Jumat, 28 Mei 2010

Demi kami, mereka dan anda fenni Anastasia

Demi kami, mereka dan anda

September 17th, 2009 by Fenny Anastasia

Terkadang realita dan berbagai kondisi yang dilihat dan dialami seorang jurnalis
Memaksa untuk sejenak berpaling dari perasaan pribadi, sentimentil, ketakutan, pesimistis, subyektifitas, keegoisan, kejenuhan, dan iba…
Kadang menyiksa, tapi biarlah begini, sebagai sebuah konsekuensi ,dedikasi dan… ‘industri’

Demi kami, mereka dan anda…

Hiruk pikuknya nya perdebatan
Riuh rendahnya deklarasi dan perjuangan serta dentuman kesengsaraan yang membabi buta
Seolah tak terbendung dan tersaring oleh sebuah kelambu yang bernama dedikasi…
Jauh di ujung sana berlapis keinginan untuk merangkul dan merengkuh bersama…

Dikala ribuan manusia terengah mengayuh langkah di ibukota
Dan semakin tergopoh mereka dengan terbatasinya ruang lingkup dengan rangkaian benteng hukum
Terinjak oleh mahalnya sebuah kehidupan..
Seakan tak ingin menambah beban dengan jejalan pertanyaan dan segera mengulurkan sebelah tangan
tatkala tangan lain memegang senjata idealisme sebuah industri informasi
Harus bertahan dan biarlah begini..

dan tatkala musim itu tiba,
dimana ribuan bendera berjaya dimana dimana
bukan bendera merah putih itu, ini bendera promosi sebuah kekuasaan
maksudku banyak tawaran variant kekuasaan
merah, kuning, biru, hijau, merah bercorak, atau polos bergambar de el el
sontak seketika itu tak terhitung pula wajah ceria,gembira ria, penuh senyum simpul, memaksa untuk dipedulikan dan mempedulikan
tak ingin melihat tapi tak kuasa menolak, seperti terperangkap
hingga segera harus beranjak dan berbuat untuk sebuah rangkaian kata dan kalimat demi mereka
dan sebagian lain orang yang ‘terperangkap’

tak perlu itu..gumamku di dalam sana, dan ternyata hanya bisa begitu
sembari sadar menjadi bagian kemeriahan musiman

sesekali terpaksa menutup mata dan telinga..
sembari memegang sebuah bendera lambang kejayaan, kami….

harus bertahan dan biarlah begini…

sebuah gendongan yang mahal

September 11th, 2009 by Fenny Anastasia

Bbrp saat mata kami beradu,
dengan jelas dapat kutangkap harapan besar dalam sekelumit senyum polosnya.
Tp Sayang blm sampai hitungan menit, seorang petugas melarang kami untuk melakukannya, meminta kami menurunkan dari gendongan
Dg alasan takut keenakan..
Ironis ..ternyata anak2 seusia itu hanya pantas mendapat gendongan ketika sdh jelas ada yang melamar
Alias akan mengadopsi..
Jika tidak, jangan harap mendapat pelukan dan gendongan hangat dari siapapun..
Ini hanya sekelumit pengalaman ketika mencoba kembali bertandang di tempat penampungan anak panti asuhan balita cipayung jak tim
Ketika masuk salah satu ruangan tempat tidur, bermain, makan dan menangis untuk bayi bayi mungil ini
Mata saya sejenak terpana akan pemandangan itu
Belasan balita menyambut kedatangan kami dg ramah dan ceria
Ooh sungguh malang, mereka tak pernah tau dimana orang tuanya..
Entah, mungkin mereka justru blm tau apa itu yang disebut dengan orang tua
Ada sedikit hal tak biasa yang tertangkap dibalik senyum polos itu..
oh Tuhan rupanya anak-anak sekecil ini mencoba menarik perhatian kami, tatapan, senyuman, sentuhan ,dan kadang terlihat tak tau lagi dg cara apa mereka harus saling berebut merebut hati kami
untuk membawanya keluar dari tempat itu
atau, setidaknya sudi meluangkan sedikit waktu berbagi kebahagiaan bersama mereka
‘mama..mama’ atau akhirnya hanya itu yang mereka bisa…

memandang mata mata kecil jernih dan polos
Kala itu tiba tiba tersadar
Mau tak mau menggeliat dari pesimisnya melihat yang mulia manusia
Berharap tak akan bertambah makhluk2 kecil ini setiap hitungan harinya..

kanvas maya

September 11th, 2009 by Fenny Anastasia

Ketika mencoba kembali ke kanvas maya ini..rasanya sungkan utk mengumbar kata2 tanpa maksud yg jelas
tp sdhlah..sprti biasa sy hanya ingin jujur..
Kanvas..sesuatu yg sederhana dan akan menjadi penuh makna
Tak pernah ingin mendikte rupa, karena sadar hanya sebuah tempat menuang makna
Bukan bualan..bukan rangkain pujian ataupun setumpuk buaian
Namun goresan maha karya dalam aneka rupa
Sungguh indah..di sisi lain, tak jelas mau apa dan kemana
Tp biarlah demikian adanya
tak ada yg berkuasa memaknai..tak ada yg bisa disangkal…semua hanyalah mahakarya dalam balutan makna yang tertoreh dalam sebuah kanvas maya…
Terbaca..atau
teronggok diujung ruang kosong dan hampa.
Gambaran sebuah realita..bukan dg kata kata (semoga)

saat rajin2 nya corat coret, bikin karangan remaja, cerita hasil imajinasi, gambar muka dosen, kaligrafi di tangan, dan pastinya skripsi :-)

saat rajin2 nya corat coret, bikin karangan remaja, cerita hasil imajinasi, gambar muka dosen, kaligrafi di tangan, dan pastinya skripsi :-)

bbrp teman mempertanyakan mengenai tulisan ini, memang..mungkin tulisan ini akan agak susah utk dimengerti maksudnya, jadi baiklah sy akan mencoba sedikit menambahi mengenai maksud di dalamnya, kira2 begini…

kanvas maya itu sy tulis utk menggambarkan situasi penulis (saya) saat membuat tulisan itu:-)
intinya, tulisan ini dibuat saat sangat ingin menulis, meskipun ga jelas jg apa yg mau ditulis..tp hanya ingin jujur menorehkan apa isi hati pada pembaca…(maklum penyakit mood2an)
saya mencoba menjelaskannya dari sisi objek yaitu salah satu halaman di internet, yg dikiaskan sebagai kanvas (wahana utk melukis) “maya” (tak nyata, tak tersentuh)
Meskipun saat itu kondisi penulis sedang sedih, gundah, bingung, atau apa saja, maka saat itu jg, penulis bisa saja bebas melukis/menulis apa aja dlm objek itu, dan bagimanapun hasil lukisan/ tulisannya, maka dia (kanvas) tidak akan pernah protes, krn hanya sebuah wahana menuangkan apa aja, jadi terserah mau dijadiin apa.
knp kanvas??
krn bagi saya, kanvas adalah sebuah wahana yg sederhana tapi akan menjadi luar biasa indah bila berada pada tangan2 yg tepat, akhirnya tergantung pada si pelukis. bisa saja menghasilkan sebuah mahakarya indah yg banyak dikagumi, atau hanya sebuah lukisan biasa yg teronggok di sebuah sudut gudang (meskipun mungkin begitu berharga bagi pelukisnya)…akan menjadi demikian jg dg tulisan, maka apapun hasil tulisannya, penulis hanya akan tersenyum lega, karena hanya ingin jujur dalam mengurai tulisan, saat menulis kembali, walau pasti banyak keterbatasan.
hanya ingin menulis…..dan terserah bagaimana pembaca memaknai, itu saja..:-)
begitu kira2..semoga jelas ya.
makasih

Sugeng Rawuh – Wilujeng Sumping – Bien Venue


Tidak ada komentar:

Posting Komentar