Jumat, 13 Agustus 2010

ML dengan Dokter Kandungan

Malam itu terlihat Dewi sedang berada disebuah tempat praktek Dokter Kandungan, setelah kejadian-kejadian yang dialaminya dengan Andi dan Sugito (baca: Dewi-Andi & Dewi-Sugito). Dewi takut suatu saat nanti dirinya hamil karena sperma laki-laki lain, dan kalau nanti ia sampai hamil pasti suaminya akan mengetahui perbuatannya bersenggama dengan orang lain.

Hari ini kebetulan suaminya sedang pergi keluar kota selama 2minggu, Dewi yang memang sedang menunggu waktu yang tepat untuk mendatangi dokter kandungan, akhirnya memutuskan untuk mendatangi tempat praktek dokter kandungan, ia ingin cepat-cepat berkonsultasi dengan dokter kandungan untuk memastikan alat kontrasepsi apa yang cocok untuk dia, karena Dewi ingin segera merasakan kepuasan bersenggama kembali, hampir lebih dari 2 minggu, Dewi tidak dapat menikmati sodokan-sodokan ******-****** perkasa yang dapat memberikan kepuasan kepada dirinya, karena ia takut akan hamil.

“bu Dewi,”

Dewi mendengar namanya dipanggil.

“Yach, betul,” Dewi menjawab, dan menengok kearah siempunya suara yang ternyata suster di tempat praktek ini.

“Sekarang giliran ibu,” kata suster tersebut, “mari ikut saya, bu.!!”

“Oh..yach,” jawab Dewi, sambil berdiri dan mengikuti suster itu menuju keruangan praktek.

Dewi baru menyadari tempat praktek dokter kandungan yang tadi lumayan penuh dengan pasien, sekarang telah kosong, Dewi menyadari bahwa ia adalah pasien terakhir.

“Dok, ini ibu Dewi pasien terakhir kita malam ini,” Kata suster itu kepada lelaki yang berada didalam ruangan praktek itu

Dalam hati Dewi membatin,”masih muda nih dokter, dan wajahnya lumayan ganteng,” Dewi memperkirakan dokter ini seumuran dia.

“Malam, dok,” Dewi menyapa si dokter.

“Malam, juga Bu! Silahkan duduk bu! Apa yang bisa saya bantu??,” si dokter menjawab sambil bertanya dan mempersilahkan Dewi duduk.

Sebelum sempat Dewi menjawab pertanyaan sang dokter, ia mendengar si suster berkata,” Dok, ibu Dewikan pasien terakhir, dan saya kebetulan ada keperluan keluarga, boleh saya pulang lebih dulu,”

“Oh..ok, “ jawab si dokter sambil beranjak dari tempat duduknya.

“Sebentar yach bu,” kata si dokter ke Dewi, lalu dokter itu keluar dari ruangan mengikuti si suster.

Tak lama kemudian dokter itu kembali dan berkata kepada Dewi,” maaf yach bu, soalnya saya harus mengunci pintu depan, kalau tidak nanti ada orang dating lagi untuk berobat atau berkonsultasi, padahal ibu Dewi-kan pasien saya terakhir apalagi suster saya sudah pulang”

“Oh..gak apa-apa kok,” balas Dewi

“Nach, sekarang apa keluhan ibu, mudah-mudahan saya bisa bantu,” tanya si dokter.

“Begini dok, saya ingin memakai alat kontrasepsi, tapi saya tidak mau kalau suami saya itu memekai kondom, jadi kira-kira alat kontrasepsi apa yang bagus untuk saya,” Dewi menjelaskan maksud tujuannya datang ketempat praktek ini.

“Oh itu, memang ibu dan suami sudah tidak berkeinginan untuk mempunyai anak lagi, ngomong-ngomong sudah punya berapa anak?” tanya sang dokter lagi.

“yach begitulah, saat ini kami mempunyai satu anak, “ jawab Dewi sedikit berbohong, karena tidak mungkin ia menjelaskan kedokter bahwa ia ingin lebih puas dalam menikmati ******-****** perkasa tanpa takut akan hamil.

“Baru satu?? Memang tidak berkeinginan nambah, bu??” si dokter memastikan.

“Hmmhh…betul,” Dewi menjawab sambil tersenyum.

“Lalu ibu mau yang sementara atau selamanya,” tanya sidokter.

“maksudnya??” Dewi balik bertanya.

“Begini loh, Bu!. Kalau sementara saya sarankan ibu untuk menggunakan spiral, tapi kalau ibu dan suami ingin untuk selamanya tidak mempunyai anak lagi, yach! Saya menyarankan ibu untuk disteril, maksud saya saluran indung telur ibu harus saya tutup rapat, jadi kalau ibu berhubungan dengan suami, sperma suami ibu tidak dapat lagi menerobos kesaluran indung telur ibu, dengan begitu saya jamin tidak ada satupun indung telur ibu yang dapat dibuahi oleh sperma suami ibu,” jelas sang dokter panjang lebar.

“Ooohhh…begitu,” gumam Dewi,” Kalau gitu saya pilih yang sementara saja, siapa tahu nanti kita ingin mempunyai anak”

“Ibu mengambil keputusan yang tepat, nach sekarang ibu silahkan berbaring disana, saya akan mempersiapkan peralatannya,” kata si dokter sambil menunjuk kearah ranjang.

“Bajunya dan CDnya tolong dilepas, Bu!!, terus ibu kenakan ini” lanjut sidokter sambil memberikan jubah berwarna biru muda.

“wah, bu!! terbalik pakai jubahnya,” dokter itu berkata sambil tersenyum saat melihat Dewi mengenakan jubah itu dengan bagian yang terbukanya berada didepan.

“Bagian yang terbukanya itu untuk dibelakang, kalau ibu pakai seperti itu nanti saya gak akan selesai-selesai memasang alat kontrasepsinya, karena mata saya akan melihat kedada ibu terus,” lanjut sidokter sambil bercanda ke Dewi.

“Ohhh…he..he..dokter bisa aja,” Dewi tersipu malu mendengar guyonan si dokter, sambil membetulkan jubah tersebut, kemudian iapun berbaring diranjang.

Dewi bingung melihat ranjang tersebut karena panjang ranjang tersebut tidak sepanjang ranjang-ranjang yang biasa ada ditempat-tempat praktek dokter, panjang ranjang ini hanya sampai sebatas pantatnya saja, sehingga kedua kakinya terjuntai kebawah, Dewipun melihat adanya keanehan dengan ranjang ini, dimana disamping kiri dan kanan kedua kakinya ada bantalan cekung dan letaknya lebih tinggi dari ranjangnya.

Setelah selesaimempersiapkan peralatannya, sang dokter menghampiri ranjang tersebut, melihat posisi rebahan Dewi diatas ranjang, dokter itupun tersenyum simpul,

“Ibu, baru pertama kali yach datang kedokter kandungan??,” tanya sidokter tersenyum.

Tanpa menunggu jawaban Dewi, sang dokterpun mulai mengangkat kaki Dewi satu persatu dan menempatkan dibantalan cekung yang berada disamping kiri kanan kaki Dewi itu, perbuatan sidokter membuat Dewi terhenyak, Dewi tahu dengan posisinya dimana kedua kakinya terangkat dan terbuka lebar ini, kemaluannya akan Nampak jelas didepan sidokter, mukanyapun menjadi merah karena menahan malu, melihat Dewi yang tersipu-sipu malu dan wajahnya menjadi merah, sidokter hanya tersimpul dan diapun merasa yakin sekali bahwa ini adalah kunjungan yang pertama Dewi ke dokter kandungan.

“Maaf, yach, Bu,” sidokter berkata saat jari jemarinya mulai menyentuh bibir vagina Dewi.

“Hhmmmhh….,” Dewi hanya bisa mengangguk, karena menahan malu dan perasaan yang aneh saat jari-jari sidokter menyentuh bibir vaginanya.

Kedua jari tangan kiri sidokter mencoba untuk sedikit membuka lubang vagina Dewi dari sebelah atas, sehingga kelentit Dewi tersentuh oleh telapak tangan sidokter, sementara tangan kanan sidokter mencoba untuk memasukkan peralatan hampir seperti corong, agak lumayan lama sidokter berkutat untuk memasukkan alat itu kelubang vagina Dewi, sementara Dewi merasakan geli yang aneh dan nikmat saat kelentitnya tergesek-gesek oleh tangan sidokter, akibatnya gelora birahi Dewi mulai bangkit, memeknya mulai basah.

“Ouugghhh…..ssshhhh,” Dewi menjerit lirih saat merasakan alat yang seperti corong berdiameter 3cm terbenam di dalam lubang senggamanya, pantatnya terangkat sedikit, kedua tangannya mencengkram pinggiran ranjang dengan erat.

“Maaf..bu.!! sakit…!! Tahan sebentar yach, saya akan mulai memasang spiralnya,” kata sidokter.

Si dokter merasa heran dengan kondisi lubang vagina Dewi yang masih sempit ini, dalam hatinya ia berkata, “gila nich ibu, udah keluar satu anak, tapi masih sempit begini, sepertinya juga jarang dipakai oleh suaminya,”, sambil tangannya memijat-mijat pelan kedua belah bibir vagina Dewi dengan tujuan untuk membuat rileks otot-otot vagina Dewi, saat ia sedang memijat-mijat itu dari corong kacanya itu ia melihat lubang vagina Dewi yang berwarna merah muda itu berkedut-kedut, belum pernah selama ia praktek melhat kejadian ini, karena sudah berpengalaman ia mengetahui bahwa tebakannya itu betul, memek Dewi jarang dipakai oleh suaminya, karena hanya dengan alat yang teronggok diam saja memek Dewi sudah basah.

“Hhhhmmmm…sssshhhh….hhhmmmm…..ssshhhh..” Dewi merintih lirih menikmati pijatan-pijatan lembut dibibir vaginanya dan merasakan sumpalan alat dilubang senggamanya.

Mendengar lirihan Dewi, sidokter semakin yakin dengan tebakannya itu, dalam hatinya membatin,”kalau kuentot mau tidak yach ini ibu???, atau malah nanti dia marah??..”

Setelah melihat cengkraman dinding vagina Dewi dialatnya mulai mengendur, sidokterpun mulai mengambil spiral berbentuk T dan penjepitnya, lalu melalui corong tadi ia mulai memasukkan spiral tersebut menggunakan penjepit, karena corong itu terbuat dari kaca ia bisa melihat keadaan didalam lubang vagina Dewi, setelah tepat disasaran, iapun sedikit menekan penjepitnya kemudian ia melepaskan jepitan di spiral tersebut dan menarik keluar jepitannya, sambil memegangi kedua bibir vagina Dewi, sidokter memastikan spiral tersebut terpasang dengan benar, kemudian dengan perlahan-lahan corong itu ia tarik keluar dari lubang vagina Dewi, gesekan yang ditimbulkannya membuat Dewi mengerang lirih.
Setelah terlepas, sidokter kembali memijat-mijat vagina Dewi, sebetulnya pijatan-pijatan itu tidak perlu dilakukan, dan belum pernah ia lakukan selama ia praktek, saat ini ia lakukan karena ia terangsang dengan bentuk vagina Dewi, dalam hatinya ia juga merasa heran kenapa saat ini ia terangsang ingin melakukan persetubuhan dengan pasiennya. Dewi sendiri yang dari tadi birahinya sudah bergejolak, merasakan pijatan-pijatan lembut yang saat ini sedang dilakukan oleh sang dokter semakin membuat birahinya membara, erangan-erangannya semakin sering terdengar, tubuhnyapun menggelinjang-gelinjang karena geli dan nikmat.

“Oh..baru pijatan tangannya saja sudah membuatku melayang-layang, apalagi kalau dia sodok aku dengan kontolnya, Oh gila betul rangsangan ini,” Dewi berkata dalam hatinya.

Tangan Dewi yang tadi sedang mencengkram ranjang mulai beralih kepayudaranya sendiri, dari balik jubahnya iapun mulai meremas-remas kedua bukit kembarnya, merasa kurang puas karena terhalang oleh BH dan jubah yang masih menutupi tubuhnya, Dewi kemudian melucuti semuanya sehingga sekarang Dewi telanjang bulat didepan sang dokter, tangannya kembali meremas-remas kedua bukit kembarnya itu, mulutnya mendesis-desis menandakan Dewi sedang menikmati semua itu.

Sang Dokter yang melihat aksi Dewi melucuti jubah dan Bhnya serta aksi remasan tangan Dewi dikedua bukit kembarnya itu tersenyum simpul, “nampaknya ia mulai terangsang dengan pijatan-pijatanku,”, lalu tanpa menghentikan pijatannya, ia pun mulai menciumi kelentit Dewi yang mulai terlihat dan mengeras, tidak hanya diciumi saja, tapi ia jilati dan hisap-hisap kelentit Dewi yang membuat Dewi semakin menggelinjang merasakan kenikmatan permainan lidah sidokter, aksi sidokter semakin menggila, jari tengah salah satu tangan yang sedang memijat-mijat itu mulai menerobos lubang kenikmatan Dewi, dengan gerakan perlahan-lahan sidokter mulai mengeluar-masukkan jari tangannya itu, akibatnya lubang vagina Dewi semakin basah, erangan-erangan Dewipun semakin sering terdengar. Pantatnya semakin sering terangkat seolah menyambut sodokan jari tangan sidokter, kepalanya bergoyang kekiri kekanan, tubuhnya kadang-kadang melenting, Dewi betul-betul menikmati serangan-serangan sang dokter dikemaluannya.

“Ouughhhh….dddoookkk….eenaaaakkk…aakhhuuu…mau..kel luaarr…ssshhh…aagghhhh..”Dewi merintih-rintih kenikmatan.

Ssssrr……ssssrrrr….ssssrrrr…… memek Dewi memuntahkan lahar kenikmatannya.

Tubuh Dewi mengejang, sang dokter merasakan hangatnya air kenikmatan Dewi yang membasahi jari tangannya.

“Enak, Bu!!,” tanya sidokter.

“Iyaachh…”Dewi menjawab dengan nafas yang masih tersengal-sengal, matanya terpejam menikmati sisa-sisa kenikmatan yang baru saja ia rengkuh.

Tanpa buang waktu lebih lama lagi, sang dokterpun mulai melucuti seluruh pakaiannya, sehingga sekarang iapun telanjang bulat, Nampak kontolnya sudah berdiri dengan tegak, ukurannya lumayan besar dan panjang, diapun mulai mengelus-eluskan kontolnya dibibir vagina Dewi, membuat Dewi menggelinjang, dengan pelan-pelan sang dokterpun menyelipkan kepala kontolnya di lubang memek Dewi, setelah merasa tepat disasaran sang dokterpun mulai melesakkan kontolnya kedalam lubang memek Dewi, setahap demi setahap.

Sleeepp….bleeessss….bleessss…..

****** sang dokter mulai terbenam seluruhnya dalam lubang kemaluan Dewi, Dewi yang merasakan ****** dokter itu mulai memasuki lubang senggamanya, mendesis lirih. Hatinya membatin,”lumayan besar juga kontolnya, tapi tidak sebesar punyanya pak Sugito”.

“Ssshhh….aaaaghhhh..dook…kontolmu besar juga…. sssshhhh….puaskan aku dengan kontolmu ssshhhh…”desis Dewi.

Dengan perlahan-lahan Sang dokter mulai mengeluar-masukkan kontolnya didalam lubang senggama Dewi, kedua tangannya berpegangan dipaha Dewi, lama-lama gerakan maju-mundur sang dokter semakin cepat, keringatpun mulai mengalir dikedua tubuh mereka, udara dingin didalam ruangan praktek karena AC tidak menghalangi keluarnya keringat mereka. Erangan Dewi dan sang dokter semakin terdengar, lenguhan-lenguhan nikmat keluar dari kedua mulut mereka.

“Ouughhh…dookkk…teeruusss…ssooddokkk .memekkuuuu…dengaaannn kkonttolmu..ituuu… aaaggghhhh…” Dewi mengerang kenikmatan menikmati sodokan ****** sang dokter di lubang senggamanya.

“Hhhhmmmm…aaaaghhh…memekmuuu…benaaarr-benaar..sseeemmpitt enaaakkk… oouughhh … koontooolllkuuu…teerjeppiitt…bbeetulll… “ Sang Dokterpun melenguh keenakan merasakan jepitan dinding vagina Dewi dibatang kontolnya..

“Teekkaaannn…lebih daaalllaamm…dookk.. yaaahh..begituu..ssshhhhh…oouughhh…,” rintih Dewi meminta sang dokter untuk menekan lebih dalam, yang dituruti oleh sang dokter, dengan hentakan-hentakan yang lebih dalam, hingga kontolnya terbenam sampai pangkalnya saat sang dokter mendorong masuk kontolnya.

Tak lama kemudian nampak gerakan sang dokter bertambah cepat dan mulai tak beraturan, sementara itu tubuh Dewipun semakin sering terlihat melenting dan pantatnya semakin sering terangkat berbarengan dengan sodokan ****** sang dokter, lenguhan dan erangan mereka bertambah kencang terdengar dan saling bersahutan, nampaknya kedua insan ini akan merengkuh puncak kenikmatan persetubuhan mereka.

“Ouughhh…doookkk…aaaakkkkuuu…kkeeelluuarrr,” Dewi mengerang tubuhnya melenting.

“Akkkhhuuu…juuggaaa…mmaaauuu….ooouugghhhh..” sang dokterpun melenguh, dan menekan dalam-dalam kontolnya didalam lubang senggama Dewi, lalu terdiam.

Creeetttt…..ssssrrrr…..ccrreeeettt…..ssssrrrr…..

Kedua kemaluan mereka akhirnya memuntahkan lahar kenikmatan berbarengan, sand dokter merasakan batang kontolnya tersiram oleh hangatnya lendir kenikmatan Dewi dan ia juga merasakan dinding vagina Dewi berkedut-kedut meremas-remas batang kontolnya, Dewi sendiri merasakan dinding rahimnya tersemprot oleh cairan hangat sperma sang dokter dan Dewi sendiri merasakan pada dinding vaginanya batang ****** sang dokter berdenyut-denyut.

Kemudian sang dokter mencabut batang kontolnya dari jepitan vagina Dewi setelah ia merasakan remasan-remasan dinding vagina Dewi berhenti dan kontolnya mulai mengecil, saat kontolnya tercabut dari lubang kenikmatan Dewi, terlihat olehnya cairan spermanya bercampur dengan lendir kenikmatan Dewi mulai mengalir perlahan dan menetes jatuh keatas lantai.

Setelah nafas mereka kembali normal, mereka mengenakan pakaian mereka kembali, kemudian sang dokter memberi tahu Dewi bahwa spiral yang ia pasang itu bisa bertahan untuk 5 tahun, tetapi alangkah bagusnya setiap 3-6 bulan sekali harus diperiksa, untuk memastikan letaknya tidak berubah atau lebih parahnya terlepas. Dewi mengangguk tanda mengerti dalam hati Dewi berkata ,”pasti aku akan balik lagi, untuk menikmati sodokan-sodokan kontolmu lagi,”

Sebelumpulang Dewi bertanya berapa biaya yang harus dibayar olehnya, yang dijawab oleh dokter itu dengan senyuman dan kecupan ringan dibibir Dewi, gratis!!! bisiknya.

Sekarang jika aku mengingat kembali kejadian itu, biarhi ku tinggi, dan memuncak, kalau sampe gak tahan aku pasti telpon atau sms dia, karena kami sudah menganggap hubungan seks kami adalah untuk happy, tanpa ada ikatan.

Mbak Ayu Teman Mbak Tina

Namaku Toni dan umurku sekitar 26 tahun. Selain pekerjaan tetapku sebagai seorang staff di sebuah perusahaan swasta, aku juga mempunyai usaha sampingan jual beli handphone.

Aku tinggal di daerah Jakarta Selatan, bersama dengan kakakku, Mbak Tina dan suaminya, Mas Amir. Maklum, masih bujangan dan sementara Mbak Tina itu belum punya anak, jadi untuk ‘meramaikan suasana’ aku tinggal bersama mereka.

Pada suatu ketika, Mbak Tina itu menanyakan kepadaku, apakah aku mempunyai handphone jenis Nokia 5110. Karena temannya, sebut saja Ayu, sedang mencari handphone jenis itu. Kebetulan sekali aku ada stock handphone tipe itu. Ayu, teman Mbak Tina itu, umurnya sekitar 27 tahun dan sering juga main ke rumah kami, sudah cukup akrablah dengan kami. Wajahnya lumayan manis, kulitnya putih bersih dengan rambut sebahu, yang kadang suka membuatku agak deg-degan juga saat melihatnya. Setelah harga sesuai dan barang siap, 3 hari kemudian, kebetulan hari Minggu, Ayu berniat untuk mengambil handphone tersebut. Sebetulnya Mbak Tina tidak ada rencana untuk pergi pada hari Minggu itu karena Ayu akan datang, hanya saja sekitar jam 10-an, Mas Amir ditelepon temannya yang mengatakan bahwa ada seorang dari teman mereka yang meninggal. Maka mereka pun segera berangkat, sebelum berangkat Mbak Tina berkata kepada saya, “Ton, nanti kalo si Ayu datang, suruh makan yach, udah dimasakin tuh, trus kalo mau pulang, nggak usah tungguin Mbak dan mas Amir dech.”
“Iya Mbak, pokoknya beres dech..” jawabku.
Memang Ayu ini sudah seperti keluarga.

Sekitar jam 12-an, Ayu datang. “Kok sendirian aja Mbak, mana ‘gandengannya’, nggak diajak nich..” godaku, meski aku tahu kalau Ayu belum punya pacar. Aku memang memanggil dia dengan Mbak karena dia teman Mbak Tina. Dia hanya tersenyum.

“Mana Mbak Tina dan Mas Amir, Ton?” Tanya dia.
“Lagi melayat temannya Mas Amir, Mbak..” jawabku.
Maka setelah ngobrol ke sana ke mari serta menunjukkan handphone yang akan dia beli itu, kemudian Ayu berkata, “Ton, ajarin Mbak yach pakenya, abis Mbak kan baru sekarang punya ini, musti belajar dulu.”
“Beres Mbak, tenang aja..” jawabku.
Maka sambil duduk di sebelahnya, aku mulai mengajarinya cara menggunakan handphone itu. Hmm… wangi tubuhnya yang putih bersih itu mulai tercium. Kulitnya yang mulus ditumbuhi bulu-bulu halus ditangannya. “Wah.. tipe cewek gini nich yang gue suka”, kataku dalam hati. Semakin lama aku semakin berani untuk mendekatkan posisi dudukku, semakin merapat ke sisi Ayu. Sambil sesekali aku curi-curi mencium rambutnya. Oohh.. tiba-tiba aja aku ingin membelai rambutnya.

Setelah beberapa penjelasan yang kuberikan, dia mulai mencoba handphone itu, meski beberapa kali ada salah pencet tombol. Karena salah itu, aku meralat dengan menekankan tombol yang benar, yang mau tidak mau, aku harus memegang jari-jari manis Ayu. Entah tiba-tiba saja, aku menggenggam tangan Ayu. “Tangan kamu halus sekali Yu, lembut..” kataku. Wajah Ayu yang putih berubah jadi kemerahan dan tertunduk saat aku menatap matanya, “Ah kamu Ton, biasa aja..” Aku semakin memberanikan diriku, aku menaruh handphone itu di meja dan mulai meremas tangan Ayu. “Kamu manis sekali Ayu..” Ayu hanya diam saja sambil tetap menunduk. Aku memegang pundaknya dan memutar badannya hingga berhadapan denganku. Kusentuh dagunya dan kuangkat wajahnya, hingga aku bisa melihat dengan jelas betapa manisnya wajah Ayu, meski agak merah karena malu mungkin. Aku tersenyum dan dia pun balas tersenyum.

Aku semakin nekat, perlahan-lahan aku mendekatkan wajahku ke arahnya dan kulihat dia mulai memejamkan matanya. “Nah, ini dia nich..” pikirku. Perlahan aku mulai menyentuh bibirnya yang mungil itu. Tak kusangka, ternyata dia membalas kecupanku. Semakin aku bernafsu untuk melumatkan bibirnya, ternyata semakin ‘buas’ juga dia membalasnya. Hmm.. aku jadi tidak tahan.

Perlahan aku mulai melingkarkan tanganku ke pinggangnya, dia membalasnya. Aku semakin mendekapnya, dan kurasakan gumpalan payudaranya yang mungil, hangat di dadaku. Sambil terus berciuman, aku mulai merebahkan Ayu di karpet tempat kami duduk. Sementara itu, batang kemaluanku mulai berdiri. Sambil masih mengenakan baju, aku menggesek-gesekkan batang kemaluanku itu ke belahan selangkangannya. Kebetulan dia mengenakan kulot dari bahan yang agak tipis, sehingga gundukan kemaluannya bisa kurasakan meski masih memakai celana. Kulihat dia masih memejamkan mata sambil sesekali kudengar nafasnya yang memburu. Dia pun membalas goyangan pinggulku dengan menggoyangkan pantatnya.

“Hmm.. mungkin dia sudah pernah nich”, pikirku. Kami semakin panas, perlahan aku mulai melepaskan kancing kemeja putih yang dia kenakan, satu persatu sambil kudengar nafasnya yang makin cepat. Setelah semua kancing kulepaskan, mulai kusingkap ke kiri dan ke kanan kemejanya itu. Ohh.. payudaranya tidak terlalu besar memang, tapi kulitnya itu yang membuat jantungku berdegup keras, seperti lilin, halus sekali. Aku mulai mencium bagian telinga, lalu semakin turun ke leher. Ayu menggelinjang, kuteruskan ke bagian dadanya sambil perlahan kulepaskan bra-nya. Kulihat puting payudaranya yang berwarna merah muda itu sudah membesar dan payudaranya agak keras. Kucium perlahan-lahan sekitar putingnya, Ayu semakin menggelinjang.

“Aahh.. terus Ton, teruusss.. aaahh…” desahnya. Sambil terus mencium dan menjilat payudaranya, perlahan kulepaskan kancing celananya. Rupanya Ayu paham akan maksudku itu, dia mengangkat pantatnya sedikit sehingga dengan leluasa aku melepaskan celananya. Rupanya diapun tidak mau ketinggalan, dia melepaskan satu persatu kancing kemejaku, sebelum habis semua kancing kemejaku terbuka, aku segera melepaskannya. Setelah itu, Ayu melepaskan kancing celanaku. Kini kami hanya mengenakan celana dalam saja. Aku kemudian menggesek-gesekkan batang kemaluanku yang masih ditutupi celana dalam itu ke selangkangannya. “Ahh.. semakin terasa sekarang..” pikirku.

“Kamu cantik sekali Ayu, kamu manis…” rayuku. Kembali kucium sekitar payudaranya sambil perlahan-lahan kuturunkan ciumanku ke bawah. Terus ke pusar, kulihat dia kegelian, sambil meremas rambutku. “Teruskan Ton, aku ingin…” katanya. Terus kuciumi sampai akhirnya tiba di selangkangannya. Samar-samar bisa kulihat bulu-bulunya yang lebat di balik celana dalamnya yang menggunung itu. Kuciumi, hmm.. wangi sekali. Secara naluriah, Ayu merenggangkan kakinya sehingga aku semakin leluasa menciuminya.

Semakin lama kulihat semakin basah celananya itu, maka dengan cepat aku melepaskan celana dalamnya itu. Benar, rupanya sudah basah, aku perlahan mulai menjilati liang kewanitaannya yang basah. Ayu semakin menggelinjang, kusedot, kujilat klitorisnya. “Suu..daahh.. Toonnn.. mmaa..sssuuu..kkkiiinnn..” desahnya tak sabar. Maka dengan segera aku melepaskan celana dalamku dan memasukkan batang kemaluanku ke liang kewanitaan Ayu. Mungkin karena sudah basah, dengan mudah kejantananku menerobos masuk. Aku sempat berpikir sejenak, kok langsung yach, Ooo.. berarti Ayu memang sudah pernah berhubungan sebelumnya.

Dengan perlahan aku mulai menghujamkan batang kemaluanku, semakin dalam semakin hebat gelinjang Ayu. Setelah kurasakan semua sudah masuk, perlahan aku mulai bergerak keluar masuk, pelan.. pelan… Ayu pun tak kalah, dia menggoyangkan pantatnya. “Aahhh.. teeerrruuusss.. Tonn.. aahhh…” desahnya. Aku pun semakin cepat bergerak, sambil kuhisap putingnya. Rupanya Ayu akan orgasme, gerakannya semakin liar. Tak lama kemudian, dengan gerakan mengangkat bagian punggungnya, dia dengan ‘agak kasar’ melumat bibirku dan kurasakan batang kemaluanku terasa berdenyut-denyut dan terjepit. Dan, “Aaahhh…” dengan jeritan tertahan, Ayu seolah menggelepar dan tak lama kemudian tubuhnya terkulai lemas. Dia sudah orgasme rupanya, sambil menatapku, dia berkata, “Kamu hebat Ton, kamu terusin aja, sampe kamu juga dapetin yach sayang…”

Kembali aku menggerakkan batang kemaluanku keluar masuk. Ayu mengulum bibirku, rupanya dia sudah mulai panas lagi, goyangan pantatnya semakin cepat dan semakin cepat. Kurasakan bahwa spermaku sudah hampir tiba di ujungnya, aku semakin mempercepat gerakanku, diimbangi oleh gerakan Ayu. “Aahhh.. Ayuuu.. aku mau keluar nicchhh..” desahku. “Samaaa.. Ton, aku jugaaa.. aaahhh..” jerit Ayu tertahan berbarengan dengan muncratnya spermaku keluar. Pada saat spermaku akan keluar itu, kuhujamkan batang kemaluanku sedalam-dalamnya ke dalam liang kewanitaan Ayu, “Aaahhh…” Kami keluar bersamaan, sesaat mataku terasa berkunang-kunang dan selanjutnya aku merasa melayang.

Ah, rupanya cukup banyak sperma yang telah kukeluarkan di dalam liang kewanitaan Ayu, karena aku merasa beberapa kali menyemprotkannya dan setelah itu masih terasa terus mengalir keluar. Terasa hangat ujung kemaluanku itu. Ayu pun tampaknya sangat puas.

“Ton.. Kamu hebat sekali, aku bisa sampe 2 kali keluar.. kamu hebat sekali sayang..”
“Terima kasih sayang”, kataku sambil mengecup kening Ayu.
“Biarkan di dalam saja sayang, aku masih ingin merasakan hangatnya..” bisik Ayu di telingaku. Rupanya Ayu punya maksud lain dengan membiarkan batang kemaluanku itu tetap di dalam liang kewanitaannya.

Setelah kami dapat mengatur nafas kembali, kurasakan pantat Ayu kembali digerak-gerakkan. Gerakannya memutar dan naik turun. Batang kemaluanku yang sudah terkulai lemas, dengan gerakan seperti itu, kembali mulai tegang. “Kamu diam aja Ton, sekarang giliran aku yang akan membuat kamu melayang”, bisik Ayu.

Pada saat batang kemaluanku sudah kembali tegang, Ayu memintaku untuk segera mengeluarkan batang kemaluanku itu dari dalam liang kewanitaannya. Begitu batang kemaluanku keluar, aku langsung didorong ke belakang hingga aku telentang dan tanpa kusangka, Ayu mulai memasukkan batang kemaluanku ke dalam mulutnya. Aaahh.. rasanya geli bercampur nikmat, apalagi pada saat lidahnya bermain-main di sekitar ujung batang kemaluanku. Dia hisap ujung batang kemaluanku, lalu dengan perlahan dia mulai memasukkan ujung batang kemaluanku ke dalam mulutnya, terus hingga setengah batang kemaluanku memenuhi mulutnya.

Astaga, geli bercampur nikmat kurasakan hingga di ubun-ubunku. Dia terus mengulum dan mengisap batang kemaluanku, hingga akhirnya, “Aaahhh.. Ayuuu.. akuu.. maauuu.. keeluuaarrr.. aaahh..” aku sudah tak tahan lagi, dengan batang kemaluanku yang masih di dalam mulutnya, kumuncratkan spermaku. Kupikir Ayu akan segera mengeluarkan batang kemaluanku dari mulutnya begitu spermaku muncrat, tapi ternyata tidak. Dia malah seperti mengisap-isap batang kemaluanku hingga aku merasa melayang-layang.

“Aaahh.. Ayu.. kamu hebat sekali, aku nggak kuat” kataku sambil tersenyum pada Ayu. Batang kemaluanku benar-benar merasa tersedot seluruh isinya, aku lemas sekali. Dan ketika tidak ada sperma yang keluar lagi, Ayu mengeluarkan batang kemaluanku dari mulutnya. Ohh, rupanya dia menelan semua spermaku itu karena batang kemaluanku bersih dan dari mulutnya pun tak ada sisa sperma yang tertinggal.

Setelah itu kami tidur-tiduran di karpet tempat kenikmatan terjadi, sambil aku memeluk Ayu dari belakang. Aku dapat melihat kepuasan mamancar dari wajah Ayu yang memang ayu itu. Sungguh Ayu, aku pun puas sekali. Dan semenjak saat itu, dengan alasan belajar memakai handphone, aku dan Ayu sering bertemu dan mengulangi segala kenikmatan yang telah kami lakukan, baik di tempat Ayu maupun di rumahku sewaktu Mbak Tina dan Mas Amir tidak ada.

Demikian cerita kami, hanya cerita dewasa yang diambil dari kisah hidup seseorang lingkungan setengah baya, wanita paruh baya dan peia-pria matang disekitar kita. sampai cerita selanjutnya.

Seks Dengan Mahasiswi Kedokteran

Saya adalah seorang mahasiswa di salah satu perguruan tinggi di kota medan.sekarang duduk di semester 7..saya tinggal di daerah medan tuntungan.tinggi saya 164 berat 60 kg dan dapat digolongkan gemuk.saya mempunyai tetangga nmaanya dewi seorang mahasiswa di salah satu perguruan tinggi di medan dia mengambil jurusan kedokteran.

sudahlah lupakan siapa saya dan dewi.ini peristiwa terjadi setahun yang lalu begini ceritanya.pada hari sabtu pukul 14;30 saya berdiri didepan rumah saya lalu saya dipanggil oleh dewi”bang kemarilah”kata dewi “ada apa wi”jawabku ‘abang bisa bantu kami ” kata dewi “bantu apa kalau bisa pasti aku bantu”jawabku setelah itu aku diajak kedalam rumahnya dan didalam rumahnya talah ada dua orang temannya lalu aku diperkenalkannya rini dan rina (samaran).

lalu kami bercerita dan bercanda kemudian aku bertanya “kalian mau minta bantu apa nih”kataku begini bang kami dapat tugas dari dosen mata kuliah anatomi.tugas ini sangat berat menurut kami ,kami harus mempelajari anatomi lawan jenis kami”kata dewi sambil menyodorkan kertas yang berisi dafatar yang akan di periksa.alngkah terkejutnya aku begitu aku baca isi daftar tersebut adapun dafatar tersebut adalah tinggi berat panjang lengan panjang kaki ukuran penis ketika tegang dan mengambil sperma itu semua dilakukan dalam keadaan telanjang.

“jadi aku mau kalian jadi kan objeknya ya,maaf ya ini perkerjaan gila”kataku “tolonglah bang”kata dewi di ikuti dengan kawan nya memohon agar aku bisa membantu pekerjaan mereka. ‘pokoknya engggak “kataku ‘kami kasih Rp 1 juta kaalu abang mau”kata dewi “berapapun kalian kasih aku enggak mau’kataku.dalam hati sebenarnya aku mau dan aku terdiam sejenak dan sambil berpikiri “ok aku mau tapi dengan syrat”kataku ’syaratnya apa bang”kata mereka dengan semangat “syaratnya ialah kalian memeriksaku satu persatu dan dalam keadaan telanjang”kataku “ah jangan lah bang,yang lain aja lah syaratnya”kata dewi “ini mungkin syarat terakhir kalau kalian mau ok kita laksanakan ,kalau enggak ya enggak jadi.syaratnya seperti tadi tapi kalian enggak usah telanjang tapi hanya pakai cd (celana dalam) saja,malu lah aku kalau aku telanjang kalian enggak “kataku

kemudian mereka terdiam sejanak dan berpikir dan entah apa yang dipikirkan mereka lalu “oklah bang dari pada tugas kami enggak selesai kami mau denngan syarat tersebut”kata dewi kemudian setelah selesia negosiasi aku pun mandi kekamar mandinya dan masuk kekamar dengan hanya mengunakan handuk,mereka bertiga masih diluar kamar dan berbincang-bincang entah apa yang mereka bincang kan lalu masuk dewi kekamar dengan membawa peralatan yang diperlukan.lalu dewi melepaskan satu persatu pakaiannya dan hanya cd putih yang melekat di tubuh dewi yang putih dan mulus tersebut.lalu didekatinya aku dan terlihat dengan jelas dua buah bukit kenmbar yang besar(tinggi dewi 165 dan berat 60)dan ditengah tengahnya ada putingg berwarna kecoklatan.

lalu dilakukanlah tugasnya mengukur tubuhku dan yang paling menegangkan ialah ketika mengukur penisku yang menegang kulihat dengan jelas wajah dewi kemerah-merahan ketika memegang penisku.alangkah nikmatnya penis ini ketika dipegang dewi wow serasa melayang.kemudian saatnya pengambilan sperma aku disuruh dewi untuk menelurkan sperma lalu kuusahakan lah melakukan onani didepanya lalu serasa sulit.kemiudian “wi payah nih keluarnya tolong dong keluari”kataku “gimana aku bisa bantu’kata dewi “tolonglah kamu kocok kan”kataku dengan berat hati lalu dewi melakukan apa yang aku perintahkan.

sudah 3 menit enggak keluar juga itu sperma.lalu aku cari lagi cara yang lain “wi kamu harus bantu dengan cara lain nih”kataku “cara lain gimana”kata dewi ‘kamu harus tidur telentang atau telungkup sama aja’kataku lalu dewi tidurlah dengan cara telungkup.kemudian tubuh indah itu aku tindih. kontolku tepat disela pantanya yang woow tersebut lalu aku gesek-gesekkan ketengah pantatnya yang masih bercd putih tersebut dan tiba-tiba dewi membalikkan tubuhnya.wow ‘didepan mataku tersaji buah dada yang indah dan badanku telah menimpa tubuhnya kontolku tepat diatas vagiannya yang masih terbalut cd.

lalu kuturunkan badanku sedikit aku enggak mau merusak perawan anak tetangga yang beda agama.jadi kontolku tepat dibawah vaginanya dan dijepit oleh dua paha mulusnya.woow dijepit pahanya aja begitu nikmat gimana lagi kalau otot vaginanya menjepit penisku.bibirku menikmati puting dan buah dadanya yang indah.dewi mengerang kenikmatan”ahhhh…..ahhhh bang…….tiba-tiba pusarku terasa basah wehhh ternyata dewi mengalami orgasme.

lalu kulanjutkan aksiku terhadap dewi dan akhinya “wi aku mau keluar nih cepet wi”kataku lalu aku mengangkat tubuhku dari tubuh dewi dan dewi mengambil tabung yang telah steril dan “cret….cret..’wow aku akhirnya mengalami orgasme dan setelah itu dewi lalu mengenakan pakaianya kemnali dengan cd yang masih basah oleh spermanya sendiri dan dengan jelas terbayang vagina yang tebal tersebut terbaluti oleh cd.mungkin inilah pertama sekali aku melihat vagina wanita dewasa walaupun sedikit samar-samar.

lalu dewi keluar dari kamar.cerita dengan rini dan rina akan saya saqmbung nanti.bagi wanita yang ingin melakukan hubungan sex saya siap untuk melayani.hubungi denny_medan@yahoo.com kirimkan biodata anda dan no telp/hp yang dapat dihubungi kerahasiaan anda akan terjamin

Mahasiswi Kedokteran (2)
setelah dewi keluar dari kamar lalu masuk lah si rina.dengan membawa peralatan seperti dewi tadi.kemudian dia melepaskan pakaiannya satu-persatu aku yang tengah terbaring memperhatikan dengan serius ketika dia melepaskan pakaiannya satu persatu dewi tidak cantik dan dapat dikatakan jeleklah tubuhnya agak kurus dan dadanya sepertinya turun tidak seperti dewi yang besar dan menantang.kemudian dia mendekatiku dan melakukan tugasnya seperti dewi tadi,ketika dia memeriksa tubuhku kuperhatikan wajahnya seperti tidak senang dan sedikit cemberut apa semua cewek seperti ini sifatnya seperti ini dalam hati ku berkata.senjataku masih berdiri tetapi tidak setegang ketika diperiksa dewi mungkin perasaan senang dan tidak senang mempengaruhi kondisi senjataku.lalu saatnya pengeluaran sperma sama seperi dewi tadi ku suruh dia mengocokkan senjataku alamak ternyata dia enggak mau lalu aku ancam “kalau kau enggak mau ya udah enggak usah aja aku kan enggak maksa kalian”kataku.eh ternyata dia mau dan dilakaukannya lah eh dalam sekejap saja spermaku keluar.mungkin dapat dikatakan waktu yang dibutuhkan dewi untuk memeriksaku hanya 1/3 dari waktu yang dibutuhkan dewi.entahlah mungkin senjataku sulit mungeluarkan pelurunya kalau melihat cewek cantik kalau cewek jelek dan sombong sebentar aja selesai.kemudian rina mengenakan pakaiannya kembali dan keluar.

Kemudian masuklah Rini dengan senyum dan sambil menyapa”kini giliranku”katanya dengan semangat.mak ketika aku melihat cewek seperti ini lihat semangatnya aja senjataku langsung spot.lalu dilepaskannya pakaiannya satu persatu alamak indahnya bodi cewek ini dalam hatiku sambil menelan air liur tau enggak pembaca bagaimana ciri-ciri rini orangnya sedikit gemuk dan sintal dengan buah dada mungkin enggak cocock untuk bodi sepertinya buah dadanya besarlah aku enggak tau ukurannya tapi besarlah dan putih walau wajahnya enggak cantik (seperti cewek karo)tapi pantatnya mak bahenol kali dan aku bilang aja padat dan berisi.dapat anda bayangkan gimanalah dengan rambut sebahu dan orangnya suka senyum walaupun aku baru kenal.lalu di lakukanlah tugasnya seperti temannya tadi ketika masalah ukur-mungukur tubuh dan menimbnang aku turun dari ranjang setelah itu saatnya pengeluaran sperma.aku tidur terlentang.lalau dia berkata “gimana nih bang aku mau mengambil sample sperma” aku menjawab ya terserahkamu lah gimana caranya.senjatku terus menegang karena suasananya menyenangkan hatiku dan orangnya suka ketawa ketika memeriksa.lalu rini duduk dipahaku woow terasa sekali daging empuknya menimpa paha lalu senjataku dikocoknya lalu dikulumnya alamak geli kali rasanya.aku kira rini ini suka oral seks.

setelah dikocok dan dikulumnya lalu rini berhenti dan tiba-tiba melepaskan cd-nya wowwwwwww aku serasa enggak percaya melihat itu benda dalam hatiku baru saekali ini aku memperhatikan dengan jelas yang namanya ‘barang setupuk”dengan sebuah daging kecil seperi kacang di medan itu di sebut”itil”dan tiba tiba dia menempelkan vaginanya di senjataku.tanpa pikir panjang lalu kubalikkan posisi dia di bawah aku diatas lalu kukulum bibirnya mak dibalasnya dan senjataku kutekan-tekan kedalam senggamanya bibirku setelah mengulum bibirnya beralih kegunung kembarnya wooooow kenyalnya terus kunikmati itu bibir dan kontolku telah mulai masuk kedalam vaginanya yang sempit sedikit demi sedikkit mulutku terus memikmait itu tetek dan tiba-tiba tetek itu terasa mengeras tidak seperti tadi yang begitu lembut dan putinmgnya berkilat kecoklatan dan kemudian kedua kakinya mengapit kakiku dengan posisi aku di atas dan dia dibawah dan tanganya denga erat memeluk tubuhku “ban..bang aku mau ….mau keluar “katanya “sebentar aku juga mau keluar”jawabku ketika hampir puncaknya aku cabut itu senjata dari vagina dan rini langsung mengambil tabung dan menampung spermaku didalam tabung itu.setelah selesai rini bukanya mau keluar mak dia mencium bibrku dan terjadi lagilah persetubuhan tersebut hingga 3 kali dalam 45 menit.entah berapa banyak spermaku terbuah selama 1 jam setengah ketika diperiksa ketiga mahasiswi tersebut.

Sekian cerita kami, hanya pengalaman pemuda yang mungkin bisa ditambahkan dalam cerita ini, artinya cerita ini bisa saja mengalami penambahan kejadian dan tempat, sekedar hiburan untuk para pecinta cerita seks.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar