Sabtu, 01 Mei 2010

Polisi Terus Periksa Saksi Film Gigolo

Polisi Terus Periksa Saksi Film Gigolo

Sabtu, 1 Mei 2010 10:12 WIB

Denpasar, (tvOne)

Polda Bali masih terus melakukan pemeriksaan terhadap sejumlah saksi untuk lebih memastikan adanya pelanggaran dalam produksi film yang mengisahkan tentang kehidupan para gigolo di kawasan Pantai Kuta, Kabupaten Badung.

"Kami akan terus meminta keterangan dari sejumlah saksi, terutama terhadap mereka yang terlibat langsung dalam produksi film yang mengundang reaksi keras dari kalangan masyarakat di Pulau Dewata itu," kata Kabid Humas Polda Bali Kombes Pol Gde Sugianyar di Denpasar, Sabtu.

Ia mengungkapkan, melalui pemeriksaan sejumlah saksi dan pengumpulan barang bukti, senantiasa akan diperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai adanya pelanggaran dalam pembuatan film yang diberi judul "Cowboys in Paradise" itu.

"Sejauh ini pelanggarannya sudah terlihat, namun kami masih membutuhkan keterangan dan bukti-bukti yang lebih memungkinkan untuk dapat diangkat menjadi sebuah perkara," katanya.

Kabid Humas menyebutkan, sejauh ini pihaknya telah meminta keterangan dari enam aktor yang berperan sebagai gigolo dalam film "Cowboys in Paradise". Dari hasil pemeriksaan pendaluan, terangkap bahwa produksi atau aktivitas pengambilan gambar yang dilakukannya di kawasan Panmtai Kuta, ditemukan beberapa bentuk pelanggaran.

Pelanggaran dimaksud tidak hanya berupa aksi penipuan yang telah dilakukan produser atau sutradara terhadap para aktor yang terlibat dalam pemeranan, tertapi juga masalah keimigrasian, ucapnya.

Amit Virmani, pria berdarah India yang kini menetap di Singapura, yang bertindak selaku sutradara dalam film tersebut, tercatat datang ke Bali hanya dengan memakai visa turis.

Sang sutradara Amit Virmani datang dengan visa turis, namun dalam praktiknya dia telah melakukan kegiatan yang mengarah pada bisnis atau komersial di Pulau Dewata. "Seseorang yang datang dengan visa turis, sama sekali tidak boleh melakukan itu. Yang boleh dia lakukan hanyalah jalan-jalan atau piknik semata," ujar Kombes Segianyar.

Sementara untuk tindak penipuan, Amit Virmani terungkap telah membohongi sejumlah aktor yang terlibat dalam peran yang mengisahkan tentang kehidupan para gigolo di Pantai Kuta itu.

Dari enam saksi yang telah diperiksa, seluruhnya mengatakan bahwa Amit Virmani tidak pernah mengatakan kalau gambar yang diambilnya dari mereka adalah untuk sebuah produksi film dokumenter. "Kepada mereka yang diambil gambarnya, Amit hanya mengatakan untuk kepentingan koleksi pribadi. Namun nyatanya, wajah mereka malah kemudian tampil dalam film dokumenter `Cowboys in Paradise`," ujar Sugianyar.

Atas perbuatan Amit seperti itu, mereka yang sempat ditampilkan sebagai aktor akan mengajukan protes dan mengadukan sang sutradara yang dinilai telah melakukan tindak penipuan. "Mereka punya rencana mengadukan Amit Virmani ke ranah hukum," ujar Sugianyar menambahkan.

Polda Bali Minta Bantuan Interpol Panggil Sutradara Cowboy in Paradise

Jumat, 30 April 2010 22:36 WIB

Denpasar, (tvOne)

Kepolisian Daerah Bali berencana minta bantuan National Central Bureau (NCB)/Interpol Mabes Polri guna memanggil Amit Virmani selaku sutradara film dokumenter "Cowboys in Paradise". "Langkah itu kita lakukan setelah semua saksi diperiksa dan bukti bukti mengarah pada keterlibatan sang sutradara," kata Kepala Bidang Humas Polda Bali Komisaris Besar Polisi Gde Sugianyar Dwi Putra di Denpasar, Jumat (30/4).

Dijelaskan bahwa pihaknya telah meminta keterangan enam orang saksi dan terus berlanjut pada sejumah saksi berikutnya, selain mengumpulkan bukti-bukti pelanggaran hukum.

Terkait rencana pemanggilan Amit Virmani, Sugianyar menyatakan sebenarnya telah cukup bukti, seperti dokumen film dan dugaan yang bersangkutan melakukan pelanggaran keimigrasian. "Sutradara film `cowboys` itu bisa disalahkan melanggar Undang Undang No.8 tahun 1992 tentang Perfilman, dengan ancaman hukuman satu tahun dan denda Rp40 juta dan hukuman kurungan maksimal satu tahun," katanya.

Mengingat Amit Virmani kini berada di Singapura, maka proses pemanggilannya harus melalui Badan Reserse Kriminal/Interpol Mabes Polri. "Sesuai mekanisme dan aturan yang ada, untuk memanggil orang asing yang berada di luar negeri harus lapor dulu ke Mabes. Kami sudah terus berkoordinasi dengan Mabes Polri," kata Sugianyar.

Namun, upaya mendatangkan Amit Virmani ke Bali, kemungkinan menemui kendala karena Indonesia tidak memiliki perjanjian esktradisi dengan pemerintah Singapura. "Tetapi soal kemungkinan mengalami hambatan itu kita kesampingkan dulu. Kami fokus pada masalah pelanggaran undang-undang perfilman," tandas Sugianyar.

Sutradara Cowboy in Paradise Jadi Tersangka

Jumat, 30 April 2010 19:58 WIB

Denpasar, (tvOne)

Sutradara film Cowboy in Paradise, Amit Vimani, akan ditetapkan menjadi tersangka kasus pembuatan film kontroversi itu. Dia dituduh membuat film tanpa izin dan melakukan penipuan terhadap orang yang difilmkan. Hal ini dilakukan setelah polisi memeriksa enam orang saksi.

"Hasil keterangan para saksi dan alat bukti yang dikumpulkan sudah cukup kuat untuk menyeret sutradara menjadi tersangka," kata Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Kepolisian Daerah Bali Komisaris Gde Sugianyar, Jumat (30/4)

Indikasi penipuan yang dilakukan Amit, kata Gde Sugianyar, terungkap dari hasil pemeriksaan terhadap saksi yang dilakukan sejak 29 April 2010. Kepada polisi, saksi menyatakan diambil gambarnya oleh Amit bukan dalam konteks pembuatan film. Gde Sugianyar menambahkan Amit juga tidak memiliki dokumen resmi untuk melegalkan proses pembuatan film Cowboys in Paradise.

Sementara mengenai kapan Amit mulai diperiksa, polisi akan terlebih dulu menghadirkannya ke Bali. Petugas telah meminta bantuan National Central Bureau Interpol Markas Besar Polri untuk mencari Amit di Singapura. “Soal adanya kendala ekstradisi, kami pikir belakangan. Yang penting kami tetapkan sebagai tersangka dulu,” kata Sugianyar.

Merasa Ditipu Sutradara, Pemeran Cowboy in Paradise Lapor Polisi

Jumat, 30 April 2010 16:26 WIB

Dpkumentasi Film Cowboy in Paradise

Denpasar, (tvOne)

Merasa ditipu oleh sang Sutradara Amit Virmani, para pemuda pantai, yang menjadi pelakon di film kontroversial Cowboy in Paradise, menyatakan akan lapor polisi. Salah satunya Ketut Suardana, warga Ubud, Gianyar. Dia tidak menyangka wawancaranya dijadikan film soal prostitusi pria alias gigolo.

Suardana warga asal Ubud mengaku mengenal Amit dari rekannya, Mark Ulyseas, waktu itu Suardana dimintai wawancara tentang perkembangan HIV/AIDS oleh Amit. "Dia wawancarai saya soal HIV/AIDS tapi kok malah muncul film tentang gigolo," kata Suardana, kepada VIVAnews, Jumat (30/4).

Saat ini, Suardana menjalani pemeriksaan bersama dua rekannya, Bima dan Denis di Mapolda Bali. Lain cerita dengan pengakuan Bima. Oleh Amit, dia diminta berselancar.
"Dia menyuruh saya berselancar, lalu dia mengambil gambar saya. Katanya untuk koleksi pribadi gitu," kata Bima.

Merasa kesal dengan ulah sang sutradara, para pemuda pantai mengancam akan melaporkan balik Amit Vimani ke polisi. "Sementara kita masih menunggu laporan resmi dari mereka," ujar Kabid Humas Polda Bali Gde Sugianyar.

Film dokumenter , yang menuai banyak protes dari masyarakat Kuta, Bali ini bercerita tentang gigolo di pantai Kuta Bali. Masalah merambat ke jalur hukum. Di sisi lain, pelaku yang disebut 'cowboys' dalam film ini membantah disebut sebagai gigolo.

Amit: Film "Cowboy in Paradise" Dokumenter Nyata Pantai Kuta

Kamis, 29 April 2010 12:40 WIB

Denpasar, (tvOne)

Rupanya, sutradara 'Cowboys in Paradise' sejak awal merasakan kontroversi fim yang dibuatnya. Namun, Amit Vimani, sang sutradara asal Singapura, tidak bergeming. Film yang dibuat sejak 2007-2009 ini bercerita tentang gigolo yang menghibur turis-turis di pantai Kuta, Bali. Gigolo yang kemudian disebut cowboys ini melayani seks para turis perempuan.

Film ini kemudian menuai protes dari para pemeran yang ada dalam film itu. Mereka merasa ditipu. Para pemeran mengaku Amit mendokumentasikan kegiatan mereka sebagai anak pantai, bukan gigolo.

Lalu apa kata Amit? "Oh, man. Beberapa orang dalam film ini tidak senang saat trailer keluar. Atau setidaknya, teman dan pacar mereka," kata Amit seperti dikutip dari laman twitchfilm.net edisi Maret lalu.

Tapi, Amit mengatakan tudingan yang dilontarkan kepada dirinya tidak beralasan. Amit mengakui bahwa pemeran itu memang tidak tahu film apa yang dia buat. Namun, sambungnya, film ini cukup membuktikan apa yang para pria itu bicarakan. "Apakah anda melihat orang-orang ini berbicara soal ecotourism atau piranti selancar terbaru dalam film itu?"

Bahkan, salah satu pemeran ditanya apakah mereka cowboys atau tidak. "Bagian ini masuk dalam trailer film," kata dia. Sehingga, dia menilai bantahan dan tudingan yang dialamatkan para pemeran kepada dirinya adalah menyesatkan.

Amit mengaku terluka dan kecewa dengan tudingan para pemeran yang dia sudah kenal selama dua tahun. "Saya sudah anggap mereka sebagai teman. Tapi sekarang mereka menyebut saya pembohong," kata dia.

Amit mengaku tidak mengharapkan sambutan yang wah saat film ini selesai dibuat. Apalagi, beberapa diantara pemeran itu ada beberapa yang memulai hubungan jangka panjang dengan wanita asing. "Tapi, mereka (pemeran gigolo) harus jujur pada teman dan pacar," kata dia sepeti

Gigolo di Kuta Juga Doyan Turis Asing

Rabu, 28 April 2010 11:45 WIB

Bali, (tvOne)

Gigolo yang biasa mangkal di Pantai Kuta tidak hanya melayani tamu asing perempuan saja. Turis laki-laki atau sesama jenis juga menjadi target gigolo di Bali. "Menemani tamu pria juga akan dilakukan jika diminta," kata Jonny Combor (32) --bukan nama sebenarnya. Jony yang mengenal dunia hiburan Bali nyaris terjebak kegiatan tersebut.

Bahkan, ada juga gigolo yang melayani keduanya. "Orang bilang istilahnya ac-dc, perempuan oke, laki-laki juga oke," ujarnya seperti dikutip VIVAnews. Menurut Jony, asalkan pengamatan para gigolo, tamu pria yang akan dikencaninya berduit maka akan 'disikat'. "Bila terlihat memiliki uang banyak (turis pria), mereka (gigolo) akan menjadikan targetnya," tuturnya.

Para gigolo ini juga memiliki tarif sendiri terhadap tamu-tamunya. Pada tahun 1997, gigolo menarik tarif Rp 500 ribu per pelanggan, tahun ini diperkirakan sudah mencapai Rp 1 juta perhari.

Seperti diketahui para gigolo di Kuta Bali juga tidak sedikit ada yang diajak kawin kontrak. Ternyata, itu sudah menjadi kebiasaan sejumlah turis wanita bisa tinggal lebih lama di Bali dengan cara menikahi pria warga Indonesia

Satgas Pantai Kuta Gelar Razia Gigolo

Senin, 26 April 2010 16:40 WIB

Kuta, (tvOne)

Satgas Pantai Kuta melakukan razia gigolo di sepanjang pantai sore ini. Razia digelar untuk memulihkan citra pariwisata Bali, khususnya Pantai Kuta terkait film dokumenter yang berjudul "Cowboys in Paradise" yang beredar di internet.

"Kami tetap atensi mengenai Pantai Kuta, dengan adanya berita miring tentang Kuta, ini sangat mengganggu wisatawan" ujar Kepala Satgas pantai Kuta Gusti Ngurah Trena kepada wartawan, Senin (26/4).

Menurutnya, razia dilakukan terhadap siapa saja yang mencurigakan melakukan kegiatan tersebut, terutama yang sering mangkal di Pantai Kuta. Kami yakin, katanya, "Warga juga tidak setuju jika pantai ini disebut-sebut sebagai surganya para gigolo yang dipakai wisatawan terutama wanita."

Dia melihat keberadaan identitas mereka sudah mengganggu kenyamanan masyarakat setempat dan juga wisatawan. "Ini hanya menguntungkan satu dua orang tapi merugikan banyak orang" katanya.

Selama ini, warga Kuta menganggap yang layak dijual adalah keindahan pantainya, bukan yang lain."Yang Kami jual itu keindahan ombaknya. Masalah 'seks Kuta' itu kita tentang. Kita akan interogasi keberadaan mereka disini, jika memang tidak ada indentitas kita akan serahkan pada pihak berwewenang," tegasnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar