbak Yuni.
“Apa Mbak?” Kataku terkejut.
“Iya.. Kamu nanti tidur sama aku saja. Inget nggak dulu waktu kecil aku sering ngeloni kamu” katanya.
“Iya Mbak aku inget” jawabku.
“Nah ayo tidur, Mbak udah ngantuk nih” kata Mbak Yuni sambil beranjak melangkah ke kamar tidur dan aku mengikutinya dari belakang, pikiranku berangan-angan ngeres. Sampai dikamar tidur aku masih ragu untuk naik ke ranjang.
“Ayo jadi tidur nggak?” tanya Mbak Yuni.
Lalu aku naik dan tiduran disampingnya. Aku deg-degan. Kami masih ngobrol sampai jam 10 malam.
“Tidur ya.. Mbak udah ngantuk banget” kata Mbak Yuni.
“Iya Mbak” kataku walaupun sebenarnya aku belum ngantuk karena pikiranku semakin ngeres saja terbayang-bayang pemandangan menggairahkan sore tadi, apalagi kini Mbak Yuni terbaring di sampingku, kurasakan burungku mengeras.

Aku melirik ke arah Mbak Yuni dan kulihat ia telah tertidur lelap. Dadaku semakin berdebar kencang tak tahu apa yang harus aku lakukan. Ingin aku onani karena sudah tidak tahan, ingin juga aku memeluk Mbak Yuni dan menikmati tubuhnya, tapi itu tidak mungkin pikirku. Aku berusaha menghilangkan pikiran kotor itu, tapi tetap tak bisa sampai jam 11 malam. Lalu aku putus kan untuk melihat paha Mbak Yuni sambil aku onani karena bingung dan udah tidak tahan lagi.

Dengan dada berdebar-debar aku buka selimut yang menutupi kakinya, kemudian dengan pelan-pelan aku singkapkan roknya hingga celana dalam hitamnya kelihatan, dan terlihatlah sepasang paha putih mulus didepanku beitu dekat dan jelas. Semula aku hanya ingin melihatnya saja sambil berkhayal dan melakukan onani, tetapi aku penasaran ingin merasakan bagaimana meraba paha seorang perempuan tapi aku takut kalau dia terbangun. Kurasakan burungku melonjak-lonjak seakan ingin melihat apa yang membuatnya terbangun. Karena sudah dikuasai nafsu akhirnya aku nekad, kapan lagi kalau tidak sekarang pikirku.

Dengan hati-hati aku mulai meraba paha Mbak Yuni dari atas lutut lalu keatas, terasa halus sekali dan kulakukan beberapa kali. Karena semakin penasaran aku coba meraba celana dalamnya, tetapi tiba-tiba Mbak Yuni terbangun.
“Aris! Apa yang kamu lakukan!” kata Mbak Yuni dengan terkejut.
Ia lalu menutupi pahanya dengan rok dan selimutnya lalu duduk sambil menampar pipiku. Terasa sakit sekali.
“Kamu kok berani berbuat kurang ajar pada Mbak Yuni. Siapa yang ngajari kamu?” kata Mbak Yuni dengan marah.
Aku hanya bisa diam dan menunduk takut. Burungku yang tadinya begitu perkasa aku rasakan langsung mengecil seakan hilang.
“Tak kusangka kamu bisa melakukan hal itu padaku. Awas nanti kulaporkan kamu ke nenek dan bapakmu” kata Mbak Yuni.
“Ja.. jangan Mbak” kataku ketakutan.
“Mbak Yuni kan juga salah” kataku lagi membela diri.
“Apa maksudmu?” tanya Mbak Yuni.
“Mbak Yuni masih menganggap saya anak kecil, padahal saya kan udah besar Mbak, sudah lebih dari 17 tahun. Tapi Mbak Yuni masih memperlakukan aku seperti waktu aku masih kecil, pakai ngeloni aku segala. Trus tadi sore juga, habis mandi Mbak Yuni hanya memakai handuk saja didepanku. Saya kan lelaki normal Mbak” jelasku.

Kulihat Mbak Yuni hanya diam saja, lalu aku berniat keluar dari kamar.
“Mbak.. permisi, biar saya tidur saja di kamar sebelah” kataku sambil turun dari ranjang dan berjalan keluar.
Mbak Yuni hanya diam saja. Sampai di kamar sebelah aku rebahkan tubuhku dan mengutuki diriku yang berbuat bodoh dan membayangkan apa yang akan terjadi besok. Kurang lebih 15 menit kemudian kudengar pintu kamarku diketuk.

“Ris.. kamu masih bangun? Mbak boleh masuk nggak?” Terdengar suara Mbak Yuni dari luar.
“Ya Mbak, silakan” kataku sambil berpikir mau apa dia.
Mbak Yuni masuk kamarku lalu kami duduk di tepi ranjang. Aku lihat wajahnya sudah tidak marah lagi.
“Ris.. Maafkan Mbak ya telah nampar kamu” katanya.
“Seharusnya saya yang minta maaf telah kurang ajar sama Mbak Yuni” kataku.
“Nggak Ris, kamu nggak salah, setelah Mbak pikir, apa yang kamu katakan tadi benar. Karena lama nggak bertemu, Mbak masih saja menganggap kamu seorang anak kecil seperti dulu aku ngasuh kamu. Mbak tidak menyadari bahwa kamu sekarang sudah besar” kata Mbak Yuni.
Aku hanya diam dalam hatiku merasa lega Mbak Yuni tidak marah lagi.
“Ris, kamu bener mau sama Mbak?” tanya Mbak Yuni.
“Maksud Mbak?” kataku terkejut sambil memandangi wajahnya yang terlihat bagitu manis.
“Iya.. Mbak kan udah nggak muda lagi, masa’ sih kamu masih tertarik sama aku?” katanya lagi.
Aku hanya diam, takut salah ngomong dan membuatnya marah lagi.
“Maksud Mbak.., kalau kamu bener mau sama Mbak, aku rela kok melakukannya dengan kamu” katanya lagi.
Mendengar hal itu aku tambah terkejut, seakan nggak percaya.
“Apa Mbak” kataku terkejut.
“Bukan apa-apa Ris, kamu jangan berpikiran enggak-enggak sama Mbak. Ini hanya untuk meyakinkan Mbak bahwa kamu telah dewasa dan lain kali tidak menganggap kamu anak kecil lagi” kata Mbak Yuni

Lagi-lagi aku hanya diam, seakan nggak percaya. Ingin aku mengatakan iya, tapi takut dan malu. Mau menolak tapi aku pikir kapan lagi kesempatan seperti ini yang selama ini hanya bisa aku bayangkan.

“Gimana Ris? Tapi sekali aja ya.. dan kamu harus janji ini menjadi rahasia kita berdua” kata Mbak Yuni.
Aku hanya mengangguk kecil tanda bahwa aku mau.
“Kamu pasti belum pernah kan?” kata Mbak Yuni.
“Belum Mbak, tapi pernah lihat di film” kataku.
“Kalau begitu aku nggak perlu ngajari kamu lagi” kata Mbak Yuni.

Mbak Yuni lalu mencopot bajunya dan terlihatlah buah dadanya yang putih mulus terbungkus BH hitam, aku diam sambil memperhatikan, birahiku mulai naik. Lalu Mbak Yuni mencopot roknya dan paha mulus yang aku gerayangi tadi terlihat. Tangannya diarahkan ke belakang pundak dan BH itupun terlepas, sepasang buah dada berukuran sedang terlihat sangat indah dipadu dengan puting susunya yang mencuat kedepan. Mbak Yuni lalu mencopot CD hitamnya dan kini ia telah telanjang bulat. Penisku terasa tegang karena baru pertama kali ini aku melihat wanita telanjang langsung dihadapanku. Ia naik ke atas ranjang dan merebahkan badannya terlentang. Aku begitu takjub, bayangkan ada seorang wanita telanjang dan pasrah berbaring di ranjang tepat dihadapanku. Aku tertegun dan ragu untuk melakukannya.

“Ayo Ris.. apa yang kamu tunggu, Mbak udak siap kok, jangan takut, nanti Mbak bantu” kata Mbak Yuni.

KisahMesum.Com : Sambungan Dari bagian 1

Segera aku melepaskan semua pakaianku karena sebenarnya aku sudah tidak tahan lagi. Kulihat Mbak Yuni memperhatikan burungku yang berdenyut-denyut, aku lalu naik ke atas ranjang. Karena sudah tidak sabar, langsung saja aku memulainya. Langsung saja aku kecup bibirnya, kulumat-lumat bibirnya, terasa ia kurang meladeni bibirku, aku pikir mungkin suaminya tidak pernah melakukannya, tapi tidak aku hiraukan, terus aku lumat bibirnya. Sementara itu kuarahkan tanganku ke dadanya. Kutemukan gundukan bukit, lalu aku elus-elus dan remas buah dadanya sambil sesekali memelintir puting susunya.

“Ooh.. Ris.. apa yang kau lakukan.. ergh.. sshh..” Mbak Yuni mulai mendesah tanda birahinya mulai naik, sesekali kurasakan ia menelan ludahnya yang mulai mengental. Setelah puas dengan bibirnya, kini mulutku kuarahkan ke bawah, aku ingin merasakan bagaimana rasanya mengulum buah dada. Sejenak aku pandangi buah dada yang kini tepat berada di hadapanku, ooh sungguh indahnya, putih mulus tanpa cacat sedikitpun, seperti belum pernah terjamah lelaki. Langsung aku jilati mulai dari bawah lalu ke arah putingnya, sedangkan buah dada kanannya tetap kuremas-remas sehingga tambah kenyal dan mengeras.

“Emmh oh aarghh” Mbak Yuni mendesah hebat ketika aku menggigit puting susunya.
Kulirik wajahnya dan terlihat matanya merem melek dan giginya menggigit bibir bawahnya. Kini jariku kuarahkan ke selangkangannya. Disana kurasakan ada rumput yang tumbuh di sekeliling memeknya. Jari-jariku kuarahkan kedalamnya, terasa lubang itu sudah sangat basah, tanda bahwa ia sudah benar-benar terangsang. Kupermainkan jari-jariku sambil mencari klentitnya. Kugerakkan jari-jariku keluar masuk di dalam lubang yang semakin licin tersebut.

“Aargghh.. eemhh.. Ris kam.. mu ngapainn oohh..” kata Mbak Yuni meracau tak karuan, kakinya menjejak-jejak sprei dan badannya mengeliat-geliat. Tak kupedulikan kata-katanya. Tubuh Mbak Yuni semakin mengelinjang dikuasai nafsu birahi. Kuarasakan tubuh Mbak Yuni menegang dan kulihat wajahnya memerah bercucuran keringat, aku pikir dia sudah mau klimaks. Kupercepat gerakan jariku didalam memeknya.

“Ohh.. arghh.. oohh..” kata Mbak Yuni dengan nafas tersengal-sengal dan tiba-tiba..
“Oohh aahh..” Mbak Yuni mendesah hebat dan pinggulnya terangkat, badannya bergetar hebat beberapa kali. Terasa cairan hangat memenuhi memeknya.
“Ohh.. ohh.. emhh..” Mbak Yuni masih mendesah-desah meresapi kenikmatan yang baru diraihnya.
“Ris apa yang kamu lakukan kok Mbak bisa kayak gini” tanya Mbak Yuni.
“Kenapa emangnya Mbak? Kataku.
“Baru kali ini aku merasakan nikmat seperti ini, luar biasa” kata Mbak Yuni.
Ia lalu bercerita bahwa selama bersama suaminya ia tidak pernah mendapatkan kepuasan, karena mereka hanya sebentar saja bercumbu dan dalam bercinta suaminya cepat selesai.
“Mbak sekarang giliranku” kubisikkan ditelinganya, Mbak Yuni mengangguk kecil.
Aku mulai mencumbunya lagi. Kulakukan seperti tadi, mulai dari bibirnya yang kulumat, lalu buah dadanya yang aku nikmati, tak lupa jari-jariku kupermainkan di dalam memeknya.

“Aarghh.. emhh.. ooh..” terdengar Mbak Yuni mulai mendesah-desah lagi tanda ia telah terangsang.
Setelah aku rasa cukup, aku ingin segera merasakan bagaimana rasanya menusukkan burungku ke dalam memeknya. Aku mensejajarkan tubuhku diatas tubuhnya dan Mbak Yuni tahu, ia lalu mengangkangkan pahanya dan kuarahkan burungku ke memeknya. Setelah sampai didepannya aku ragu untuk melakukannya.

“Ayo Ris jangan takut, masukin aja” kata Mbak Yuni.
Perlahan-lahan aku masukkan burungku sambil kunikmati, bless terasa nikmat saat itu. Burungku mudah saja memasuki memeknya karena sudah sangat basah dan licin. Kini mulai kugerakkan pinggulku naik turun perlahan-lahan. Ohh nikmatnya.

“Lebih cepat Ris arghh.. emhh” kata Mbak Yuni terputus-putus dengan mata merem-melek.
Aku percepat gerakanku dan terdengar suara berkecipak dari memeknya.
“Iya.. begitu.. aahh.. ter.. rrus.. arghh..” Mbak Yuni berkata tak karuan.
Keringat kami bercucuran deras sekali. Kulihat wajahnya semakin memerah.
“Ris, Mbak mau.. enak lagi.. oohh.. ahh.. aahh.. ahh..” kata Mbak Yuni sambil mendesah panjang, tubuhnya bergetar dan kurasakan memeknya dipenuhi cairan hangat menyiram penisku.

Remasan dinding memeknya begitu kuat, akupun percepat gerakanku dan.. croott.. akupun mencapai klimaks aahh.., kubiarkan air maniku keluar di dalam memeknya. Kurasakan nikmat yang luar biasa, berkali-kali lebih nikmat dibandingkan ketika aku onani. Aku peluk tubuhnya erat-erat sambil mengecup puting susunya menikmati kenikmatan sex yang sesungguhnya yang baru aku rasakan pertama kali dalam hidupku. Setelah cukup kumenikmatinya aku cabut burungku dan merebahkan badanku disampinya.

“Mbak Yuni, terima kasih ya..” kubisikkan lirih ditelinganya sambil kukecup pipinya.
“Mbak juga Ris.. baru kali ini Mbak merasakan kepuasan seperti ini, kamu hebat” kata Mbak Yuni lalu mengecup bibirku.
Kami berdua lalu tidur karena kecapaian.

Kira-kira jam 3 pagi aku terbangun dan merasa haus sekali, aku ingin mencari minum. Ketika aku baru mau turun dari ranjang, Mbak Yuni juga terbangun.
“Kamu mau kemana Ris..” katanya.
“Aku mau cari minum, aku haus. Mbak Yuni mau?” Kataku.
Ia hanya mengangguk kecil. Aku ambil selimut untuk menutupi anuku lalu aku ke dapur dan kuambil sebotol air putih.
“Ini Mbak minumnya” kataku sambil kusodorkan segelas air putih.
Aku duduk di tepi ranjang sambil memandangi Mbak Yuni yang tubuhnya ditutupi selimut meminum air yang kuberikan.

“Ada apa Ris, kok kamu memandangi Mbak” katanya.
“Ah nggak Papa. Mbak cantik” kataku sedikit merayu.
“Ah kamu Ris, bisa aja, Mbak kan udah tua Ris” kata Mbak Yuni.
“Bener kok, Mbak malah makin cantik sekarang” kataku sambil kukecup bibirnya.
“Ris.. boleh nggak Mbak minta sesuatu” kata Mbak Yuni.
“Minta apa Mbak?” tanyaku penasaran.
“Mau nggak kamu kalau..” kata Mbak Yuni terhenti.
“Kalau apa Mbak?” kataku penuh tanda tanya.
“Kalau.. kalau kamu emm.. melakukannya lagi” kata Mbak Yuni dengan malu-malu sambil menunduk, terlihat pipinya memerah.
“Lho.. katanya tadi, sekali aja ya Ris.., tapi sekarang kok?” kataku menggodanya.
“Ah kamu, kan tadi Mbak nggak ngira bakal kayak gini” katanya manja sambil mencubit lenganku.
“Dengan senang hati aku akan melayani Mbak Yuni” kataku.

Sebenarnya aku baru mau mengajaknya lagi, e.. malah dia duluan. Ternyata Mbak Yuni juga ketagihan. Memang benar jika seorang wanita pernah merasa puas, dia sendiri yang akan meminta. Kami mulai bercumbu lagi, kali ini aku ingin menikmati dengan dengan sepuas hatiku. Ingin kunikmati setiap inci tubuhnya, karena kini aku tahu Mbak Yuni juga sangat ingin. Seperti tadi, pertama-tama bibirnya yang kunikmati. Dengan penuh kelembutan aku melumat-lumat bibir Mbak Yuni.

Aku makin berani, kugunakan lidahku untuk membelah bibirnya, kupermainkan lidahku. Mbak Yuni pun mulai berani, lidahnya juga dipermainkan sehingga lidah kami saling beradu, membuatku semakin betah saja berlama-lama menikmati bibirnya. Tanganku juga seperti tadi, beroperasi di dadanya, kuremas-remas dadanya yang kenyal mulai dari lembah hingga ke puncaknya lalu aku pelintir putingnya sehingga membuatnya menggeliat dan mengelinjang. Dua bukit kembar itupun semakin mengeras. Ia menggigit bibirku ketika kupelintir putingnya.

Aku sudah puas dengan bibirnya, kini mulutku mengulum dan melumat buah dadanya. Dengan sigap lidahku menari-nari diatas bukitnya yang putih mulus itu. Tanganku tetap meremas-remas buah dadanya yang kanan. Kulihat mata Mbak Yuni sangat redup, dan ia memagut-magut bibirnya sendiri, mulutnya mengeluarkan desahan erotis.

“Oohh.. arghh.. en.. ennak Ris.. emhh..” kata Mbak Yuni mendesah-desah.
Tiba-tiba tangannya memegang tanganku yang sedang meremas-remas dadanya dan menyeretnya ke selangkangannya. Aku paham apa yang diinginkannya, rupanya ia ingin aku segera mempermainkan memeknya. Jari-jarikupun segera bergerilya di memeknya. Kugerakkan jariku keluar masuk dan kuelus-elus klentitnya membuatnya semakin menggelinjang tak karuan.

“Ya.. terruss.. aargghh.. emmhh.. enak.. oohh..” mulut Mbak Yuni meracau.
Setiap kali Mbak Yuni terasa mau mencapai klimaks, aku hentikan jariku menusuk memeknya, setelah dia agak tenang, aku permainkan lagi memeknya, kulakukan beberapa kali.

“Emhh Ris.. ayo dong jangan begitu.. kau jahat oohh..” kata Mbak Yuni memohon.
Mendengarnya membuatku merasa kasihan juga, tapi aku tidak akan membuatnya klimaks dengan jariku tetapi dengan mulutku, aku benar-benar ingin mencoba semua yang pernah aku lihat di bokep.

Segera aku arahkan mulutku ke selangkangannya. Kusibakkan rumput-rumpuat hitam yang disekeliling memeknya dan terlihatlah memeknya yang merah dan mengkilap basah, sungguh indah karena baru kali ini melihatnya. Aku agak ragu untuk melakukannya, tetapi rasa penasaranku seperti apa sih rasanya menjilati memek lebih besar. Segera aku jilati lubang itu, lidahku kujulurkan keluar masuk.

“Ris.. apa yang kamu lakukan.. arghh itu kan ji.. jik emhh..” kata Mbak Yuni.
Ia terkejut aku menggunakan mulutku untuk menjilati memeknya, tapi aku tidak pedulikan kata-katanya. Ketika lidahku menyentuh kelentitnya, ia mendesah panjang dan tubuhnya menggeliat tak karuan dan tak lama kemudian tubuhnya bergetar beberapa kali, tangannya mencengkeram sprei dan mulutku di penuhi cairan yang keluar dari liang kewanitaannya.

“Ohmm.. emhh.. ennak Ris.. aahh..” kata Mbak Yuni ketika ia klimaks.
Setelah Mbak Yuni selesai menikmati kenikmatan yang diperolehnya, aku kembali mencumbunya lagi karena aku juga ingin mencapai kepuasan.

“Gantian Mbak diatas ya sekarang” kataku.
“Gimana Ris aku nggak ngerti” kata Mbak Yuni.

Daripada aku menjelaskan, langsung aku praktekkan. Aku tidur telentang dan Mbak Yuni aku suruh melangkah diatas burungku, tampaknya ia mulai mengerti. Tangannya memegang burungku yang tegang hebat lalu perlahan-lahan pinggangnya diturunkan dan memeknya diarahkan ke burungku dan dalam sekejap bless burungku hilang ditelan memeknya. Mbak Yuni lalu mulai melakukan gerakan naik turun, ia angkat pinggangnya dan ketika sampai di kepala penisku ia turunkan lagi. Mula-mula ia pelan-pelan tapi ia kini mulai mempercepat gerakannya.

Kulihat wajahnya penuh dengan keringat, matanya sayu sambil merem melek dan sesekali ia melihat kearahku. Mulutnya mendesis-desih. Sungguh sangat sexy wajah wanita yang sedang dikuasai nafsu birahi dan sedang berusaha untuk mencapai puncak kenikmatan. Wajah Mbak Yuni terlihat sangat cantik seperti itu apalagi ditambah rambut sebahunya yang terlihat acak-acakan terombang ambing gerakan kepalanya. Buah dadanya pun terguncang-guncang, lalu tanganku meremas-remasnya. Desahannya tambah keras ketika jari-jariku memelintir puting susunya.

“Oh emhh yaah.. ohh..” itulah kata-kata yang keluar dari mulut Mbak Yuni.

“Aku nggak kuat lagi Ris..” kata Mbak Yuni sambil berhenti menggerakkan badannya, aku tahu ia segera mencapai klimaks.
Kurebahkan badannya dan aku segera memompa memeknya dan tak lama kemudian Mbak Yuni mencapai klimaks. Kuhentikan gerakanku untuk membiarkan Mbak Yuni menikmati kenikmatan yang diperolehnya. Setelah itu aku cabut penisku dan kusuruh Mbak Yuni menungging lalu kumasukkan burungku dari belakang. Mbak Yuni terlihat hanya pasrah saja terhadap apa yang aku lakukan kepadanya. Ia hanya bisa mendesah kenikmatan.

Setelah puas dengan posisi ini, aku suruh Mbak Yuni rebahan lagi dan aku masukkan lagi burungku dan memompa memeknya lagi karena aku sudah ingin sekali mengakhirinya. Beberapa saat kemudian Mbak Yuni ingin klimaks lagi, wajahnya memerah, tubuhnya menggelinjang kesana kemari.

“Ahh.. oh.. Mbak mau enak lagi Ris.. arrghh ahh..” kata Mbak Yuni.
“Tunggu Mbak, ki kita bareng aku juga hampir” kataku.
“Mbak udah nggak tahan Ris.. ahh..” kata Mbak Yuni sambil mendesah panjang, tubuhnya bergetar hebat, pinggulnya terangkat naik. Cairan hangat menyiram burungku dan kurasakan dinding memeknya seakan-akan menyedot penisku begitu kuat dan akhirnya akupun tidak kuat dan croott.. akupun mencapai klimaks, oh my god nikmatnya luar biasa. Lalu kami saling berpelukan erat menikmati kenikmatan yang baru saja kami raih.

KisahMesum.Com : Perkenalkan namaku Aris, aku adalah penulis cerita berjudul “Hadiah Kedewasaan dari Mbak Yuni 1 dan 2″. Kali ini aku akan menceritakan pengalaman sexku yang lain. Kejadian ini terjadi pada Bulan Agustus 2009 yang lalu.

*****

Sebenarnya aku ingin kuliah di Yogya, karena kelihatannya kota tersebut sangat nyaman untuk kuliah, tetapi akhirnya aku kuliah di Semarang, tempat masa kecilku dulu, karena dalam UMPTN aku diterima di sebuah PTN di sana pada pilihan kedua.

Sejak percintaanku dengan Mbak Yuni, aku menjadi terobsesi untuk bercinta dengan wanita yang usianya sama dengan Mbak Yuni, terutama ibu-ibu muda yang sudah mempunyai anak, daripada wanita yang seusia atau lebih muda dariku. Jika sedang berjalan-jalan di Mal, aku selalu mencari pemandangan ibu-ibu muda yang sedang berjalan-jalan bersama anak dan suaminya. Ingin rasanya aku bercinta dengan mereka. Tetapi hasratku itu hanya sebatas angan semata karena aku tidak mempunyai keberanian untuk malakukannya dan bagaimana caranya, hingga saat-saat yang kuimpikan akhirnya datang juga. Kejadian ini terjadi pada waktu aku di semester 4.

Suatu siang sehabis ujian semesteran hari terakhir, aku jalan-jalan sendiri di kawasan Simpang Lima, aku ingin memuaskan hobiku memelototi ibu-ibu muda. Setelah cukup puas aku putuskan untuk pulang. Ketika sedang berjalan di area parkir mobil, aku melihat seorang wanita yang sedang sewot dengan kedua anaknya (kelihatannya kembar). Kulihat barang belanjaan yang dibawanya jatuh berserakan.

“Adik kok bandel banget sih.. Tuh kan belanjaan mama pada jatuh” kata wanita itu dengan nada kesal.

Spontan saja aku ingin membantu memunguti barang-barang yang jatuh.

“Iya.. Adik nggak boleh nakal, kasihan kan mamanya, barangnya jadi jatuh” kataku sambil memunguti barang yang jatuh. Wanita itu agak terkejut dengan kehadiranku.
“Eh.. Makasih, tuh kan apa kata Om, adik nggak boleh nakal” kata wanita itu sambil ikut membungkuk mengambil barang.

Aku langsung refleks melihat ke arah wanita itu yang tepat berada di depanku dan aku mendapatkan pemandangan yang sangat indah. Belahan bajunya yang agak rendah membuat kedua buah dadanya terlihat jelas begitu indah. Sepasang buah dada yang putih mulus terlihat menggantung dan sedikit tergoncang-goncang. Aku leluasa memandangnya karena aku memakai topi. Sambil memunguti barang aku sesekali melirik ke arah pemandangan yang mengasyikkan itu yang membuatku terangsang.

“Ini Mbak” kataku sambil menyodorkan barang yang aku ambil.
“Terima kasih..” katanya sambil tersenyum.

Baru kusadari ternyata wanita ini sangat cantik. Wajahnya putih bersih, tubuhnya pun sexy menurutku. Lalu ia masuk ke dalam sedan Viosnya. Aku pun segera meninggalkan tempat itu menuju parkiran motor dan pulang ke kos. Sampai di kos, aku rebahkan badan di tempat tidur sambil membayangkan pemandangan indah yang baru saja aku lihat. Hal itu masih terbayang-bayang berhari-hari. Aku hanya bisa berkhayal bercinta dengannya sampai akhirnya aku lampiaskan dengan onani.

Karena sangat terobsesi untuk bercinta dengannya, aku berusaha untuk bertemu lagi dengannya. Berkali-kali aku datang ke tempat yang sama dengan harapan aku dapat bertemu dengannya, tetapi tidak pernah bertemu.

Suatu siang, kira-kira sebulan sejak aku bertemu dengannya, aku berjalan-jalan di Citraland Mal. Ketika aku sedang berjalan, aku berpapasan dengan seorang wanita, dan dalam hati aku kenal wanita itu. Aku balikkan badan, dan ia pun membalikkan badan. Aku ingat, wanita itu adalah wanita yang selama ini aku impikan siang dan malam.

“Hei.. Kamu yang waktu itu nolongin aku kan?”
“Iya Mbak” kataku dengan hati girang karena wanita itu juga masih ingat sama aku.
“Makasih lho sekali lagi”
“Ah nggak apa apa, saya kan cuma sekedar membantu” kataku sambil memperhatikan bahwa wanita ini memang TOP BGT. Ia memakai T-shirt agak ketat dipadu jeans membuat lekuk sexy tubuhnya terlihat.
“Cari apa, kok sendirian ” katanya.
“Ah enggak, lagi jalan-jalan aja” kataku.
“Bagaimana, kalo sebagai ucapan terima kasih, aku traktir kamu makan” katanya.
“Ah nggak usah Mbak” kataku basa-basi, padahal dalam hati aku memang ingin sekali berlama-lama dekat dengannya. Dia memaksa, akhirnya kami pun berjalan menuju KFC.

Alangkah bahagianya aku waktu itu. Kami pun berkenalan, namanya Mbak Elga yang berumur 30 tahunan. Ia tinggal di perumahan di kawasan Semarang Atas bersama sepasang anak lelaki kembarnya yang kini kelas 3 SD. Suaminya bekerja di Jakarta dan pulang ke Semarang seminggu sekali. Wah pasti kesepian wanita ini, kesempatan pikirku.

Ia tidak ikut ke Jakarta karena suaminya hanya sementara saja bertugas di Jakarta. Suaminya sebenarnya menempati Cabang Semarang, tetapi karena di Jakarta ada kekosongan dan perlu segera diisi, maka suaminya ditarik sementara ke Jakarta selama sekitar 7 bulan yaitu sampai akhir tahun 2009, dan baru berjalan 2 bulan. Karena itu ia tidak ikut karena anaknya telanjur bersekolah di Semarang. Ia dan suaminya berasal dari Jakarta. Ia siang itu akan menjemput anaknya dari sekolah. Setiap hari itulah pekerjaan rutinnya mengantar dan menjemput anak ke Sekolah.

Selama mengobrol, mataku tak pernah lepas memandang dadanya yang menyembul indah dari balik t-shirt ketatnya. Seperti biasa, aku memakai topi sehingga aku leluasa saja menikmati buah dadanya. Walaupun tertutup, aku bisa membayangkan betapa indah isi yang ada dibaliknya. Sepasang buah dada yang luar biasa indah, putih, mulus, ooh.. Ingin rasanya aku meremas, mengulum, menjilat dan memelintir puting susunya sehingga ia menggelinjang, mengerang dan mendesah kenikmatan. Di akhir obrolan ia memberikan alamat dan nomor HP-nya dan mengundangku untuk datang ke rumahnya.

Sejak pertemuan kedua dengan Mbak Elga, hasratku untuk dapat bercinta dengannya semakin menggebu. Siang malam aku memikirkan cara bagaimana agar ia mau bercinta denganku. Aku ragu karena aku lihat ia termasuk wanita yang baik dan sopan, tidak pernah dia memancing pembicaraan yang mengarah ke urusan ranjang. Mungkin ia hanya butuh teman ngobrol saja pikirku.

Karena keinginanku yang sangat besar, aku putuskan untuk pergi ke rumahnya seminggu kemudian. Aku berangkat dari kos dengan hati deg-degan. Dalam hatiku berkata, kalau tidak dicoba, bagaimana aku dapat yang aku inginkan. Targetku hari itu adalah PDKT dengan Mbak Elga. Hari itu Selasa sekitar pukul 09.00, karena ia pasti di rumah hanya sendirian.

Setelah sekitar 15 menit kemudian, aku sampai di gerbang perumahan yang cukup mewah. Aku dihentikan oleh Satpam. Setelah aku jelaskan bahwa aku akan bertamu ke rumah Mbak Elga, aku diijinkan masuk setelah meninggalkan KTP. Dalam hatiku berkata, pantas Mbak Elga berani tinggal sendiri, rupanya keamanan perumahan ini sangat ketat, hanya ada satu pintu masuk. Aku segera mencari rumah ke arah yang ditunjukkan Satpam. Tak lama kemudian aku tiba di depan rumah bernomor 19. Lalu aku pencet bel di pagar rumah, dan beberapa saat kemudian kulihat Mbak Elga keluar.

“Eh.. Kamu Ris..” kata Mbak Elga sambil membukakan pintu.
“Lagi ngapain Mbak. Ngganggu ya..? Kataku basa-basi.
“Ah enggak, biasa lagi sibuk sama urusan rumah tangga, namanya juga ibu rumah tangga.. Ayo masuk, motormu masukin juga”

Ia menggunakan T-shirt dan celana pendek sehingga sepasang kakinya yang indah terlihat. Rumahnya cukup besar walau hanya 1 lantai.

“Kamu santai aja di sini”
“Iya Mbak..”
“Kamu sengaja ke sini?”
“Enggak Mbak, tadi mau ke rumah teman tapi orangnya pergi, rumahnya deket sini ya daripada langsung pulang, aku mampir ke sini” kataku berbohong.
“Kamu di sini dulu yach? Aku mau nyelesein nyuci dulu, tinggal dikit lagi kok, kamu kalo mo minum ambil sendiri yach..?” Katanya sambil meninggalkanku menuju ke belakang.

Aku lalu nonton teve. Deg-degan juga nih dada. Dalam pikiranku cuma pengen ngentot tuh cewek, tapi gimana ya caranya? Kurang lebih 15 menit, Mbak Elga selesai, lalu ia duduk dan kami pun mengobrol ke sana kemari. Mataku sesekali melirik pahanya yang putih mulus seakan menantangku untuk menjamahnya. Penisku tegang, kepalaku pusing, kacau!

“Oh iya.. Mumpung ada kamu, bantuin aku menggeser meja itu ya” katanya sambil menunjuk meja yang berisi beragam hiasan kecil di atasnya.
“Digeser kemana Mbak?” tanyaku sambil melangkah menuju meja yang dimaksud.
“Agak kesini dikit Ris, biar tidak terlalu mepet dengan pintu”

Kami berdua lalu menggeser meja tersebut. Ketika sudah selesai dan aku berniat duduk lagi di sofa, kakiku tersandung kaki meja sehingga keseimbanganku hilang. Badanku langsung saja menubruk badan Mbak Elga dan menindihnya di atas sofa. Wajahku menempel di wajahnya, sesaat kami hanya berpandangan, desahan hangat nafasnya kurasakan menerpa wajahku.

Kutatap matanya, kulihat bibirnya merekah merah begitu indah sehingga membuatku tak tahan untuk tidak menikmati bibir indah tersebut. Aku nekad, kalau dia marah, paling-paling aku ditampar, dan itu pernah aku alami. Kukecup lembut bibirnya dan kurasakan ia menyambut kecupanku, tetapi itu hanya sesaat karena ia melepaskan bibirnya dan mendorong badanku. Akupun tersadar dan segera berdiri. Aku lalu berjalan ke arah jendela, aku menerawang keluar. Aku merasa bersalah, tetapi juga bahagia. Kulihat Mbak Elga masih termen

KisahMesum.Com : Sambungan Dari Bagian 1

Setelah beberapa saat kami berdua terdiam, aku menghampiri Mbak Elga dan duduk di sampingnya.

“Mbak.. Aku minta maaf atas kejadian tadi ya..?” Kataku.
“Kenapa tadi kamu menciumku Ris..?” Kata Mbak Elga.
“Maaf Mbak, saya tadi nggak sadar, itu terjadi begitu saja” kataku mencoba menghindar.

Mbak Elga hanya terdiam mendengar jawabanku sambil memandangku.

“Ris..” Katanya terpotong. Aku hanya diam sambil menunggu kelanjutan katanya.
“Ris.. Apa kamu ingin melanjutkan yang tadi?” tanya Mbak Elga.

Aku terkejut mendengar pertanyaannya. Tak tahu harus bilang apa, sejujurnya aku ingin menjawab bahwa aku memang sangat menginginkannya, tapi entah kenapa sepertinya kata-kata itu sulit keluar dari mulutku. Beberapa saat lamanya kami hanya berpandangan. Aku bingung apa yang harus aku lakukan, kupandang tajam matanya dan kusimpulkan lewat bahasa matanya, bahwa dia juga menginginkanku seperti aku menginginkannya.

Tanpa menjawab pertanyaannya aku langsung melumat bibirnya kuat-kuat dan ia juga membalasnya dengan penuh nafsu dan terjadilah ciuman panas yang penuh dengan gairah. Tubuhnya kusandarkan di sofa. Beberapa saat lamanya kami saling melumat bibir dan beradu lidah, nafas kami mulai terengah-engah. Tanganku kuarahkan ke dadanya lalu kuremas buah dadanya dari balik T-shirtnya.

Badannya mulai menggelinjang terbakar gairah. Ia melepas ciumannya, lalu ia lepaskan T-shirt dan BH yang dikenakannya. Kulihat sepasang buah dada yang sangat indah berukuran sedang yang masih kencang, putih tetapi terlihat ada beberapa bekas cupang. Mungkin bekas cupang suaminya. Langsung aku serang buah dada itu. Dengan penuh nafsu aku jilati, kulumat, dan kuhisap kedua buah dadanya bergantian.

“Ooh.. Terus Ris.. Enak.. Sedot teruss..” kata Mbak Elga sambil menggelinjang kesana kemari.

Buah dada itu semakin keras dan kenyal sehingga membuatku semakin gemas untuk menikmatinya. Tanganku mengelus-elus pahanya yang mulus, lalu tanganku kuarahkan ke pangkal pahanya, kubuka resliting celananya, kutelusupkan tanganku ke arah memeknya yang ternyata telah basah, aku usap lembut memeknya di atas celana dalamnya.

“Ris.. Kita ke kamar aja yach..” kata Mbak Elga. Aku mengangguk kecil tanda setuju.

Aku lalu mengangkat tubuh Mbak Elga yang setengah telanjang menuju ke kamar yang ditunjukkannya. Kamar itu cukup luas dengan spring bed yang kelihatannya sangat nikmat untuk bercinta. Aku rebahkan tubuh wanita cantik ini di atas ranjang lalu aku copot celana yang masih menutupi sebagian tubuhnya dan kini ia telah benar-benar telanjang.

Aku terpana melihatnya. Bagiku Mbak Elga begitu sempurna sebagai seorang wanita. Badannya sexy, putih, mulus, sepasang buah dadanya juga indah, kakinya, pokoknya semuanya TOB deh. Apalagi posisinya sekarang yang sangat menantang. Tubuh mulusnya telentang tanpa ditutupi sehelai benang pun. Posisinya di ranjang agak mengangkang, memperlihatkan miliknya tanpa malu-malu. Buah dadanya yang indah dengan putingnya yang mengacung membuatku semakin tak kuasa untuk menahan nafsu. Kutelan ludahku yang terasa mengental.

“Aris.. Kok malah bengong, ayo sini..” Kata Mbak Elga dengan genit.

Aku tersadar dari lamunanku dan segera kupereteli pakaianku dan kini aku juga sudah telanjang. Kurasakan penisku sudah tegang dan berdenyut-denyut, terasa lebih keras dari biasanya. Segera aku naik ke atas ranjang, lalu aku berbaring di sebelah tubuhnya. Aku belai rambutnya, ia tersenyum manja. Kupandangi wajahnya, betapa cantik wanita ini, lalu aku kecup bibirnya. Mulutku mengecup dan mengulum bibir Mbak Elga yang hangat dan basah. Ia meladeni dengan segenap nafsu. Ia julurkan lidahnya, dengan segera aku kulum lidahnya, terasa nikmat sekali.

“Ohh.. Riss..” desahnya dengan mata yang sayu.

Kulihat bibir merahnya yang indah penuh dengan air liurku. Setelah puas melumat bibir merahnya aku ciumi lehernya lalu ke arah dadanya. Sesaat aku pandangi buah dada milik wanita cantik ini. Benda ini yang membuatku tak bisa melupakannya, dan kini tidak hanya bisa aku bayangkan, tetapi aku juga bisa menikmatinya. Kuremas dengan gemas kedua buah dadanya dengan kedua tanganku, terasa kenyal menggemaskan dan tidak membosankan untuk mempermainkannya. Ukurannya memang sedang, tetapi sangat indah bentuknya dan terlihat terawat.

“Oouuffss.. Ahh.. Auww..” erang Mbak Elga terus menerus.

Kini giliran mulutku yang akan melahap buah dada ini, aku kecup dan kusedot puting buah dada sebelah kanan dan kiri secara bergantian membuat Mbak Elga semakin terbakar gairahnya. Kuhisap kuat-kuat buah dadanya sambil sesekali kugigit puting susunya. Ia mendesah-desah erotis sambil meremas-remas rambutku, menikmati sensasi permainan mulutku di dadanya.

“Auww.. Oh my god.. Ohh.. Auww..”, Mbak Elga berteriak-teriak penuh kenikmatan, membuatku semakin bersemangat untuk terus menghisap dan mengulum buah dada wanita cantik ini.

Buah dadanya terus kukulum, kuhisap, kujilati, dan kupelintir berulang kali membuatnya semakin terbakar gairah. Sejenak aku lepaskan mulutku dari buah dadanya. Aku pandangi wajahnya yang terlihat sayu, wajahnya penuh dengan peluh, bibir merahnya bergetar.

Aku kembali melahap buah dadanya sambil mempermainkan memeknya. Jariku kumasukkan ke dalam lubang yang semakin licin karena cairan kewanitaannya yang mengalir deras. Itilnya kugesek-gesek hingga membuat tubuhnya menggelinjang tak karuan kesana kemari.

“Sayang.. Teruss.. Sedot terus Riss.. Aahh.. Auww.. Aahh..” erang Mbak Elga penuh rasa nikmat sambil sesekali menelan ludahnya yang mengental.

Kini kuarahkan kepalaku ke selangkangannya. Aku pandangi memek merah yang mengkilat karena basah oleh cairan kewanitaannya. Rumput hitam yang cukup tebal tampak tumbuh di sekitarnya, pemandangan yang sangat menakjubkan. Kudekatkan mulutku dan tercium aroma khas wanita yang membuatku semakin bernafsu. Aku mulai menjilati memek Mbak Elga, kujulurkan lidahku dalam-dalam sambil sesekali kusedot kuat-kuat. Setiap kali lidahku menggelitik clitorisnya, ia mengerang keras penuh nikmat. Pinggulnya bergerak tak karuan sehingga membuatku harus memegang pahanya agar aku tetap dapat menikmati memeknya. Cairannya semakin deras mengalir, membuatku mau tak mau menghisapnya, terasa hangat dan gurih.

“Oh my god.. Aahh.. Terus.. Enak Ris.. Aauuww.. Aaww..” Mbak Elga menjerit tak karuan, apalagi ketika lidahku menyentuh klitorisnya, ia menjerit keras sambil menggelinjang kuat.

Aku benar-benar puas melihatnya seperti ini. Sesekali aku lepasku mulutku dari jepitan selangkangannya untuk mengambil nafas sejenak, lalu aku lakukan lagi hal yang sama. Mbak Elga semakin keras mendesah, gerakan tubuhnya juga semakin tak terkendali. Dia akan segera mencapai puncak. Aku percepat sedotan, kecupan, jilatan mulut dan lidahku di memeknya.

“Ayo sayang.. Aku mo kel.. Luar nih.. Ahh.. Yang cepaat.. Oohh.. Sshh.. Oohh..” katanya sambil menjerit-jerit kenikmatan.

Aku percepat gerakan lidahku dan kemudian Mbak Elga orgasme, ia mengangkat pinggulnya, kedua pahanya mengapit kuat kepalaku, dan kurasakan cairan yang sangat banyak menyiram mulutku.

“Ohh.. Yess.. Oh my god.. Oohh.. Oohh..” Mbak Elga mendesah panjang ketika berhasil mencapai puncak kenikmatan.

Kuhisap cairan yang keluar. Badannya bergetar hebat beberapa saat. Kubiarkan sejenak mulutku tetap di selangkangan pahanya, membiarkan ia menikmati apa yang baru saja diraihnya. Kukecup lembut bibir vaginanya yang masih berdenyut-denyut mengeluarkan sisa-sisa cairan.

Aku lalu berbaring di sebelahnya sambil membelai rambutnya. Kulihat wajahnya penuh dengan keringat, telihat kepuasan terpancar dari wajah cantiknya. Kukecup lembut bibirnya.

“Thanks Ris.. Aku puas banget..” kata Mbak Elga.
“Mau lagi kan Mbak? Kataku menggoda.
“Iya, tapi aku juga pengen menikmati punya kamu dulu” katanya sambil menggenggam penisku.

Aku mengerti apa yang diinginkannya, lalu telentang dan ia mengarahkan mulutnya ke arah penisku. Tangannya menggenggam batang penisku lalu dikecupnya ujung penisku, ia mulai menjilati kepala dan batang penisku sambil dikocok-kocok dengan tangan lembutnya. Dimasukkannya penisku ke dalam mulutnya dan kurasakan ia begitu pintar memainkan lidahnya menggelitik penisku.

Disapunya semua permukaan penisku mulai dari bawah hingga ke atas, permainan lidahnya dengan lincah menggelitik setiap mili bagian penisku. Serasa aku melayang ke awang-awang, aku hanya bisa mendesah meresapi betapa pintarnya Mbak Elga memberikan aku kepuasan. Kalau ini diteruskan bisa jebol pertahananku. Setelah beberapa lama Mbak Elga puas menikmati penisku, ia melepaskan mulutnya.

“Ris.. Puasin aku sekarang yach..” katanya sambil telentang di sampingku.

Aku segera mengarahkan penisku ke arah memeknya. Kini penisku telah sampai di mulut vaginanya, kepala penisku menempel di bibir memeknya yang merah basah. Aku mulai melesakkan penisku ke dalam memeknya dengan perlahan sambil kunikmati nikmatnya gesekan batang penisku dengan dinding vaginanya. Penisku tidak mengalami kesulitan membelah memeknya yang sudah sangat basah. Kulihat Mbak Elga juga menikmati hal ini, matanya terpejam meresapi sensasi gesekan alat kelamin kami sambil menggigit-gigit sendiri bibirnya.

Aku mulai menggerakkan pinggulku pelan-pelan. Kurasakan gesekan penisku dengan memeknya begitu nikmat, mungkin karena lama aku tidak merasakannya. Mbak Elga seperti biasa, ia mendesah-desah, matanya merem melek kenikmatan. Ia gerakkan pinggulnya meng

KisahMesum.Com : Sambungan Dari Bagian 2

“Ouffss.. Lebbih cepat dong Ris.. Aahh..” desah Mbak Elga.

Tetapi aku tetap menggerakkan punggungku pelan-pelan, karena aku memang benar-benar ingin menikmati tiap detik bercinta dengan bidadari cantik ini.

“Oohh.. Please.. Yang cepat Riss.. Ahh.. Pleasee..” kata Mbak Elga terus merengek.
“Kenapa sih Mbak? Udah gatel banget ya..” godaku.
“Kamu nakal Ris.. Ohh.. Please..” desah Mbak Elga sambil mencubit pinggangku tetapi aku tidak mempedulikan permintaannya.

Tiba-tiba Mbak Elga membalikkan badan sehingga kini ia yang berada di atas. Lalu ia bangkit dan duduk di atas pahaku. Rupanya wanita cantik ini benar-benar sudah tidak tahan.

“Kamu nakal Ris..” katanya sambil mengarahkan memeknya ke arah penisku.

Digenggamnya penisku dengan tangannya, lalu dengan perlahan ia menurunku pinggulnya, dan tak lama kemudian penisku telah amblas ditelan bibir vaginanya. Dengan posisi agak membungkuk, tangannya berpegangan di atas dadaku untuk menjaga keseimbangan tubuhnya. Ini adalah posisi favoritku, seperti halnya ketika aku bercinta dengan Mbak Yuni. Dengan posisi ini aku bisa melihat dengan leluasa ekspresi seorang wanita yang sedang dikuasai birahi dan sedang meniti tangga nafsu menuju puncak kenikmatan.

Mbak Elga menggerakkan pinggulnya naik turun sampai sebatas leher penisku dengan tempo yang cepat. Karena terlalu cepat, kadang-kadang penisku lepas dari jepitan memeknya, sehingga ia terpaksa memasukkanya lagi. Mulutnya mendesis-desis sambil menggigit bibir bawahnya dengan giginya yang putih bersih. Matanya yang sayu sesekali melirik ke arahku. Wajahnya dipenuhi keringat. Sungguh sexy! Sepasang buah dadanya yang indah dengan puting coklat kemerahan yang mengacung ke depan tergoncang-goncang menggemaskan, membuatku tak tahan untuk tidak menjamahnya. Kuremas lembut kedua buah dada yang kenyal itu, sambil sesekali kupelintir puting susunya.

“Ohh.. Aagghh.. Sshh.. Aahh.. Enak nggak Ris..” jeritnya nikmat.
“Ohh.. Iya Mbak.. Teruss..” kataku yang juga dilanda rasa nikmat.

Setelah kurang lebih 5 menit, kurasakan ada gejolak dalam diriku yang mencari jalan keluar. Kulihat Mbak Elga pun semakin dikuasai nafsu birahi. Keringat semakin mengucur deras dari seluruh tubuhnya. Ia menghentikan gerakan pinggulnya sambil merebahkan badannya di atas badanku.

“Aku nggak kuat lagi Ris.. Beri aku sekarang ya.. Please..” katanya penuh harap.

Aku lalu membalikkan badannya sehingga kembali ia kutindih dibawah. Aku mulai memompa memeknya dengan cepat karena akupun juga ingin segera mencapai puncak kenikmatan. Terdengar bunyi berkecipak dari gesekan penis dan memeknya, terdengar indah, menggairahkan.

“Aahh.. Ssthh.. Aarghh.. Come on baby.. Yess.. Lebih cepat..” rintihnya sambil mempercepat gerakan pinggulnya mengimbangi gerakan pinggulku.

Setelah berjuang beberapa lama, akhirnya Mbak Elga mendapatkan yang diinginkannya. Puas rasanya melihat Mbak Elga orgasme sambil menggelepar-gelepar seperti ikan kehabisan air. Ia menghentak-hentakkan kakinya seperti ingin melepaskan sesuatu yang seakan teramat berat. Ia menjerit-jerit dan mengerang-ngerang keras melampiaskan kepuasan yang baru saja diraihnya. Ia gigit pundakku dengan gemas. Pinggulnya terangkat ke atas, tangannya mencengkeram pantatku yang ditekannya ke arah bawah.

“Oh my god, oh my god.. Oggh.. Yess.. Aaww, sshh.. Aahh..” Mbak Elga mengerang kenikmatan dan menjerit panjang.

Kurasakan cairan orgasmenya menyiram batang penisku yang terjepit di dalamnya. Kuhentikan sejenak gerakan pinggulku untuk memberikan kesempatan ia menikmati hasil perjuangannya. Beberapa detik lamanya ia dilandai puncak birahi, kurasakan jepitan memeknya kuat seakan-akan meremas-remas penisku. Kini kurasakan badai kenikmatan yang melandanya mulai reda, kucumbu bibirnya yang masih mendesis-desis merasakan sisa-sisa kenikmatan.

Aku yang juga segera ingin mendapatkan seperti apa yang baru diraih Mbak Elga, apalagi ditambah jepitan liang vaginanya membuatku tak kuat lagi untuk menahannya. Aku mulai menggerakkan pinggulku lagi dengan perlahan lalu kupercepat dan tak lama kemuadian akupun tak kuasa lagi untuk menahannya.

“Aku mau keluar Mbak.. Ahh.. Sstt..” desahku.
“Keluarin di dalam aja Ris.. Ayo sayangg..” Katanya sambil menggoyangkan pinggulnya.

Akhirnya air maniku keluar dengan deras menyembur ke dalam rahimnya. Crat.. Crat.. Kurasakan beberapa kali dan liang vagina itupun semakin banjir, terasa hangat. Kurasakan penisku tegang hebat, serasa memenuhi lubang memek Mbak Elga. Nikmat luar biasa serasa terbang di angkasa.

Aku terbaring lemas di atas tubuh Mbak Elga. Aku cumbu bibirnya sambil menikmati sisa-sisa kenikmatan yang baru saja kami raih. Kubelai rambutnya sambil kuusap pipi halusnya yang penuh dengan keringat. Penisku terasa mengecil di dalam liang vaginanya. Kurasakan dua buah dadanya menekan lembut dadaku.

Beberapa saat kemudian aku turunku badanku dan tidur di samping badan wanita cantik ini. Mataku menerawang ke langit-langit kamar dan membayangkan kenikmatan yang seolah-olah aku tidak percaya bahwa ini benar-benar terjadi. Kulihat Mbak Elga juga menerawang, aku tak tahu apa yang ada dalam pikirannya.

“Thanks Mbak..” kataku sambil berusaha mengecup bibirnya. Tetapi ia menepis wajahku dengan tangannya sambil bangkit lalu duduk di tepi ranjang sambil menutupi tubuh indahnya dengan selimut. Ia menangis.

Aku tentu saja terkejut dan bertanya-tanya dalam hati, apakah dia menyesal dengan apa yang baru saja ia lakukan? Aku mendekat lalu duduk di sampingnya. Kututupi penisku yang terkulai lemah tak berdaya dengan bantal.

“Mbak Elga.. Ada apa? Mbak nyesel ya dengan apa yang kita lakukan?” tanyaku. Ia hanya menggelengkan kepala sambil masih menangis.
“Trus kenapa Mbak?”
“Aku nggak nyesel, aku tahu ini akan terjadi.. Sejak suamiku tugas di Jakarta, terus terang Ris.. Aku kesepian. Kalau hanya seminggu sekali kami berhubungan seks, itu kurang bagiku Ris.. Saat aku lagi pengen dan nggak ada pelampiasan, kepalaku pusing, aku jadi gampang uring-uringan, gampang marah. Aku kasihan sama si kembar. Aku jadi sering marah-marah sama mereka hanya karena hal-hal sepele” katanya berpanjang lebar sambil mengusap air matanya.
“Aku coba mencari pelampiasan dengan masturbasi, tapi itu nggak cukup, aku nggak puas. Muncul dalam benakku untuk mencari pelampiasan ke lelaki lain, tapi aku nggak tahu dengan siapa dan aku harus mencari kemana, aku nggak punya teman di sini. Pas aku ketemu dengan kamu dan makan di KFC, dalam hatiku aku ingin mengajakmu bercinta, karena aku tak tahu lagi dengan siapa aku akan melampiaskan nafsuku ini, tapi kata-kata itu terasa sulit keluar dari mulutku. Masih ada gejolak dalam batinku. Aku juga ragu, karena kulihat kamu orangnya sopan..” katanya lalu ia terdiam sejenak.
“Aku tahu ini akan terjadi.. Aku tak bisa menahannya lagi.. Sudahlah Ris, aku harus menjemput Si Kembar” katanya sambil berdiri dan berjalan ke arah kamar mandi dengan telanjang badan, aku melihatnya dari belakang, bokongnya yang indah seakan menantangku. Horny lagi aku jadinya. Ingin rasanya aku mendekapnya dari belakang lalu membopong tubuh indahnya ke kamar mandi dan menyetubuhinya lagi, tetapi suasana tidak memungkinkan.

Aku memakai pakaianku yang berserakan di lantai lalu aku menunggu Mbak Elga sambil menonton teve. Mimpi apa aku semalam, kok dapat rejeki kayak gini, rencana cuma PDKT dulu sama Mbak Elga, malah dapet apa yang aku incar. Tak lama kemudian ia datang dan duduk di sampingku. Wajah cantiknya terlihat segar, badannya pun harum.

“Nih buat kamu” kata Mbak Elga sambil menyodorkan selembar uang lima puluh ribuan.
“Buat apa Mbak? Kataku.
“Ya buat yang tadi..”
“Nggak Mbak, aku nggak perlu itu”
“Ris.. Kamu harus mau menerima uang ini. Aku mau hubungan antara kita hanya sebatas nafsu saja. Aku nggak mau ada perasaan apa pun di antara kita. Bagiku cintaku tetap untuk keluarga. Aku melakukan ini, merendahkan diriku, semua ini demi anakku. Apapun dan bagaimanapun keluarga tetap nomor satu bagiku. Aku mau kamu melakukannya lagi sampai suamiku kembali ke Semarang nanti, setelah itu hubungan kita berhenti, kamu mengerti kan?” Katanya sambil menyelipkan uang tersebut ke saku bajuku.
“Iya Mbak, aku mengerti..” kataku.

Aku lalu pulang dan Mbak Elga pergi menjemput anaknya. Sejak saat itu hingga kini ia memintaku melayaninya paling tidak seminggu sekali, tetapi paling sering seminggu dua kali sampai suaminya kembali bertugas di Semarang yaitu pada awal Januari 2005. Ia cuma meminta satu syarat, jangan membuat cupang di tubuhnya, karena suaminya pasti akan curiga.

Agar tetangga tidak curiga dengan hubungan kami, aku bersembunyi di jok belakang mobilnya. Ia menjemputku sehabis ia mengantar anaknya ke sekolah dan membawaku keluar waktu ia mau menjemput anaknya. Kami janjian lewat SMS, tempat kami bertemu juga berpindah-pindah agar aman. Demi Mbak Elga aku bela-belain liburan semester tidak pulang. Aku bilang ke orang tua bahwa aku ikut semester pendek.

Moral dari cerita ini adalah setiap kebaikan pasti akan mendapat balasan yang setimpal, bahkan mungkin berlipat-lipat, seperti yang aku alami. Cuma membantu mengambil belanjaan yang jatuh, aku mendapat kesempatan bercinta dengan bidadari secantik Mbak Elga. Di samping itu aku juga dapat tambahan uang saku.


imbangi permainanku.


ung duduk di atas sofa. Kami berdua terdiam beberapa saat lamanya.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar