Jumat, 30 April 2010

Bercinta dengan beberapa tante girang part 1-3

Bercinta dengan beberapa tante girang part-1

March 1st, 2009

Cerita dewasa ini tentang kisahku dengan beberapa tante girang yang mengundangku ke acara party ultah salah satu tante girang, aku sudah menduganya bahwa aku di undang kesana bukan cuma sebagai undangan biasa namun juga sebagai pemuas nafsu mereka, simak cerita dewasa aku berikut ini.

Suatu sore aku iseng kirim SMS ke ponsel Tante Rissa. Sekedar say hello aja sih, soalnya udah lama juga aku nggak ketemu dia. Isinya singkat, “SORE TANTE, PA KBR NICH?”. Tanpa kuduga Tante Rissa langsung menelpon balik.
“Halo..”, sapaku.
“Hai.. bikin kaget aja, kirain siapa?” sahut Tante Rissa di seberang sana.
Terdengar ribut sekali, mungkin wanita itu sedang berada di tempat ramai.
“Hahaha.. kirain udah lupa sama aku Tante..”, balasku.
“Nggak dong sayang, eh kamu lagi ngapain nih?” tanya Tante Rissa.
“Yah.. lagi nunggu waktu pulang aja Tante.” jawabku.
“Abis itu mau kemana?” tanya Tante Rissa lagi.
“Ya pulang ke rumah..”, jawabku.
Tante Rissa tidak langsung menjawab. Terdengar suara-suara ribut di belakangnya dan terdengar suara Tante Rissa yang meladeni mereka.
“Kalo gitu jalan sama aku aja yuk..”, ajak Tante Rissa.
“Ngg.. lain kali deh Tante, kan bukan weekend..”, tolakku agak halus.
Aku tau betul kalau Tante Rissa ngajak jalan pasti ujung-ujungnya nginep. Entah di rumah, di villa atau di hotel.
“Aduh Yo.. sekali ini deh, kita lagi ada acara nih..”, bujuk Tante Rissa.
Aku masih berusaha menolaknya secara halus. Tante Rissa bilang bahwa ada salah seorang temannya yang ulang tahun, dan wanita itu ingin kenal dengan aku. Singkat cerita dengan setengah terpaksa aku mengiyakan ajakan Tante Rissa.

Pada saat Tante Rissa telepon sore tadi, ternyata dia dan beberapa temannya sedang belanja di Plaza Senayan, dari situ mereka berencana ke tempat karaoke di daerah Pluit. Tante Rissa memintaku menunggu di Atrium Senen untuk kemudian wanita itu menjemputku dan langsung ke Pluit. Jam tujuh kurang lima belas aku tiba di Atrium Senen. Aku segera mengontak Tante Rissa. Wanita itu ternyata sedang dalam perjalanan dan sudah sampai daerah Salemba. Kurang lebih lima belas menit kemudian ponselku berbunyi dan Tante Rissa memintaku untuk menunggu di lobi agar dia tidak perlu parkir.

Aku bergegas keluar menuju lobi, dan sampai di lobi aku melihat Tante Rissa melambai ke arahku dari dalam Peugeot 207. Aku segera menghampiri dan masuk ke belakang. Di dalam mobil ada dua wanita lain selain Tante Rissa.
“Hai.. udah lama Yo?” tanya Tante Rissa.
“Lumayan Tante, dua hari..”, kelakarku.
Ketiga wanita itu tertawa renyah.
“Dasar deh.. oya, kenalin ini teman-temenku, yang ini namanya Shinta dan yang ini Lisbeth..”, Tante Rissa mengenalkanku pada kedua wanita yang masih asing denganku itu.

Di dalam perjalanan kedua wanita itu cepat akrab denganku. Rupanya Tante Rissa sudah banyak cerita tentang aku. Dan mereka pun tak segan-segan bercerita tentang kehidupannya. Tante Shinta yang duduk di sebelahku berusia 35 tahun. Dari wajahnya terlihat kalau ada sedikit darah timur tengah di tubuhnya. Dan ternyata betul, wanita ini memiliki darah Pakistan. Kulitnya yang putih kemerahan saat itu terbalut baju terusan tanpa lengan yang panjangnya sampai menutupi setengah pahanya yang mulus. Buah dadanya tidak terlalu besar, namun pas dengan proporsi tubuhnya yang langsing berisi. Rambut hitamnya yang dipotong pendek memperlihatkan tengkuknya yang putih.

Tante Lisbeth yang berada di belakang kemudi adalah seorang wanita keturunan Chinese seusia Tante Rissa. Wajahnya sangat oriental ditambah kulitnya yang putih susu betul-betul memberi daya tarik sendiri di usianya yang sudah tidak muda lagi. Rambut ikalnya yang dicat coklat muda dibiarkan tergerai setali bra. Payudaranya yang mungkin berukuran 36 C tampak menonjol dengan tubuh rampingnya.

Butuh lebih dari setengah jam untuk sampai ke Pluit karena macet. Setelah memarkir mobil Tante Lisbeth menelpon seseorang. Aku tidak tau apa yang dibicarakan, tapi kelihatannya sekedar konfirmasi bahwa kami sudah ada di tempat. Kemudian kami berempat langsung menuju tempat karaoke yang dimaksud. Aku belum pernah ke tempat ini. Kadang memang aku suka ke karaoke, namun tempat karaoke yang satu ini kayaknya lebih privat. Begitu masuk lobi, Tante Rissa dkk langsung disambut dengan baik oleh resepsionisnya. Kelihatannya Tante Rissa dkk sudah sering ke tempat ini.

“Irene udah dateng belum?” tanya Tante Rissa pada resepsionis itu.
“Udah, katanya udah ditunggu dari tadi.” jawab si resepsionis.
Kemudian kami berempat langsung menuju ruangan yang ditunjuk si resepsionis.
“Haaii.. happy birthday..”.
Ketiga wanita tersebut berteriak-teriak ribut begitu memasuki ruangan karaoke. Di dalam ada seorang wanita yang disebut-sebut Irene tadi. Wanita itu tampak ceria sekali menyambut kedatangan teman-temannya. Usianya mungkin sebaya Tante Rissa. Tubuhnya tinggi semampai dengan kulit yang putih mulus. Wajahnya imut sekali untuk ukuran Ibu-Ibu seusianya. Rambut coklatnya yang dipotong pendek sebahu disisir rapi ke belakang. Baju terusan warna perak yang dikenakannya semakin membuat wanita itu terlihat elegan.

“Rio, kenalin nih.. yang punya acara.” seru Tante Rissa kepadaku.
Aku tersenyum menghampiri Tante Irene yang duduk di sofa. Wanita itu tersenyum manis sekali. Aku menyalami tangannya yang halus dan lembut.
“Oo.. ini yang namanya Rio..”, serunya.
Aku tersenyum.
“Iya, kan tadi katanya Tante pengen aku dateng..”, aku sedikit menggodanya.
Tidak kusangka wajah Tante Irene bersemu merah. Ketiga temannya tertawa menggoda wanita itu. Suasana pun tiba-tiba menjadi cair dan akrab sekali. Tante Rissa, Tante Shinta dan Tante Lisbeth tak henti-hentinya menggoda Tante Irene, seperti anak ABG yang main jodoh-jodohan.
Suasana tiba-tiba “dirusak” oleh pintu ruangan yang tiba-tiba terbuka.
“Hai.. hai.. hai.. sori ya kelamaan tadi aku.. ups..”, tiba-tiba masuk seorang wanita yang juga sebaya mereka sambil menjinjing dua kardus berukuran sedang, sambil berteriak-teriak.
Namun teriakannya berhenti begitu melihat ada aku. Mungkin dia pikir siapa orang asing ini.
“Makanya kalo masuk ketok dulu dong..”, seru Tante Lisbeth sambil tertawa.
Wanita yang baru masuk itu masih tampak kebingungan.
“Ini lho Rio yang tadi kita bilang bakal ikutan party bareng kita. Kan kamu sendiri yang bilang nggak seru kalo full ladies party”, Tante Rissa mencoba menjelaskan.
Wanita itu tiba-tiba tersenyum seraya menghampiriku, dan mengulurkan tangannya.
“Bilang dong dari tadi.. bikin aku kaget aja, kirain mata-matanya si gendut..”, keempat wanita itu terbahak-bahak mendengar jawaban si wanita yang baru masuk.

Ternyata yang dimaksud si gendut adalah suaminya. Wanita itu menyalamiku dengan ramah. Namanya Yola. Tante Yola satu-satunya yang berbeda di antara wanita-wanita yang ada di situ. Tingginya sekitar 168 dengan berat yang proporsional. Rambutnya hitam legam panjang terurai hampir sepinggang dengan potongan lancip dan ngetrap. Yang paling membedakan adalah warna kulitnya yang hitam seperti orang-orang Afrika. Dan meskipun make up yang dikenakannya agak aneh menurutku (bayangkan saja dengan kulit yang hitam legam dia pakai lipstik warna hitam), namun terlihat pantas dan cantik.

Acara pun dimulai. Ruangan itu jauh lebih besar dibandinga ruangan-ruangan karaoke yang pernah aku datangi. Mungkin besarnya sebesar kamar hotel ukuran family room. Sebuah wide screen 50 inci terpampang di salah satu sudut. Di seberangnya ada sebuah sofa besar berbentuk setengah lingkaran tempat dimana kami duduk. Di tengah sofa ada meja yang cukup besar dengan beberapa katalog lagu dan mikrofon di atasnya.

Acara dimulai dengan memilih lagu Happy Birthday pada mesin pemilih lagu. Tante Yola membuka kardus yang tadi dibawanya. Ternyata isinya kue ulang tahun berukuran mini. Tante Rissa dan Tante Shinta membantu memasang lilin di atasnya. Sedang Tante Lisbeth menyiapkan pemantik api untuk menyalakan lilin tersebut. Tante Yola juga mengeluarkan beberapa botol minuman yang dibawanya. Aku tidak tau itu minuman apa tapi sepertinya yang jelas minuman beralkohol.

Keempat wanita tersebut dan aku mulai menyanyikan lagu Happy Birthday mengikuti lagu yang dimainkan di layar wide screen. Meski cuma berenam namun terasa meriah dan aku bisa merasakan kebersamaan mereka sebagai sahabat Tante Irene. Tante Irene yang berulang tahun terlihat tersenyum bahagia. Dan ketika lagu selesai wanita itu tak bisa menyembunyikan rasa harunya. Matanya terlihat menggenang dan beberapa tetes air mulai turun dari ujung matanya.

“Aduuhh.. thanx banget ya.. Kamu semua tuh emang teman-teman aku yang paling top deh..”, Tante Irene memeluk dan mencium pipi mereka satu persatu. Begitu juga dengan aku.
“Thanx ya Yo, meskipun belum kenal kamu mau dateng ke sini.. mmuaachh..”, Tante Irene mencium pipiku. Aku balas mencium pipinya seperti dilakukan keempat sahabatnya.
“Sama-sama Tante, aku juga seneng bisa punya teman baru..”, jawabku.
“Ayo dong, sekarang tiup lilinnya..”, seru Tante Shinta seperti nggak sabar.
Tante Irene tersenyum. Kemudian wanita cantik itu meniup lilin berjumlah 36 buah yang tertancap di atas kue. Kami yang lain pun bertepuk tangan.

Acara berikutnya makan kue ulang tahun sambil berkaraoke. Masing-masing menyumbang satu lagu untuk Tante Irene. Secara bergiliran kami bernyanyi. Kadang kala berduet. Sementara yang tidak bernyanyi asyik menikmati kue ulang tahun dan minuman. Ternyata betul yang dibawa Tante Yola tadi minuman beralkohol. Aku nggak tau jenis-jenisnya karena aku memang tidak suka minum. Tante Irene rupanya memperhatikan hal itu.
“Rio kok kamu nggak minum-minum sih dari tadi?” tanyanya seraya merangkul pundakku. Aku tersenyum.
“Nggak Tante, aku nggak suka minum..”, jawabku. Tante Irene menunjukkan wajah cemberut yang dibuat manja.
“Kenapa? Gitu ya sama aku..”, rajuknya. Aku tertawa.
“Aduh sori Tante, bukannya aku nggak hargain Tante, tapi emang nggak doyan..”, jawabku lagi.
“Uuhh.. dasar, ya udah kamu pesen minuman lain gih di luar, tapi ada hukumannya lho.” ujar Tante Irene sambil bergelayut di bahuku.
“Hukumannya apa Tante?” tanyaku penasaran.
“Kamu nyanyi bareng aku ya..”, pintanya.
Aku tersenyum sambil mengiyakan. Yang lain pun setuju. Kami pun nyanyi bareng.

Jam sudah menunjukkan jam sembilan lewat. Suasana mulai tidak terkontrol. Kelima wanita yang mulai mabuk itu mulai bernyanyi-nyanyi dengan ngaco. Aku sendiri heran melihat mereka yang sejak tadi minum alkohol seperti minum air mineral saja. Entah sudah berapa botol yang dihabiskan. Suara mereka yang tadinya cukup bagus mulai fals dan liriknya pun ngelantur. Yang ada hanya suara tawa dan teriak-teriakan.

Lebih parah lagi mereka mulai memilih lagu-lagu dari katalog berlabel “Adult”. Dan aku baru tahu bahwa di katalog itu semua lagu ditampilkan dengan videoklip yang full pornografi. Mulai dari tarian-tarian telanjang sampai adegan persetubuhan. Kebanyakan isinya memang lagu-lagu disco. Dan kelima wanita itu mulai kehilangan rasa sungkannya, termasuk Tante Irene yang awalnya terlihat malu-malu. Dengan cueknya mereka bernyanyi sambil berdiri dan menggoyang-goyangkan tubuhnya. Tak jarang mereka sampai naik ke atas meja sambil menari-nari erotis. Kadang mereka pun menggodaku dengan memperlihatkan sebagian sex appealnya. Birahiku pun mulai naik. Namun aku masih belum berani berbuat apa-apa. Aku masih berpikir bahwa ini hanyalah pesta ulang tahun.

Dugaanku benar. Kegilaan itu berakhir dengan cukup wajar. Mereka mulai capek, atau lebih tepatnya bosan. tak terasa sudah hampir jam sebelas. Aku melihat mereka berkemas-kemas. Huh.. akhirnya aku bisa pulang. Bukannya aku tidak menikmati acara mereka, tapi masalahnya besok adalah hari kerja. Nggak lucu kan kalau sampai ngantuk di kantor. Namun dugaanku meleset. Dari tempat karaoke acara berlanjut di rumah Tante Irene. Aku setengah mati mencari alasan untuk menolak, namun bujukan dan rayuan kelima wanita itu membuatku tak kuasa menolaknya. Singkat cerita aku pun “terjebak”, dalam Peugeot 207 Tante Lisbeth menuju rumah Tante Irene di daerah Muara Karang. Aku nggak tau acara apa lagi yang akan digelar. Paling aku bengong melihat mereka mabuk lagi.

Sampai di rumah Tante Irene, kami langsung diajak ke living room yang cukup besar. Di living room itu ada satu set home theater yang di temani bantal-bantal berukuran besar. Kelima wanita yang sudah setengah mabuk itu dengan enaknya duduk dan tiduran di living room itu.
“Ren, masih pengen goyang nih..”, seru Tante Yola.
“Sabar dong Bu, ini juga lagi disiapin..”, jawab Tante Irene sambil mempersiapkan sesuatu dengan DVD-nya.
Dan lagi-lagi sajian yang tadi kulihat di tempat karaoke terulang lagi. Rentetan videoklip dengan aneka adegan seks diiringi musik-musik disco yang menghentak. Bagai kena sihir kelima wanita yang sudah setengah mabuk dan kupikir sudah kehabisan tenaga itu kembali “on”, dan asyik bergoyang erotis tak karuan.

Setelah puas bergoyang, mereka kembali tergeletak di lantai berlapis karpet tebal itu. Tiba-tiba Tante Irene bergegas ke arah dapur. Tak lama kemudian wanita itu kembali ke living room, lagi-lagi dengan botol-botol minuman beralkohol. Keempat sahabatnya dengan buas langsung menyambar botol-botol minuman itu seperti serigala kelaparan. Lagi-lagi aku geleng-geleng melihat mereka yang minum air-air api itu seperti minum air putih saja. Lama-lama aku bete juga meski pada awalnya aku senang karena bisa menikmati tarian erotis mereka.

“Hello ladies.. mau ngapain lagi nih, aku bosen..”, seruku tiba-tiba.
“Iya nih.. ngapain ya yang asyik..”, timpal Tante Lisbeth.
“Aha.. gue tau, main truth or dare aja yuk..”, usul Tante Yola.
Keempat wanita yang lain langsung bersorak ribut tanda setuju. Jantungku tiba-tiba berdebar. Aku belum pernah main truth or dare sebelumnya.
“Oke.. oke.. bentar ya..”, seru Tante Irene sambil berjalan ke arah kamarnya.
Tak lama wanita cantik itu keluar dengan membawa satu Pak kartu remi. Dengan jujur aku bilang pada mereka bahwa aku belum pernah main truth or dare. Mereka tertawa terbahak-bahak seolah mencibir aku.
“Sini Yo, aku ajarin..”, kata Tante Yola.

Penjaga toko muda yang haus sex

February 27th, 2009

Cerita dewasa ini tentang kisahku dengan salah satu penjaga toko di mangga dua, dimana cowok ini sangat menaruh perhatian terhadapku namun aku rasa cowok ini memiliki keinginan lain yaitu ingin memiliki tubuhku, berikut cerita selengkapnya.

Menjelang tahun baru 2008 aku dapat pesanan banyak barang. Dari pakaian sampai ke alat dapur. Aku ingin ‘One Stop Shopping’, sekali jalan segalanya kudapat. Dan itu hanya bisa kalau aku belanja ke Mangga Dua.

Sesudah hampir seharian aku belanja ini itu sesuai permintaan pelangganku aku perlu istirahat untuk minum dan sedikit makanan kecil. Aku mampir di sebuah warung yang ada di setiap pengkolan gang diantar kios-kios Pasar Mangga Dua itu. Aku mencari tempat duduk yang adem sambil menunggu pesanan juice buah segar dan semangkok siomay.

Barang-barang yang aku belanja telah diurus untuk dipak dan dikirim ke rumah oleh orang di Mangga Dua yang memang biasa memberikan pelayanan jasa untuk keperluan itu. Tiba-tiba ada orang cina muda, belum 26 tahunan, menegur aku..

“Sudah belanjanya, Bu? Ini punya ibu ya?”, dia bawa HP-ku.

Aku baru sadar bahwa barang itu lepas dari tanganku. Wah.. Untung aku ketemu orang yang jujur.

“Tadi waktu ibu belanja di toko saya, ini ibu taruh di dekat kasir, terus ibu tinggal. Saya nyusul ibu sudah hilang. Eehh.. Tau-tau ketemu di sini. Kebetulan saya juga mau makan siang”, dia memberikan keterangan padaku dengan sangat ramah.

Aku suka bisa kenalan dengan dia. Ternyata dia penjaga toko di tempat aku belanja perabot dapur tadi. Namun di samping keramahannya aku melihat bagaimana matanya nampak seakan menelanjangi tubuhku. Dasar mata lelaki. Nggak Jawa, nggak China, nggak Arab sama saja. Mata macam itu adalah mata lelaki haus. Mata yang minta dipuaskan hasrat syahwatnya. Aku sendiri memang sepenuhnya menyadari bahwa banyak lelaki yang sering melototkan matanya melihati tubuhku. Dengan usiaku yang telah menginjak 28 tahun teman-temanku bilang aku memilik ’sex appeal’ atau pesona seks yang sangat kuat. Jadi aku tak begitu heran akan tingkah laku penjaga toko penjual alat dapur ini.

Namun sepertinya aku berhutang budi karena dia telah mengembalikan HP-ku hingga aku menghadapinya dengan ramah. Bahkan aku juga melemparkan kelakar untuk menyenangkan hatinya..

“Engkoh masih muda sudah jadi penjaga toko, nih. Dimana saja tokonya koh? Disamping perabot dapur ada jual lainnya apa koh?”,

Wah.. Dia bangga dengan macam-macam pertanyaanku ini.

“Saya ada 11 toko yang menjual macam-macam. Memang begitulah orang China kalau dagang. Apa yang sedang rame. Disini ada 3 toko. Di blok seberang ada 1 toko. Lainnya ada di Blok M, Kelapa Gading Plasa, Pondok Indah Plasa dan Taman Anggrek”,
“Wah.. Kaya raya dong koh. Nggak ngira ini. Masih muda, kaya raya”, meluncur kekagumanku yang sekaligus pujian bagi penjaga toko muda ini. Nampak dia semakin bangga.
“Boleh dong kapan-kapan aku mampir ke toko-toko lainnya”.
“Boleh, boleh Bu. Sekarang kalau ibu mau, kebetulan saya memang harus ke Kelapa Gading untuk ngeliat omzetnya. Mau?”, dia begitu serius menanggapi omonganku.

Namun naluriku juga mengisyaratkan hal yang lain. Matanya yang terus menerus menguliti bagian-bagian tubuhku semakin berani dan tidak malu-malu. Bahkan saat matanya tertumbuk dengan mataku dia memandang ke dalam mataku dengan tajam,

“Ayo, Bu. Sambil lihat-lihat keramaian. Nanti saya ajak ibu makan. Ada American Steak yang enak banget di Kelapa Gading”, dia semakin membujuk aku.

Dan aku sepertinya menikmati permainan ini. Keluar sifat isengku. Aku bersikap seolah mau dan tidak mau yang membuat penjaga toko muda ini semakin penasaran. Kini aku mainkan jurus ber-gaya-ku. Dengan pura-pura membetulkan tatanan rambutku tanganku mengelusi kepalaku. Dengan cara itu aku menunjukkan ketiakku yang indah dan bersih menebarkan wewangian yang merangsang siapapun yang mengendusnya. China itu nampak mengenduskan hidungnya sambil menelan air liurnya. Dia seakan sedang melumatkan bibirnya ke lembah ketiakku ini. Nampaknya dia semakin tidak sabar. Taoke muda itu bangun dari kursinya untuk meninggalkan aku namun kutangkap tangannya,

“Terima kasih HP-nya koh”, lantas kulepaskan peganganku dan membiarkan dia pergi. Tetapi dia tak juga bergegas pergi,
“Sayang ibu tak mau melihat tokoku. Tetapi saya suka telah ketemu ibu yang cantik. Sesungguhnya saya pengin sedikit bersenang-senang”, dia mengucapkan kata terakhir yang bagiku penuh arti. Kembali kutangkap tangannya,
“Apa maksud koh, eehh.. Pengin bersenang-senang..?”, tanyaku tajam.
“Saya naksir ibu. Dan kalau ibu suka saya pengin ngajak ibu tidur”.

Hebat penjaga toko ini. Dia mengucapkan kata-kata yang bisa dianggap kurang ajar pada aku seorang perempuan dengan penuh percaya diri. Dan dia tidak berkedip memandangi aku. Dia menunggu apa reaksiku.

Ternyata yang semula aku merasa bisa ngatur dia kini terbalik. Ucapannya yang penuh percaya diri serta pandangannya yang tajam tanpa kedip itu sungguh membuat aku bertekuk lutut. Aku mendambakan lelaki jantan macam ini. Adakah aku sedang berhadapan dengan ‘Jackie Chan’? Edan.. Dan aku masih berusaha tidak kehilangan seluruh mukaku. Aku tidak mau jadi pecundang. Aku bangkit dan meraih lengannya dengan sepenuhnya menyadari bahwa aku sedang digandeng penjaga toko muda yang haus untuk melahap tubuhku.

Begitu naik ke mobilnya yang bukan main karena merknya ‘Jaguar’, dia tidak lagi membicarakan toko-tokonya. Sambil tangannya langsung mengelusi payu daraku kemudian menyusup ke BH-ku dia menawarkan padaku, mau tidur di mana? Di Hilton, Mandarin atau Grand Hyatt? Aku serahkan padanya. Dengan HP-nya dia minta FO Grand Hyatt menyediakan Suite Room di lantai 8 yang menghadap ke Patung Selamat Datang di bundaran HI yang terkenal itu.

Sepanjang perjalanan yang memakan waktu hamper 1 jam karena kemacetan Jakarta tangannya telah merabai seluruh bagian-bagian peka di tubuhku. Aku menggelinjang hebat. Aku pernah selingkuh beberapa tahun yang lalu. Tetapi selingkuh yang ini sungguh sangat sensasional bagiku. Saat turun dari mobil, aku sudah tidak memakai BH dan celana dalam lagi. Tangan-tangan penjaga toko muda ini dengan lincah telah melepasinya di sepanjang jalan Thamrin tadi. BH dan celana dalamku kini terserak di lantai Jaguarnya. Kami langsung menuju lift yang mengantar kami ke Suite 816 Grand Hayyat Hotel, Thamrin, Jakarta.

Aku menikmati bagaimana China kaya ini mengolah tubuhku. Sesaat sesudah mengunci kamar dia hempaskan aku ke ranjang dan dia bekerja. Disibakkannya gaunku. Kepalanya nyosor mendorong wajahnya tenggelam ke selangkanganku. Aku menggelinjang hebat saat lidah dan bibirnya melumati lembah selangkanganku.

Dia raih tungkai kakiku ke pundaknya. Tangannya erat-erat memeluki pinggulku. Bibirnya menyedoti memekku. Dia mengisep-isep cairan birahiku yang mengalir deras. Aku bukan lagi menggelinjang. Aku berontak karena tak tahan menanggung kegelian birahi yang sangat dahsyat. Suamiku tak pernah berbuat begini.

Dengan sekali sentak akhirnya rok & blusku lepas dari tubuhku. Kini dia yang masih lengkap berpakaian melihati aku yang telanjang bulat. Seperti beruang kutub yang menyaksikan korbannya, anjing laut yang manis yang tak berkutik menunggu dilahap pemangsanya. Aku melenguh dan mengeluh karena nikmat yang melandaku. Aku menanti jamahan kejam erotisnya.

Kembali China muda ini menyeret kakiku dan membiarkan setengahnya terjuntai ke karpet mewah Suite Room ini. Saraf-saraf pekaku tergetar saat nafasnya kurasakan mengendusi pahaku. Dia nampaknya ingin memandikan aku dengan lidah dan ludahnya. Dia mengungkapkan kehausan libidonya. Dia mulai melahap tubuhku.

Untuk kepuasannya penjaga toko muda ini menunjukkan egonya. Dia tidak penuhi rintihanku untuk meremasi kontolnya. Dia tetap mempertahankan kelengkapan pakaiannya. Apakah dia menunggu aku menangis dan bersembah memohonnya? Ternyata aku memang harus bersabar.

penjaga toko muda ini benar-benar memandikan aku dengan ludah dan lidahnya. Tubuhku dibolak-balik, diputar, dijungkirkan, telentang, jongkok hingga nungging untuk melatakan bibir dan lidahnya. Akibatnya luar biasa. Aku bisa tergiring dan meraih beberapa kali orgasme tanpa dia telanjang dan ngentot memekku. Sungguh luar biasa karena seingatku 5 tahun terakhir aku hanya bisa meraih beberapa kali orgasme saat tidur dengan suamiku. Itupun aku yang berusaha keras dengan mengkhayal seakan aku sedang dientot serombongan Satpam Mangga Dua tempat dimana aku sering datang dan belanja.

Sesudah diseling istirahat untuk makan sore, dengan tetap membiarkan aku telanjang penjaga toko muda itu kembali melahapi tubuhku. Kali ini dia melepaskan pakaiannya sendiri hingga telanjang bulat pula. Dan aku sungguh terkejut namun sekaligus terpesona saat melihati kontolnya. Langsung kuraih dan kugenggam kontol itu.

Taoke muda yang aku pikir sosoknya biasa-biasa saja ini ternyata menyimpan kontol yang nggak disunat, gede dan panjang. Kontol itu sudah ngaceng tetapi kulupnya tetap membungkus setengah bonggol kepalanya. Warnanya bening sebening kulitnya. Dan sungguh nikmat menggengam kontolnya itu. Rasanya kontol suamiku tak sampai separuhnya.

“Kamu isepi dulu Bu biar lebih gede dan keras. Biar enak kalau masuk ke memekmu nanti”, katany dengan nada memerintah.

Sementara kontol itu telah didorong dan disentuh-sentuhkan ke mulutku. Sungguh mati, 5 tahun sudah perkawinanku namun aku tak pernah sekalipun ngisep kontol suami. Rasanya jijik aku. Suamiku juga nggak tega berbuat begitu padaku. Namun China muda ini..

“Ayoo Bu.. Isep.. Enak nih.. Ayoo”, nampaknya dia nggak suka aku menolak kemauannya.

Aku agak gugup dan rasanya sudah mau muntah. Namun tangan penjaga toko ini meraih kepalaku dan menariknya untuk menerima tonjokan kontolnya di mulutku. Aku terpana dan..

“Aaarrcchh.. Jj.. Jangaann.. Hheehh.. Tidaakk mmbbllpp.. Mmbllpp.. Hhllmm..”.

Akhirnya ujung kontolnya berhasil menguak celah bibirku. Terbersit rasa asin-asin dicelah bau bawang putih dari selangkangan China ini. Aku tak lagi mampu mengelak. Dengan pasti kontol itu masuk ke mulutku. Didiamkannya sesaat sementara tangan kiri penjaga toko tetap menjambak rambutku untuk menahan kepalaku dan tangan kanannya merangsek memilin-milin puting susuku. Jangan tanya rasa yang melandaku.

Ada pedih, ada sakit, ada nikmat. Semua tercampur menjadi satu. Aku hanya mengeluarkan desah dan hhllppmm.. Sementara menunggu cina muda itu memompakan kontolnya dan ngentot mulutku.

Benar juga yang dia bilang. Sesaat setelah mulai memompa mulutku kontolnya terasa makin gede, makin gede, gede dan uuhh.. Keras banget. Dan tanpa kira-kira dia memompa mulutku dengan sepenuh semangatnya. Kerongkonganku tersedak. Nyaris aku tak bisa bernafas. Dengan sepenuh tenagaku tanganku menahannya dan menolak hingga kontol itu lepas dari mulutku.

“Udahh.. Mulutku tersedak..”.

Dengan cepat dia mengalihkan sasarannya. Kembali aku diseretnya ke tepian ranjang. Tungkai kakiku dia panggul sementara kontolnya diarahkan dengan tepat ke lubang memekku yang memang telah dilanda kegatalan birahi yang sangat.

Sesaat setelah kepalanya dikocok-kocokkan di gerbang vaginaku yang telah basah dan becek oleh cairan birahiku, kontol gede dan panjang milik China muda itu amblas menembus memekku.

Adduuhh.. Sepertinya kehausan dan dahaga syahwatku mendapatkan penyembuhan. Bibir dan dinding vaginaku mencengkeram keras batangan yang menghunjam-hunjam itu. Rasa gatal dan legit menjadikan sensasi nikmat yang tak terpana. Taoke muda merundukkan kepalanya untuk melumati puting susuku. Rasa lumatannya membuat aku menggelinjang hebat. Tanganku mencabik-cabik rambutnya untuk menahan kegatalan yang melandaku dengan dahsyat. Aku meraung histeris. Pantat dan pinggulku berkejat-kejat menjemputi kontol gede dan legit itu. Keringatku mengucur dersa dalam dinginnya Suite Room Grand Hyatt.

Akhirnya aku merasakan kehanyutan sanubari saat bibir cina muda ini nyosor menyedoti bibirku. Ludahku dan ludahnya saling berganti. Rasa dahaga syahwatku tersalurkan oleh aliran ludahnya yang berpindah ke mulutku. Genjotan legit kontol penjaga toko ke lubang memekku yang semakin mencepat membuat lumatan kami semakin intens. Dan ketika tiba-tiba cina muda ini menarik bibirnya lepas dari bibirku, aku berteriak kecewa..

“Jangann.. Tolong.. Aku haauuss..”

Namun cina itu bukan kembali memagut aku. Dia hanya meludahi mulutku. Terus meludah dan meludah.. Dan aku yang didorong begitu dahaga terus menganga menerima limpahan ludahnya.. Genjotan legit kontolnya tak lagi terkendali. Dinding memekku terus mencengkeram dan meremas-remas batangan yang keluar masuk itu. penjaga toko muda ini nampak sedang menjemput puncak nikmatnya.

Aku rasakan kedua tangannya semakin memeluk erat tubuhku. Dan aku terbawa arus birahi mencengkeramkan cakarku kedaging punggungnya. Dan sampailah.. Kedutan besar aku rasakan dalam lubang vaginaku. Semburan panas sperma penjaga toko muda ini tumpah ruah membanjir di lubang memekku. Aku pasrah menyerah dalam nikmat entotan cina muda ini. Pantatku mengejat-ejat mendorong vaginaku meremasi batangan kontol si penjaga toko. Bibirku cepat menyedot ludah dari bibirnya.

Dalam hujan keringat dari dua tubuh telanjang kami ini, kami diam untuk beberapa saat. Sesekali masih terasa berkedut kontol penjaga toko ataupun remasan dinding memekku.

Tepat jam 5 sore aku keluar Suite Room 816 Grand Hyatt. penjaga toko muda ingin sendirian di kamarnya. Padaku dia serahkan amplop berisi uang,

“Nih, Bu, untuk naik taksi pulang. Aku nggak bisa nganter ibu ya. Terima kasih Bu”.

Aku terima amplopnya tanpa membukanya. Aku merasakan aneh .. Kok hanya begitu sudahannya. Sepertinya aku ditendang keluar kamarnya.

Di lorong menuju lift aku membuka amplopnya. Kudapatkan uang Rp 300 ribu dan 5 lembar voucher belanja di Carrefour masing-masing senilai Rp 500 ribu. Aku mesti bagaimana? Khan memang tak ada ‘commitment’ apa-apa sebelumnya. Dan aku memang bukan pelacur khan?

Bercinta dengan beberapa tante girang part-2

March 1st, 2009

Cerita dewasa ini kelanjutan dari cerita Bercinta dengan beberapa tante girang part-1 sebelumnya dimana kejadian ini berlanjut dari permainan truth and dare menjadi ajang orgy, dimana tante girang ini mengajak aku party sex dengan mereka di dalam kamar, uhh sangat membuatku horny sekali, simak kisah kelanjutanku di bawah ini.

Tante Yola pun menjelaskan. Ternyata seperti permainan lucky draw. Dalam satu Pak kartu itu ada 2 joker. Joker hitam putih berarti kartu “truth”, dan joker berwarna berarti kartu “dare”. Kartu-kartu itu dibagikan ke semua pemain dengan jumlah tertentu. Jika ada pemain yang mendapatkan kartu “truth”, maka dia harus menceritakan salah satu pengalaman seksnya dengan detil. Dan jika si pemain mendapat kartu “dare”, maka dia harus bersedia melepas salah satu atribut yang melekat di tubuhnya, bisa pakaian atau aksesoris. Itu permainan truth or dare versi Tante Yola. Aku tidak tau apakah sama dengan permainan truth or dare pada umumnya.

Permainan pun dimulai. Kami berenam duduk membentuk lingkaran. Kelima wanita itu ditemani botol-botol minumannya, hanya aku saja yang ditemani segelas orange juice. Tante Yola yang pertama kali mengocok kartu membagikan kepada kami. Aku melihat kartu-kartu yang dibagikan kepadaku. Jantungku semakin berdebar. Kami semua mengangkat kartu dan memeriksanya. Semuanya senyum-senyum sendiri.
“Oke, buka!” seru Tante Yola.
Kami pun langsung meletakkan kartu di atas lantai dalam keadaan terbuka. Tante Yola memeriksa kartu-kartu kami. Ternyata tidak ada satupun yang mendapat kartu “truth”, atau kartu “dare”. Permainan diulang lagi. Kartu dikocok dan dibagikan.
“Oh.. shit..!” tiba-tiba Tante Shinta berteriak. Kami pun mulai tertawa-tawa.
“Oke buka!” seru Tante Yola lagi.

Dan betul, Tante Shinta kebagian mendapat kartu “dare”. Artinya wanita itu harus melepas salah satu atribut yang melekat di tubuhnya. Dan karena satu-satunya pakaian luar yang dikenakan adalah gaun terusan, aku pikir wanita itu akan melepas gaunnya atau perhiasan yang melingkari bagian-bagian tubuhnya. Namun dalam keadaan mabuk rasanya mustahil kalau Tante Shinta hanya berani melepas perhiasannya.

Dugaanku meleset! Tante Shinta tidak melepas gaun terusannya, dan tidak juga perhiasannya. Lebih gila dari yang kuduga, wanita itu langsung melepas celana dalamnya yang dapat dicopotnya dengan mudah dari bawah terusannya.
“Woowww..”, keempat wanita yang lain bersorak dan bertepuk tangan.
Aku pun ikut bertepuk tangan. Permainan pun berlanjut. Karena memegang kartu “dare”, otomatis Tante Shinta juga yang mengocok kartunya. Putaran kedua, Tante Yola mendapat kartu “truth”, dan Tante Irene mendapat kartu “dare”. Tante Yola pun bercerita tentang perselingkuhannya dengan salah seorang eksekutif muda yang dikenalnya di kafe. Ternyata Tante Yola pandai sekali bercerita dengan detil. Kami sampai horny mendengarnya. Setelah selesai bercerita, giliran Tante Irene yang harus melepas atributnya. Wanita itu melepas stocking semi transparan yang sejak tadi membungkus kakinya. Gila, ternyata kakinya lebih putih dari yang kulihat. Aku tak menyangka kalau tadi Tante Irene mengenakan stocking, karena kulihat paha Tante Irene sudah putih.

Putaran berikut hanya keluar kartu “truth”. Tante Rissa yang mendapat kartu tersebut malah bercerita saat berselingkuh dengan aku. Lucu sekali, keempat sahabatnya mendengar cerita Tante Rissa sambil sesekali senyum-senyum dan melirik ke arahku. Berikutnya aku mendapat kartu “dare”, dan Tante Shinta mendapat kartu “truth”. Tante Shinta pun bercerita tentang pengalaman selingkuhnya dengan kakak iparnya yang masih keturunan Pakistan asli. Selesai tante Shinta bercerita, aku pun tanpa beban melepas kemeja yang melekat di tubuhku diiringi sorakan kelima wanita itu. Selanjutnya Tante Yola mendapat kartu “dare”. Wanita itu melepas celana suteranya hingga terlihat kakinya yang hitam legam, namun mulus.

Permainan bergulir terus. Satu persatu pakaian-pakaian yang melekat di tubuh kami mulai terlepas. Dan aku heran kenapa tak satupun dari mereka yang melepas perhiasannya. Mereka lebih rela melepas pakaiannya ketimbang mencopot gelang emasnya.
Tante Lisbeth yang lebih dulu tampil tanpa sehelai benang pun. Birahiku semakin naik ketika menyaksikan wanita bertubuh putih mulus itu melepas celana dalamnya yang menjadi pembungkus tubuhnya yang terakhir. Gila, betul-betul mulus. Meskipun terlihat sedikit lemak di beberapa bagian namun secara keseluruhan betul-betul membuat gairahku naik.

Orang kedua yang “terpaksa”, tampil bugil adalah Tante Shinta. Wanita ini sedikit aneh karena sejak awal malah melepas pakaian dalamnya lebih dulu. Sehingga begitu wanita ini melepas gaun terusannya, tubuh mulusnya langsung terlihat jelas. Dan aku terkejut sekali melihat sesuatu yang berkilat di tengah-tengah kemaluannya yang hanya berbulu sedikit itu. Ooppss.. ternyata Tante Shinta memasang anting di bibir kemaluannya. Berikutnya yang jadi korban adalah Tante Yola. Baru kali ini aku melihat wanita berkulit hitam legam dalam keadaan telanjang bulat di depan mataku. Ternyata sexy juga. Apalagi tubuh Tante Yola sangat mulus dan terawat.

Permainan selesai ketika Tante Shinta tidak memiliki apa-apa lagi untuk dilepas. Aksesoris yang melekat di tubuh bugilnya satu persatu pun lepas. Permainan pun selesai.
“Asyiikk.. aku yang menang..”, seru Tante Rissa kegirangan.
Di akhir permainan hanya wanita itu yang masih berpakaian cukup “lengkap”. Bra, celana dalam dan stocking hitam masih melekat di tubuhnya yang putih mulus. Aku sendiri hanya menyisakan selembar celana dalam. Tante Irene juga hanya bercelana dalam saja, sementara payudaranya yang masih bulat dan montok itu terayun-ayun sejak tadi.
“Uuuhh.. dasar, curang ah.. curang..”, seru Tante Shinta sambil merajuk.
“Iya nih nggak adil, ayo buka semuanya..”, timpal Tante Lisbeth.
Tiba-tiba ketiga wanita yang sudah bugil itu menghampiri Tante Rissa.
“Ehh.. ehh.. apa-apaan nih, curang ah..”, seru Tante Rissa. Wanita itu kelabakan ketika Tante Lisbeth, Tante Shinta dan Tante Yola mengepung dan menelanjanginya. Aku dan Tante Irene tertawa menyaksikan pemandangan itu. Tante Rissa sampai merangkak-rangkak menghindari Tante Lisbeth yang bernafsu menangkapnya. Tante Yola yang mendekapnya dari belakang dengan mudah melepas bra yang menutup payudara Tante Rissa. Sementara Tante Shinta berusaha menarik celana dalam yang melingkari selangkangan Tante Rissa.

Akhirnya wanita itu tak kuasa menahan “amukan”, ketiga sahabatnya. Dalam waktu singkat, kondisinya pun tak jauh beda dengan ketiga temannya yang lebih dulu bugil. Aku dan Tante Irene sampai sakit perut karena tertawa terpingkal-pingkal.
“Eit.. jangan seneng dulu, sekarang giliran kalian..”, seruan Tante Lisbeth tiba-tiba menghentikan tawaku dan Tante Irene. Kami berdua saling berpandangan.
“Kabur..!” seruku.
Kemudian kami berdua pun berlari berpencar. Tante Irene masuk ke dalam kamarnya dan aku lari ke ruang tamu. Tante Rissa dan Tante Yola mengejar tante Irene ke dalam kamar, sedangkan Tante Lisbeth dan Tante Shinta mengejarku ke ruang tamu.
Setelah berkali-kali muter-muter di meja tamu, akhirnya aku pasrah di salah satu sudut sofa. Setengah meronta, aku merelakan Tante Shinta meloroti celana dalamku, sementara Tante Lisbeth memegangin kedua tanganku. Aku pun mendengara suara teriakan-teriakan yang seru dari dalam kamar Tante Irene.

Tante Shinta dan Tante Lisbeth lantas menggeretku ke dalam kamar Tante Irene. Di dalam aku melihat tubuh molek Tante Irene yang tergeletak pasrah di atas ranjang dengan kedua tangannya dipegangi Tante Rissa dan Tante Yola. Tante Shinta dan Tante Lisbeth lantas menghempaskan tubuhku ke atas ranjang. Mereka tertawa-tawa.
“Nah kalo gini kan adil hihihihi..”, seru Tante Lisbeth.
Aku tak ingat siapa yang memulai yang jelas detik berikutnya canda tawa itu berubah menjadi ajang pesta orgy di antara kami.
Tante Shinta memeluk tubuhku yang tergeletak di ranjang. Kemudian dengan penuh nafsu wanita itu langsung melumat bibirku tanpa kompromi. Sementara di bawah sana aku merasakan basahnya lidah Tante Lisbeth dan Tante Irene yang asyik menjilati batang penisku yang sudah tegang sejak tadi. Ugghh.. nikmat sekali.

Sambil berciuman, aku melirik Tante Rissa dan Tante Yola yang asyik berduaan. Tante Rissa yang bersandar di ranjang membiarkan kemaluannya dilumat Tante Yola. Aku melihat pemandangan itu dengan penuh nafsu. Sementara Tante Shinta sudah asyik menjilati leher, telinga dan dadaku. Nafsu yang semakin memuncak menuntunku untuk meraih tangan Tante Rissa yang mulus itu. Aku jilati jemarinya yang lentik. Tante Rissa yang mengetahui hal itu langsung membalikkan tubuhnya ke arahku dan kami pun asyik berciuman.
“Mmmhh.. ssllpp.. mmhh.. nggak nyesel kan ikutan sama kita-kita hihihi.. mm..”, seru Tante Rissa di sela-sela lumatan bibirnya.
Aku hanya bisa mengangguk. Kulihat Tante Yola masih asyik menjelajahi daerah sensitif Tante Rissa.

Tiba-tiba Tante Irene meninggalkan Tante Lisbeth yang sedang asyik melumat penisku. Kulirik wanita itu keluar kamar. Tak lama kemudian Tante Irene kembali dengan beberapa sex toy. Keempat wanita yang sedang asyik orgy denganku tiba-tiba beralih perhatian kepada Tante Irene.
“Hei.. hei.. liat nih aku bawa apa..”, seru Tante Irene.
Keempat sahabatnya menyambut dengan penuh nafsu.
“Aahh.. ini dia yang ditunggu-tunggu..”, mereka bersorak ribut sekali.
Tante Irene langsung menghamparkan alat-alat itu di atas ranjang. Aku melihat ada beberapa vibrator dengan berbagai bentuk, berikut dengan cairan pelicinnya. Ada juga alat yang baru kali ini aku lihat. Seutas tali yang panjangnya kira-kira setengah meter, dan di sepanjang tali itu ada beberapa bola kecil dari bahan gel padat tersusun dengan jarak yang sama. Ada yang bolanya sebesar kelereng, dan ada juga yang bolanya sebesar bola golf. Di ujung tali ada kotak seukuran pemantik api dengan beberapa tombol kecil. Aku sama sekali tidak mengerti apa gunanya.

Kelima wanita itu berebutan memilih alat yang mereka suka. Tante Rissa mengambil sebuah vibrator dengan warna pink transparan. Panjangnya kira-kira 20 centimeter. Lentur sekali sehingga bisa melenting ke segala arah. Kemudian dengan gaya yang erotis dan dibuat-buat, Tante Rissa mengambil sebotol cairan pelicin dan meneteskannya ke ujung vibrator itu. Terlihat cairan itu menjalar ke beberapa bagian vibrator.
“Heii.. who wants to be the first..”, serunya kepada keempat sahabatnya.
Tante Irene yang paling antusias.
“Aahh.. aku dulu dong..”, seru Tante Irene.
Wanita itu lantas merebahkan tubuh mulusnya di atas ranjang dengan posisi telentang, sementara kedua kakinya yang putih dibukanya lebah-lebar. Sambil tersenyum Tante Rissa menghampiri vagina Tante Irene yang hanya ditumbuhi sedikit bulu itu.
“Hmm.. vibratornya sih udah licin, tapi pasti lebih asyik kalo pake pelicin yang alami.. mmhh.. ssllpp..”, Tante Rissa langsung menjilati vagina Tante Irene dengan buas.
Yang dijilat spontan terkejut. Tubuhnya mulai menggelinjang menahan rasa nikmat.

Tante Yola yang berada tak jauh dari Tante Irene mengambil sehelai bulu angsa, kemudian digelitiknya tubuh Tante Irene dengan bulu itu. Tentu saja Tante Irene semakin kelojotan.
“Ssshh.. aahh.. oohh kamu gila ya La.. sshh..”, bibir sexynya tak henti-henti mengerang menahan nikmat.
Tante Yola yang melihat bibir Tante Irene terbuka langsung melumatnya dengan bibirnya yang masih tersapu lipstik warna gelap itu. Uhh.. betul-betul pemandangan yang membuat urat nafsuku semakin naik.

Tiba-tiba Tante Shinta mengambil seutas tali yang diselingi butiran-butiran yang kulihat tadi. Aku jadi penasaran, gimana sih menggunakan alat yang ini. Tante Shinta kemudian mengangkat sebelah kaki Tante Yola. Wanita berkulit hitam itu melirik sebentar dan tersenyum.
“Oowww.. not that toy again Shin..”, serunya manja.
Tante Shinta tak peduli. Dibasahinya tali berbutir itu dengan cairan pelicin, kemudian satu demi satu Tante Shinta memasukkan butiran-butiran sebesar bola golf itu ke dalam vagina Tante Yola.
“Ughh..”, desah Tante Yola setiap kali butiran itu dimasukkan ke dalam vaginanya.
Setelah seluruh butiran yang berbaris di tali itu masuk ke dalam vagina Tante Yola, Tante Shinta mulai memainkan tombol-tombol yang ada di ujungnya.
“Aaahh.. Shintaa.. sshh..”, tiba-tiba Tante Yola menggelinjang cukup hebat.
Keempat sahabatnya cekikikan melihat reaksinya, termasuk Tante Irene yang sedang dioral oleh Tante Rissa. Aku baru mengerti cara kerja alat itu. Tante Shinta tampak asyik sekali ngejain Tante Yola. Aku pun mulai tak tahan untuk ikut bergabung. Tante Shinta yang asyik ngerjain Tante Yola tampaknya agak “lengah”, dengan tubuhnya. Dengan birahi yang sudah ke ubun-ubun, aku langsung memeluk kedua belah paha Tante Shinta yang mulus, dan langsung menyambar vagina yang masih rapat itu dengan lidahku.

Tante Shinta hanya menengok sejenak dan mengusap-usap kepalaku sambil tersenyum. Kemudian wanita itu asyik lagi dengan permainannya. Aku semakin bernafsu melumat vagina Tante Shinta yang kenyal itu. Ughh.. betul-betul nikmat. Sementara Tante Lisbeth yang sedari tadi berada di dekatku mulai merayapi pahaku. Ahh.. lembut sekali kulitnya. Aku bisa merasakannya di sekujur kakiku. Hingga akhirnya wanita keturunan Chinese itu menggenggam batang penisku yang sudah sejak tadi tegang. Dijilatinya buah pelirku. Hmm.. lidah Tante Lisb

Bercinta dengan beberapa tante girang part-3

March 1st, 2009

Cerita dewasa ini berlanjut kembali setelah sebelumnya pada Bercinta dengan beberapa tante girang part-2 kami baru memulai party sex kami, pada cerita kali ini saya lanjutkan dengan kisah dimana tante tante girang ini sudah mulai kepanasan di landa nafsu birahi mereka dengan acara sex party kali ini, dengan saling menjilat memek tante ini dan di tambah mereka menggunakan sex toy yang sudah mereka persiapkan nampaknya orgy kali ini berlangsung sangat meriah.

Sesekali kulirik Tante Yola yang kelojotan setiap kali butiran sebesar bola golf itu dikeluarkan dari liang kewanitaannya. Atau wajah Tante Irene yang tak henti-hentinya mengerang menahan rasa nikmat yang luar biasa. Kelihatannya Tante Rissa lihai sekali memainkan vibrator tersebut. Kulihat daerah selangkangan Tante Irene sudah banjir oleh air kewanitaannya. Kami betul-betul bercampur tanpa batas. Dan satu-satunya yang sadar di ruangan itu hanya aku, sisanya sudah mabuk oleh minuman-minuman yang mereka tegak sejak tadi. Aku tidak bisa bercerita dengan detil di sini karena betul-betul banyak hal dan variasi yang kami lakukan. Mungkin aku hanya bisa cerita hal-hal yang kuingat dengan jelas. Seperti misalnya ketika kedua tangan Tante Rissa dipegangi oleh Tante Yola dan Tante Irene, sementara Tante Shinta dan Tante Lisbeth asyik ngerjain wanita cantik itu dengan tali-tali berbutirnya. Tante Shinta memegang tali berbutir yang butirannya sebesar bola golf, sementara Tante Lisbeth memegang tali berbutir yang lebih kecil. Aku sendiri dengan liar menjilati setiap jengkal tubuh Tante Rissa. Desahan dan erangan tak henti-hentinya keluar dari bibir wanita itu.

Seperti yang dilakukan pada Tante Yola tadi, Tante Shinta memasukkan satu demi satu butiran-butiran sebesar bola golf itu ke dalam vagina Tante Rissa dan kemudian menyalakan penggetarnya. Pada saat yang sama juga Tante Lisbeth memasukkan butiran-butiran yang hanya sebesar kelereng itu ke dalam lubang pantat Tante Lisbeth, dan kemudian menggetarkannya. Uhh.. aku tidak bisa membayangkan rasa nikmat yang dialami Tante Rissa. Pasti asyik sekali. Tubuhnya betul-betul menggelinjang, aku saja sampai kerepotan menjilatinya.
“Aaakhh.. pada gila ya.. oohh stop.. please.. stop.. cukup.. uugghh..”, Tante Rissa terus mengerang keasyikan, namun kami tidak perduli. Dan kulihat vagina Tante Rissa betul-betul membanjir.
“Uuuhh.. banjiirr boo”” seru kelima wanita itu.
Mereka bersorak ribut sekali. Pada saat itu aku sendiri juga tidak merasa sebagai laki-laki yang melayani nafsu seks lima wanita itu. Entah kenapa aku juga merasa menjadi bagian dari mereka, seolah-olah aku wanita yang ikut dalam pesta lesbian.
Tante Rissa betul-betul lemas. Entah berapa banyak cairan yang keluar dari vaginanya. Yang aku ingat keempat sahabatnya dan aku betul-betul liar menjilati cairan yang terus menerus keluar dari vagina Tante Rissa. Bahkan kami sampai bertukar-tukar, seperti misalnya aku sudah mengulum cairan yang kujilati dari vagina Tante Rissa, kemudian aku membagikannya ke dalam mulut Tante Irene lewat mulutku. Demikian juga yang lain. Betul-betul gila.

Ternyata yang “dipelonco”, bukan hanya Tante Rissa. Kesempatan berikutnya giliran Tante Yola yang diperlakukan sama. Dan gilanya Tante Rissa setelah lemas dipelonco tadi seperti tidak ada apa-apa saja. Wanita itu kembali bernafsu ikut ngerjain Tante Yola. Uhh.. wanita berkulit hitam itu betul-betul meronta seperti kesetanan. Apalagi ketika tali berbutir digetarkan di dalam vaginanya. Ranjang Tante Irene sampai goyang-goyang tak karuan.

Berikutnya giliran Tante Lisbeth. Wanita yang pada awalnya terlihat sok cool ini akhirnya tak kuasa juga melepas rasa nikmatnya dengan menjerit keras-keras. Selama mengikuti permainan mereka sejak tadi entah kenapa aku sama sekali tidak berhasrat memasukkan penisku ke dalam vagina salah satu dari mereka. Bahkan untuk melakukan masturbasi di depan mereka juga tidak. Aku seperti hanyut dalam permainan.

Kemudian pada saat giliran Tante Shinta, wanita-wanita itu seperti mendendam. Tante Shinta yang dikerjain paling lama dan semua alat digunakan kepada wanita itu. Dimulai dengan vibrator biasa, kemudian tali berbutir, dan lain-lain sampai terakhir vibrator elektrik. Vagina Tante Shinta betul-betul banjir. Huh.. baru kali ini aku melihat wanita-wanita mengalami multi orgasme sampai separah itu.

Berikutnya giliran Tante Irene. Wanita ini mendapat perlakuan spesial sebagai hadiah ulang tahunnya. Tidak hanya dikerjain seperti nasib sahabat-sahabatnya, tapi Tante Irene juga melakukan “persetubuhan”, dengan keempat wanita yang lain. Aku pikir inilah saatnya aku menikmati permainan yang sesungguhnya.

Dimulai dari Tante Yola yang mengenakan celana dalam yang di bagian depannya ada vibratornya. Kami duduk mengelilingi Tante Yola dan Tante Irene yang “bersetubuh”, seperti pasangan normal saja. Berikutnya gantian Tante Shinta, Tante Lisbeth dan Tante Rissa. Akhirnya tiba juga giliranku untuk menikmati hangatnya vagina. Sambil berdiri dengan lutut, aku bersiap memasukkan batang penisku yang sudah keras itu ke dalam vagina Tante Irene.

Tiba-tiba dari arah belakang Tante Rissa menarik tubuhku sebelum aku sempat memasukkan batang penisku ke vagina Tante Irene.
“Ehh.. kenapa Tante..”, seruku.
Tante Rissa tertawa nakal diiringi cekikikan wanita yang lain. Tiba-tiba dengan sigap kelima wanita itu mengepungku dan dalam waktu singkat aku sudah terpasung di atas ranjang dengan kedua tangan dan kaki yang terikat. Oh.. gila, apalagi ini.
Kemudian Tante Irene menghampiriku.
“Kayaknya kamu perlu ini deh sayang biar kamu bisa ngimbangin kita-kita.. hihihi.. mmhh..”, Tante Irene tiba-tiba mencium bibirku dan aku merasakan wanita itu memindahkan beberapa butir pil dari dalam mulutnya ke mulutku.
Mau tak mau aku menelan pil yang aku tidak tau pil apa itu.
“Apa nih Tante?” seruku setelah pil yang kira-kira berjumlah lima butir itu kutelan. Tante Irene tersenyum.
“Obat kuat hihihi..”, jawabnya.
“Eh siapa duluan nih?” seru Tante Rissa tiba-tiba.
“Kasi yang ultah aja dulu, kan Rio udah minum itu, pasti staminanya gak turun deh hihihi..”, celetuk Tante Lisbeth.
Keempat sahabatnya setuju. Kelihatannya Kelima wanita itu ingin menggilir penisku bergantian. Ughh.. aku sedikit nggak pede, apa iya aku mampu. Sekarang aja rasanya udah mau orgasme sejak bergumul dengan mereka tadi. Tapi mungkin pil yang disuapkan Tante Irene tadi bisa membantu.

Tante Irene kemudian mulai menjilati batang penisku yang sudah keras. Mungkin ukurannya sudah mencapai maksimal Urat-uratnya sudah mulai kelihatan. Sebetulnya penisku berukuran biasa saja. Entah kenapa mata Tante Irene betul-betul bernafsu sekali melihatnya. Lidahnya lincah sekali menjelajahi penis dan selangkanganku. Keempat wanita yang lain duduk mengelilingi sambil bersorak.

Setelah puas menjilati dan mengulum penisku, kemudian wanita itu mulai jongkok di atas tubuhku. Digenggamnya batang penisku dan perlahan-lahan tubuhnya mulai turun. Ughh.. aku merasakan nikmat ketika ujung penisku menyentuh bibir vagina Tante Irene. Sedikit demi sedikit dan akhirnya.. bless.. penisku pun amblas ke dalam vagina Tante Irene. Wanita itu memutar-mutar pinggulnya. Alamak.. nikmatnya luar biasa. Seharusnya penisku sudah memuntahkan sperma sejak Tante Irene memasukkan vaginanya tadi, namun entah kenapa spermaku tak kunjung keluar. Padahal penisku sudah berdenyut-denyut. Hampir dua puluh menit Tante Irene menggoyangkan pinggul, pinggang dan pantatnya. Dengan posisi duduk, tiduran, hingga akhirnya aku mulai merasa spermaku ingin keluar.

“Ssshh.. aahh Tante.. udah mau keluar nih..”, seruku di tengah-tengah desahan menahan rasa nikmat.
Tante Irene tersenyum manja. Wanita itu sudah sejak tadi orgasme berkali-kali di atas tubuhku.
“Ya udah, bareng ya.. sshh..”, aku betul-betul memuncak. Sebentar lagi aku merasa akan meledak.
Tiba-tiba Tante Lisbeth menghampiri kami dan berjongkok di belakang tubuh Tante Irene yang sedang naik turun. Aku nggak tau apa yang diperbuatnya. Sekilas kulihat Tante Irene tersenyum dan Tante Lisbeth memeluknya dari belakang. Kulihat payudara Tante Irene yang montok itu diremas-remas. Ahh.. pemandangan itu semakin membuat nafsuku naik.
“Riioo.. I”m cumming.. sshh.. oohh..”, Tante Irene pun mencapai orgasme untuk kesekian kali. Dan cairan kewanitaan yang membanjiri penisku pun memacu spermaku untuk keluar.
“Aahh.. Croott.. crroott.. croott.. ups!”

Belum selesai penisku memuntahkan seluruh sperma, tiba-tiba Tante Irene mencabut penisku dari vaginanya, lantas wanita itu berguling ke samping. Tanpa kuduga Tante Lisbeth yang tadi berada di belakang Tante Irene langsung maju dan menindihku sehingga penisku langsung amblas dalam sekejap ke dalam liang vaginanya. Croott.. croott.. penisku masih memuntahkan sperma sisa permainanku dengan Tante Irene.

Gila, variasi apalagi ini! Bagai Tanpa peduli Tante Lisbeth melanjutkan permainan. Wanita itu memutar pinggang dan pinggulnya kesana kemari. Ugghh.. satu hal yang bikin aku heran penisku masih bertahan. Meskipun sperma sudah tidak keluar lagi tapi tidak langsung lemas seperti biasanya. Dan birahiku pun semakin terbakar melihat tubuh putih mulus yang bergoyang di atas tubuhku.

Kurang lebih tiga puluh menit kemudian penisku kembali berdenyut ingin memuntahkan sperma. Dan sudah sejak lima menit yang lalu di belakang Tante Lisbeth ada Tante Yola yang bersiap untuk giliran berikutnya. Aku sengaja tidak bilang supaya Tante Lisbeth tidak buru-buru pergi, karena dari kelima wanita itu Tante Lisbethlah yang paling aku suka. Tanpa kuduga Tante Lisbeth sudah bisa menebak gejalaku. Baru semprotan sperma yang pertama wanita Chinese itu langsung mencabut tubuhnya dan berguling ke samping. Dengan penuh nafsu Tante Yola langsung menggantikan Tante Lisbeth.

Aku cukup lama melayani Tante Yola karena aku kurang begitu bergairah dengannya. Hampir satu jam penisku baru mulai berdenyut tanda sperma akan keluar. Dan di belakang Tante Yola, Tante Rissa sudah bersiap untuk memacu birahi denganku.
Crott.. Croott.. Dua semprotan awal menyudahi permainanku dengan Tante Yola, dan Tante Rissa pun menggantikan untuk menikmati sisa spermaku. Tante Rissa masih seperti dulu, lihai sekali merangsang bagian-bagian sensitifku. Sambil tubuhnya bergoyang, jemari lentiknya aktif menjelajahi tubuhku.

Menjelang menit ke tiga puluh dengan Tante Rissa, Tante Shinta naik ke atas tubuhku tapi tidak di belakang Tante Rissa, melainkan di depannya. Jadi posisi mereka berhadapan. Aku tak tau apa yang dilakukannya. Aku hanya mendengar suara berciuman yang penuh nafsu.
“Crott.. Croott.. Crroott.. Croott..”
Tante Rissa kebablasan. Setelah semburan keempat wanita itu baru mengangkat tubuhnya. Itu karena Tante Shinta yang asyik menggodanya. Tante Shinta dengan sigap langsung memasukkan penisku yang masih menyemprot itu ke dalam vaginanya. Posisinya berbeda dengan yang lain, jadi tubuh wanita itu membelakangiku. Ughh.. enak sih, tapi aku ingin melihat wajah Tante Shinta yang cantik.

Tanpa kuduga wanita itu memutar tubuhnya. Aahh.. dinding vaginanya serasa memutar penisku. Kemudian wanita itu sudah berada dalam posisi menghadapku. Ternyata Tante Shinta tidak menggoyangkan tubuhnya. Penisku dibiarkan beristirahat di dalam vaginanya yang hangat. Sementara wanita itu menari-nari dengan erotis di atas tubuhku.
“Ehmm.. wah bakal ada gempa nih kayaknya..”, celetuk Tante Lisbeth.
Aku tidak mengerti apa maksudnya. Tiba-tiba detik berikutnya aku merasakan ada sesuatu yang menyedot penisku. Gila..! Aku belum pernah merasakan sedotan yang begini hebat dari dalam vagina. Ugghh.. tubuhku menggelinjang menahan rasa nikmat. Kulihat Tante Shinta masih tetap menari dengan tenang.
“Gila kamu Shin.. jail banget sih.. hihihi..”, celetuk yang lain.
Ooohh.. aku betul-betul merasakan sensasi yang luar biasa. Tubuhku rasanya ingin orgasme tapi nggak sampai-sampai. Betul-betul kenikmatan panjang dan melelahkan.

Hampir satu jam kemudian, keempat wanita yang lain mulai mendekati tubuhku. Mereka berkeliling dan jemari mereka mulai menjelajahi tubuhku dan tubuh Tante Shinta. Aahh gila.. betul-betul sensasional. Akhirnya penisku pun berdenyut tanda ingin orgasme.
“O-ow.. udah waktunya nih..”, seru Tante Shinta.
Gila, wanita itu bisa tau. Tiba-tiba dinding vagina Tante Shinta semakin kencang berdenyut. Sedotan pun semakin kuat. Aahh.. aku nggak tahan lagi dan.., “Croott..!”.

Tante Shinta langsung mengangkat tubuhnya dan dengan cepat berganti posisi berbaur dengan keempat sahabatnya. Kelima wanita itu bersorak melihat penisku yang memuntahkan sperma secara gila-gilaan. Lidah mereka berebutan menangkap cipratan-cipratan sperma yang keluar dari penisku. Ughh.. Mereka juga menjilati sperma yang berceceran di sekitar selangkanganku.
Tanpa terasa malam sudah hampir berganti pagi. Tubuhku tergeletak di antara tubuh-tubuh mulus yang kelelahan seperti aku. Rasanya capek sekali. Satu-persatu mereka tertidur tanpa sempat mandi. Hanya aku yang tidak bisa tidur, mungkin karena pengaruh obat tadi.

Aku melihat ke sekeliling. Tiba-tiba aku stress memikirkan bagaimana di kantor nanti pagi. Pasti ngantuk sekali. Aku langsung menelpon Blue Bird untuk minta dikirim taksi. Setelah itu aku memberanikan diri membangunkan Tante Rissa untuk pamit. Sulit sekali membangunkan wanita mabuk yang sudah tertidur. Akhirnya setengah sadar Tante Rissa bangun.
“Aku pulang dulu Tante..”, ujarku.
Tante Rissa tidak langsung menjawab. Seperti sedang mengumpulkan nyawa.
“Kok pulang sayang? Tidur di sini aja..”, jawab Tante Rissa. Aku tersenyum.
“Nggak bisa Tante, nanti pagi aku mesti ke kantor. Ini aja aku pengen tidur sebentar di rumah..”, jelasku.
Tante Rissa hanya tersenyum sambil mengangguk.
“Oke, hati-hati ya..”, jawabnya sambil tersenyum. Aku pun ikut tersenyum.
Sedikit geli juga melihat bibir Tante Rissa yang dimonyongin tanda memintaku untuk menciumnya.
“Mmmuuachh..”, aku mencium bibir lembutnya dengan mesra. Tak ada lagi rasa nafsu.
“Makasih yang udah ikutan party kita..”, kata Tante Rissa seraya merengkuh kepalaku.
“Iya, makasih juga buat acaranya Tante, gila.. tambah pengalaman lagi nih hihihi..”, Tante Rissa tertawa mendengar jawabanku.
Wanita itu lantas mengantarku sampai ke depan pagar.
“Tante nggak antar dulu ya Yo, lemes nih.. kamu sih hihihi..”, bisik Tante Rissa. Aku tersenyum.
“Iya nggak pa-pa Tante, aku udah pesan taksi.” jawabku.
Tak lama kemudian taksi datang. Dan aku pun meningkalkan rumah kenikmatan itu setelah mengecup bibir Ta

Percintaan yang di larang

February 24th, 2009

Cerita dewasa kali ini adalah tentang kisah perselingkuhan antara seorang staf instansi pemerintahan dengan seorang wanita yang tidak disangka-sangka muncul dalam kehidupan percintaan si cowok ini.

Ini pengalamanku sekitar 5 tahun yg lalu. Saat ini aku sudah berusia 38 tahun dan bekerja di salah satu instansi pemerintahan. Dan aku menikah sejak 9 tahun yg lalu dgn 2 anak. Aku berasal dr salah satu kota di Kalimantan dan kuliah di salah satu kota di Jawa. Selepas kuliah aku sempat kerja di perusahaan swasta setahun dan akhirnya diterima di instansi pemerintahan tempat aku bekerja skrg.

Tuntutan pekerjaan membuat aku harus beberapa kali pindah kota dan pada 5 tahun yg lalu aku sempat ditempatkan di salah satu kota di propinsi asalku di Kalimantan yg berjarak sekitar 1-1,5 jam dari kota asalku. Pada saat itu istri dan anakku tidak ikut serta karena istriku harus bekerja dan terikat kontrak kerja yg tidak memperkenankannnya mengundurkan diri atau bermohon pindah sebelum 5 tahun masa kerjanya. Sehingga jadilah aku sendiri di sana dan tinggal di salah satu rumah orang tuaku yg mereka beli untuk investasi. Krn kebutulan aku pindah ke sana maka aku tinggal sendiri. Rumah tersebut berada di kompleks perumahan yg cukup luas namun cenderung sepi krn kebanyakan hanya menjadi tempat investasi alternatif saja, dan kalau ada yg tinggal adalah para pendatang yg mengontrak rumah di sana. Jadi lingkungan relatif apatis di sana.

Pada beberapa kesempatan aku kadang-kadang berkunjung ke tempat nenekku yg tinggal di suatu kabupaten (sekitar 4 jam dari kota tempat aku tinggal sekarang) utk sekedar silaturahmi dengan famili di sana. Pada salah satu kunjungan saya ke sana, saya sempat bertemu dengan salah seorang yg dalam hubungan kekerabatan bisa disebut nenekku juga di rumah salah satu famili, sebetulnya bukan nenek langsung. Persisnya ia adalah adik bungsu dari istri adik kakekku (susah ya ngurutnya). Usianya lebih tua sekitar 8-9 tahunan dariku. Profil mukanya seperti Yati Octavia (tentu Yati Octavia betulan lebih cantik), dengan kulit cenderung agak gelap, dan badannya sekarang sedikit agak gemuk. Walaupun terhitung nenekku, ia biasanya saya panggil bibi saja krn usianya ia risih dipanggil nenek. Pertemuan tsb sebetulnya biasa saja, tapi sebetulnya ada beberapa hal yg sedikit spesial terkait pertemuan tersebut. Pertama, saya baru tau kalau suaminya baru meninggal sekitar 1 tahunan yg lalu. Ia yg berstatus honorer di sebuah instansi pemerintah sedikit mengeluhkan kondisi kehidupannya (untung ia hidup di kota kabupaten yg kecil) dengan 2 anak perempuannya yg berusia 12 dan 8 tahun. Saat itu aku bilang akan mencoba utk membantu memperbaiki status honorernya dgn mencoba menghubungi beberapa relasi/kolegaku. Hal spesial yg lain adalah sedikit pengalamanku di masa lalu dgn dia yg sebetulnya agak memalukan bila diingat (saat itu saya berharap ia lupa). Wkt saya masih di bangku SMA, ia dan kadang bersama famili yg lain sering berkunjung ke rumahku krn ia pernah kuliah di kota kelahiranku namun kost di tempat lain. Ia kadang2 menginap di rumahku. Pada waktu ia nginap dengan beberapa famili yg lain, aku sering ngintip mereka mandi dan tidur. Sialnya sekali waktu, saat malam2 aku menyelinap ke kamarnya (di rumahku kamar tidur jarang di kunci), dan menyingkap kelambunya (dulu kelambu masih sering digunakan). Saya menikmati pemandangan di mana ia tidur telentang dan dasternya tersingkap sampai keliatan celana dalam dan sedikit perutnya. Saat itu saya mencoba mengusap tumpukan vaginanya yg terbungkus celana dalam dan pahanya. Setelah beberapa kali usapan ia tiba2 terbangun dan saya pun cepat2 menyingkir keluar kamar. Sepertinya ia sempat melihat saya, hanya saja ia tidak berteriak. Hari2 berikutnya saya selalu merasa risih bertemu dia, namun iapun bersikap seolah2 tdk terjadi apa2. Sejak saat itu saya tdk pernah coba2 lagi ngintip ia mandi dan tidur. Hal itu akhirnya seperti terlupakan setelah saya kuliah ke Jawa, ia menikah dan sayapun akhirnya menikah juga. Inilah pertemuan saya yg pertama sejak saya kuliah meninggalkan kota kelahiran saya.

Beberapa wkt kemudian pada beberapa instansi ada program perekrutan pegawai termasuk yg eks honorer termasuk pada instansi nenek mudaku tersebut. Pada suatu pembicaraan seperti yg pernah saya singgung sebelumnya, nenek mudaku tersebut sempat minta tolong agar ia bisa diangkat sbg pegawai tetap dan akupun kasak-kusuk menemui kenalanku agar nenek mudaku tersebut dapat dialihkan status honorernya menjadi pegawai. Aku beberapa kali menelpon nenek mudaku tersebut untuk meminta beberapa data dan dokumen yg diperlukan. Entah karena bantuan kenalanku atau bukan, akhirnya ia dinyatakan diterima sebagai pegawai. Nenek mudaku itu beberapa kali menelponku utk mengucapkan terima kasih, dan aku yg saat itu memang tulus membantunya juga ikut merasa senang.

Beberapa bulan kemudian aku mendapat telpon lagi dari nenek mudaku tersebut yang mengabarkan bhw ia akan ke kota tempatku bertugas karena ia harus mengikuti pelatihan terkait dengan pengangkatannya sebagai pegawai di salah satu balai pelatihan yang tempatnya relatif dekat dengan rumahku. Waktu itu ia menginformasikan akan menginap di balai pelatihan tersebut namun akan berkunjung ke rumahku juga.

Pada suatu hari Sabtu sore ia tiba di rumahku dengan membawa koper dan oleh2 berupa penganan khas daerahnya tinggal dan buah2an. Ia mengatakan hari pelatihannya dimulai hari Senin namun ia takut terlambat dan akan segera ke balai pelatihan tersebut malamnya. Aku tawarkan untuk istirahat dulu dan menginap satu malam. Namun karena kekahwatiran tersebut ia menolak untuk menginap dan hanya beristirahat saja. Maka ia kutunjukkan kamar tidur yang ada di samping kamar tidurku utk istirahat sejenak.

Tidak ada kejadian apa2 sampai saat itu, dan pada malam harinya ia kuantar ke balai latihan. Namun di balai latihan tersebut suasananya masih sepi dan baru 3 orang yang melapor itupun masih keluar jalan2. Melihat keraguan untuk masuk ke balai latihan tersebut kembali aku tawarkan untuk menginap di rumah dulu dan nanti Senin pagi baru kembali. Ia langsung menerima tawaranku sambil menambahkan komentar bahwa ia dengar balai pelatihan tersebut agak angker. Malam minggu ia menginap dan tidak ada kejadian yg spesial kecuali kami mengobrol sampai malam dan ia menyiapkan makanan/minumanku. Sampai saat itu belum terlintas apa2 dalam pikiranku. Namun ketika ia selesai mencuci piring dan melintas di depanku yaitu antara aku dan televisi yg sedang aku tonton ia berhenti untuk melihat acara televisi sejenak. Saat itu aku melihat silhuote tubuhnya di balik daster katunnya yang agak tipis diterobos cahaya monitor televisi. Saat itulah pikiranku mulai mengkhayalkan yang tidak2. Maklum aku jauh dari istri dan kalau ngesekspun dengan orang lain juga kadang2 (aku pernah ngeseks dengan PSK yg agak elit dan beberapa mahasiswi tapi frekuensinya jarang krn biaya tinggi). Saat itu ia saya suruh duduk dekat saya utk nonton TV bersama2. Kami pun ngobrol ngalor ngidul sampai malam dan ia pun pamit utk tidur. Malam Seninnya juga tidak terjadi apa2 kecuali saat ngobrol sudah mulai bersifat pribadi tentang masalah-masalahnya seperti anaknya yg perlu uang sekolah dan lainnya. Aku katakan bahwa aku akan bantu sedikit keuangannya dan iapun berterima kasih berkali2 dan mengatakan sangat berhutang budi padaku.

Senin paginya ia kuantar ke balai pelatihan tersebut dan dengan membawakan kopernya saya ikut masuk ke kamarnya yang mestinya bisa untuk 6 orang. Dengan menginapnya ia di sana, maka buyarlah angan2 erotisku pd dirinya dan akupun terus ke kantorku utk kerja seperti biasa. Namun pada sore hari aku menerima telpon yang ternyata dari nenek mudaku tersebut. Ia mengatakan bahwa agak ragu2 menginap di balai pelatihan tersebut krn ternyata semua teman2 perempuannya tidak menginap di situ, tapi di rumah familinya masing2 yg ada di kota ini sehingga di kamar yg cukup utk 6 orang itu ia tinggal sendiri kecuali jam istirahat siang baru beberapa rekan perempuannya ikut istirahat di situ. Dgn bersemangat aku menawarkan ia menginap di rumah lagi sambil melontarkan kekhawatiranku kalau ia sendiri di situ (sekedar akting). Ia terima tawaranku dan aku berjanji akan menjemput dia sepulang kantor.

Akhirnya iapun menginap di rumahku dan rencananya akan sampai sebulan sampai pelatihan selesai. Angan2ku kembali melambung namun aku masih tdk berani apa2 mengingat penampilannya yg sdh sangat keibuan, kedudukannya dalam kekerabatan kami yg terhitung nenek saya, dan sehari2nya kalau keluar rumah pakai kerudung (tapi bukan jilbab). Aku betul2 memeras otak namun tdk pernah ketemu bagaimana cara bisa menyetubuhinya tanpa ada resiko penolakan. Aku sedikit melakukan pendekatan yg halus. Sekedar utk memberi perhatian dan sedikit akal bulus sempat aku belikan ia baju dan daster. Utk daster aku pilihkan ia yg cenderung tipis dan model you can see. Hampir setiap malam ia aku ajak keluar makan malam atau belanja (walupun pernah ia sekali menolak dgn alasan capek). Kalau ada kesempatan aku kadang2 mendempetkan badanku ke badannya bila lagi jalan kaki bersama atau duduk makan berdua di rumah makan. Aku juga sering keluar kamar mandi (kamar mandi di rumahku ada di luar kamar tidur) dgn hanya melilitkan handuk di badan. Selain itu aku juga kadang menyapa dan memujinyaa sambil memegang salah satu atau kedua pundaknya bila ia memasak sarapan pagi di dapur. Dari semua itu saya belum bisa menangkap apakah responnya positif terhadap aku. Dan setelah hampir 1 minggu, yaitu pada hari Sabtu pagi iapun pamit pulang ke kotanya untuk menengok anaknya yg agak sakit dan akan kembali minggu malamnya. Iapun pulang dan aku yg sendirian di rumah akhirnya juga keluar kota ke kota kelahiranku yg jaraknya cuma 1 jam dr kota tinggalku utk main2 dgn teman2 masa SMAku serta silaturahmi ke rumah orang tuaku.

Saat bertemu teman2 lamaku aku agak banyak minum bir dan waktu tidurku agak kurang. Sore menjelang Maghirib akupun pulang ke kota di mana aku tinggal, terlintas sebuah rencana utk menggauli nenek mudaku yg saya perkirakan akan lebih duluan sampai di rumahku (ia kukasihkan kunci duplikat rumah utk antisipasi seandainya aku tdk ada dirumah bila ia datang).

Sayapun sampai di rumah dan memang benar ia sudah ada di rumah. Ia bertanya kepadaku kenapa aku pucat dan keringatan dan saat ia pegang dahi dan tanganku ia bilang agak hangat (mugkin krn pengaruh begadang). Aku hanya berkomentar bhw aku mau cerita tapi tdk enak dan minta agar malam ini makan malam di rumah saja krn aku tdk enak badan. Ia tdk keberatan dan tanya aku mau makan apa, aku bilang aku cuma mau makan indomie telur dan iapun setuju. Seperti kebiasaannya ia selalu buatkan aku kopi dan teh utk dirinya, tak terkecuali malam itu.

Melihat aku masih pucat ia menawarkan obat flu tapi aku bilang aku tdk flu dan tdk bisa cerita sambil pergi dengan pura2 sempoyongan ke kamarku dan bilang aku mau istirahat. Aku masuk kamar dan membuka baju dan berbaring di tempat tidur dgn hanya pakai celana pendek. Iapun menyusulku ke kamarku dan dgn iba bertanya kenapa dan apa yg bisa ia bantu. Dalam hatiku aku mulai tersenyum dan mulai melihat suatu peluang. Ia bahkan menawarkan utk memijat atau mengerik punggungku, tapi aku mau langsung ke sasaran saja dengan mempersiapkan sebuah cerita rekayasa.

Akhirnya aku menatap ia dan menanyakan apakah ia mau tau kenapa aku begini dan mau menolong saya. Ia segera menjawab bahwa ia akan senang sekali bisa menolong saya krn saya sudah banyak membantunya. Iapun kusuruh duduk di tempat tidur dan dengan memasang mimik serius dan memelas sambil memegang salah satu tangannya akupun bercerita. Aku karang cerita bhw aku baru saja kumpul2 sama teman2ku waktu ke luar kota tadi sore. Terus ada salah satu temanku yg bawa obat perangsang yg aku kira adalah obat suplemen penyegar badan. Karena tdk tau, obat itu aku minum dan skrg efeknya jadi begini di mana aku kepingin ML dgn perempuan. Aku karang cerita bhw bila tdk tersalur itu akan membahayakan kesehatanku sementara istriku tdk ada di sini. Aku juga mengarang cerita bhw aku sudah mengupayakan onani tapi tdk berhasil dan tdk mungkin aku mencari PSK krn tdk biasa. Aku katakan bhw dgn terpaksa dan berat hati aku mengajak ia bersedia utk ML denganku utk kepentingan kesehatanku.

Mendengar ceritaku ia terdiam dan menundukkan wajahnya, tapi salah satu tangannya tetap kupegang sambil kubelai dengan lembut. Melihat itu, aku lanjutkan dgn berkata bhw kalau ia tdk bersedia agar tdk usah memaksakan diri dan aku mohon maaf dgn sikapku krn ini pengaruh obat perangsang yg terminum olehku. Selain itu kusampaikan bahwa biarlah kutanggung akibat kesalahan minum obat tersebut dan aku katakan lagi bhw aku sadar kalau permintaanku itu tdk pantas tapi aku tdk bisa melihat jalan keluar lain sambil minta ia memikirkan solusi selain yg kutawarkan. Ia tetap diam, namun kurasakan bhw nafasnya mulai memburu dan dengan lirih ia berkata apa aku benar2 mau ML sama dia padahal ia merasa ia sudah agak tua, tdk terlalu cantik, agak sedikit gemuk dan berasal dari kampung. Aku jawab bahwa ia masih menarik, namun yg penting aku harus menyalurkan hasratku. Ia diam lagi dan aku duduk dikasur sambil tanganku merangkul dan membelai pundaknya yg terbuka karena dasternya model you can see. Kulitnya terasa masih halus dan sedikit kuremas pundaknya yg agak lunak dagingnya. Mukanya pucat dan bersemu merah berganti2, ia juga terlihat gelisah.

Sedikit lama situasi seperti itu terjadi tapi aku tdk tau entah berapa lama, sampai aku mengulang pertanyaanku kembali (walaupun aku sudah yakin ia tdk akan menolak) dan akhirnya ada suara pelan dan lirih dari mulutnya. Aku tdk tau apa yg ia katakan tapi instingku mengatakan itu tanda persetujuan dan dengan pelan aku dekatkan mukaku ke wajahnya. Mula2 aku cium dahinya, setelah itu mulutku menuju pipinya. Ia hanya memejamkan mata, namun gerakan wajahnya yg sedikit maju sudah menjadi isyarat bhw ia tdk keberatan. Sedikit lama aku mencium kedua pipinya dan aku sejenak mencium hidungnya (di situ kurasakan desah nafasnya agak memburu) lalu akhirnya aku mencium bibirnya yg sudah agak terbuka sejak tadi. Sambil melakukan itu kedua tanganku juga beraksi dengan halus. Tangan kananku merangkulnya melewati belakang kepalanya kadang di bahu kanannya dan kadang di tengkuknya di belakang rambutnya yg terurai. Sedang tangan kiriku merangkul punggungnya dan mengusap paha kanannya secara bergantian.
Ciuman bibir mulai kuintensifkan dengan memasukan lidahku ke mulutnya. Ia gelagapan namun tangan kananku memegang tengkuknya untuk meredam gerakan kepalanya. Ternyata ia tidak biasa dicium dgn memasukan lidah ke mulut yg kelak baru saya ketahui belakangan.. Tangan kiriku terus bergerilya, aku menarik bagian bawah dasternya yg ia duduki agar tangan kiriku bisa masuk ke sela2 antara daster dan punggungnya. Berhasil, tanganku mengusap punggungnya yg halus namun masih kurasakan tali BH nya di situ. Dengan pelan2 kubuka tali BH nya. Terasa ada sedikit perlawanan dari dia dengan menggerak2an punggungnya sedikit. Iapun hampir melepaskan mulutnya dari mulutku. Namun bibirku terus mengunci bibirnnya dan tugas tangan kiriku membuka pengait BH nya dibelakan sudah terlaksana. Tangan kananku langsung berpindah dengan menyelinap di balik daster bagian depan dan menuju BH nya yg sudah terbuka. Aku biarkan BH tsb dan tangan kananku menyelinap di antara BH dan payudaranya. Aku elus2 dan cubit2 pelan payudara di sekitar putingnya beberapa saat sebelum akhirnya menuju puting sampai akhirnya payudara yang memang sudah tidak terlalu kencang tapi cukup besar itu kuremas2 bergantian kiri dan kanan. Saat itu mulutnya menggigit bibirku, aku terkaget2, dan dengan cepat kutanggalkan daster dan BHnya dan ia kutelentangkan dikasurku. Ia rebah di kasurku dengan hanya mengenakan celana dalam yg sudah tua dan sedikit lubangnya di bagian selangkangannya. Aku langsung menggumulinya dengan mulutku langsung menuju mulutnya. Ia sempat melenguhkan suara yg sepertinya menyebut namaku. Aku tidak peduli. Mulutku bergeser ke lehernya dan kudengar ia berkata dgn tidak jelas …. ”aduh kenapa kita jadi begini?”. Aku tdk peduli dan mulutkupun bergeser ke payudaranya secara bergantion. Akhirnya suaranya yg awalnya seperti keberatan menjadi berganti dengan lenguhan dan desahan yg lirih.

Aku bangkit dr badannya sejenak utk melepaskan celanaku sampai akupun telanjang bulat. Kulihat ia sedikit kaget dan matanya terbuka melihatku seolah2 tak rela aku melepaskan tubuhnya. Namun secepat kilat setelah aku telanjang bulat aku kembali menggumulinya dan melumat bibirnya habis2an. Kedua tanganku merangkulnya dengan memegang erat bahu dan belakang kepalanya. Kupeluk ia erat2 dan iapun membalas ciuman bibirku dengan hangat bahkan liar. Matanya terpejam dan kedua tangannyapun memeluk diriku dan kadang megusap punggungku. Mulutku beralih ke payudaranya. Sekarang aku baru bisa melihat jelas bentuk payudara dan tubuhnya yg lain. Memang bukan bentuk yg ideal sebagaimana umumnya diceritakan di cerita2 saru lainnya. Payudaranya memang besar (aku tidak tau ukurannya) tapi sedikit turun dan tdk kencang. Tubuhnya masih proporsional walaupun cenderung gemuk dengan adanya lipatan2 lemak di pinggangnya dan perut yg kendur karena bekas melahirkan (mungkin), namun kulitnya begitu halus. Mulutku lalu melumat puting payudaranya yg kiri dan tangan kiriku meremas payudara yg kanan. Sedang tangan kananku bergerilya ke selangkangannya dan mengusap2 bagian yg masih terbungkus celana dalam tersebut. Jari2 tanganku menemukan lubang pada robekan celana dalamnya yg sudah tua sehingga jari2ku tsb bisa mengakses ke bagian selangkangannya yang mulai lembab pd rambutnya yg kurasakan cukup lebat. Jari2 kananku memainkan klitorisnya dan kadang2 kumasukkan ke dalam lubangnya sambil menggesaek2annya. Kurasakan desahan dan lenguhannya sedikit lebih keras menceracau. Sekilas kulihat kepalanya bergoyang ke kiri dan ke kanan dengan pelan tapi mulai liar. Tangan kirinya dia angkat sehingga jarinya ada didekat telinga kirinya sambil meremas2 seprai dan ujung bantal tidak karuan. Tangan kanannya mengusap kepala dan menarik2 rambutku.

Akupun mulai tdk bisa menahan diri lagi karena penisku sudah berdiri tegak sejak tadi. Ukuran penisku biasa2 saja (sebetulnya aku agak heran dgn ceritaa erotis yg bilang sampai 20 cm, aku tdk pernah mengukur sendiri). Kutarik celana dalamnya sampai lepas. Kemudian aku melepaskan tubuhnya dan mengambil posisi di antara dua pahanya. Waktu kulepas tubuhnya sejenak tadi ia sempat tersetak dan matanya terbuka seolah2 bertanya kenapa. Tapi begitu melihat aku sudah dalam posisi siap mengeksekusi dirinya iapun mulai memejamkan matanya lagi. Sambil kuremas2 payudaranya sebelum memasukan rudalku ke liangnya aku sedikit berbasa basi dan menanyakan apa ia ikhlas aku setubuhi malam ini. Dengan lirih ia mempersilakan dan bibirnya sedikit tersenyum. Kedua tangannya menarik badanku dan akupun mulai memasukkan penisku ke lubangnya. Walaupun sudah lembab dan ia pernah melahirkan, ternayata aku tdk bisa langsunga memasukkan penisku. Sampai2 tangan wanita yg telah lama menjanda dan kehidupan sehari2nya begitu kolot ini ikut membantu mengarahkan rudalku ke lubangnya. Rupanya nafsunya sudah membuat ia terlupa.

Di luar terdengar hujan mulai turun dengan lebat menambah liarnya suasana di kamarku dan pintu kamarku masih terbuka krn aku yakin tdk ada siapa2 lagi di rumah tipe 60 milik orang tuaku ini. Ujung rudalku mencoba merangsek kelubangnya scr pelan2 dgn gerakan maju mundur dan kadang2 berputar di area mulut lubangnya. Tidak terlalu lama rudalku mulai menembus liang senggamanya. Kepalanya bergerak ke kiri dan kanan. Matanya merem dan kadang setengah terbuka. Tangannya ke sana kemari kadang meremas seprai dan ujung bantal, kadang meremas rambutku dan kadang mengusap punggung dan bahkan mencakar punggung atau dadaku. Pinggulnya kadang menyentak maju menuju rudalku seolah2 sangat ingin agar rudalku segera masuk. Akhirnya rudalku yg sudah masuk sepertiganya ke liang senggamanya kucabut tiba2. Terlihat ia kaget dan membuka matanya. Ia memanggil namaku dengan suara yg sudah dikuasai birahi dan bertanya ada apa. Namun sebelum selesai pertanyaannya aku langsung dengan cepat dan sedikit tekanan menghujamkan rudalku ke liangnya yg walaupun sedikit seret tapi akhirnya bisa masuk seluruhnya ke dalam lubangnya dan aku memeluknya dengan mukaku begitu dekat dengan mukanya sambil menatap wajahnya yg penuh kepasrahan namun juga dikuasai birahi yg kuat.

Ia tersentak dan melenguh keras ………….. aaaaaaaahh …. sejenak aku mendiamkannya dengan posisi seperti itu. Ia mencoba menggerakkan pinggulnya maju dan mundur dengan ruang gerak yg terbatas. Aku pun mulai menggerakkan pinggulku ke belakang dan ke depan dengan gerakan pelan tapi pasti. Tanganku mulai mempermainkan kedua payudaranya dengan liar. Ia menceracau dan terus mendesah dan pinggulnya mencoba utk membawa diriku menggoyangnya lebih cepat lagi. Entah beberapa kali namaku ia sebut. Ia juga menceracau ia sayang dan mencintaiku. Dan aku yg sudah terbawa gelombang birahipun tidak memanggil ia ”bibi” lagi (ia sebetulnya terhitung nenekku, namun krn usianya tdk terlalu tua maka ia sering dipanggil bibi). Ya … dalam keadaan birahi tsb aku juga kadang menceracau memanggil namanya saja. Seperti tdk ada perbedaan usia dan kedudukan di antara kami.

Entah berapa lama aku menggoyangnya dengan gerakan yang sedang2 saja, tiba2 kedua tangannya merangkul tubuhku utk lebih merapat dengan dia. Aku pun melepaskan payudaranya dan juga akan merangkul tubuhnya. Kurasakan betapa lunak dan empuk tubuhnya yg agak gemuk dan memang sudah tidak terlalu sexy itu ketika kudekap. Semua bagian tubuhnya tidak ada yg kencang lagi. Namun kelunakan tubuhnya dan kehalusan kulitnya ditambah pertemuan dan gesekan antara kulit dadaku dgn kedua payudaranya membawa sensasi yg luar biasa bagi diriku. Irama gerakan pinggulku dan pinggulnya tetap stabil. Tiba2 ia mendesah dengan suara yg agak berbeda dan kedua matanya memejam rapat2. Ia mempererat dekapannya dan mengangkat pinggulnya agar selangkangannya lebih rapat dengan selangkanganku. Setelah itu kedua kakinya mencoba mengkait kedua kakiku. Gerakan bibir dan raut mukanya menunjukan kelelahan tercampur dengan kenikmatan yg amat sangat. Rupanya ia sudah orgasme. Ia membuka matanya dan wajahnya ia dekatkan ke wajahku sambil bibirnya terbuka dan memperlihatkan isyarat utk minta aku cium.

Bibirkupun menyambar bibirnya dan saling melumat. Ketika lidahku masuk kemulutnya, ternyata ia sudah bisa mengimbangi walaupun dengan terengah2. Terbayang reaksinya waktu orgasme tadi maka gairahku menjadi meningkat. Walaupun tau ia sudah orgasme beberapa saat setelah itu aku mulai meningkatkan kecepatan irama gerakan pinggulku utk membawa rudalku menghujam2 liang senggamanya.
Walaupun sambil berciuman aku tetap mempercepat gerakan pinggulku. Awalnya pinggulnya mencoba mengikuti gerakan pinggulku. Namun tiba2 ia melepaskan mulutku dan kepalanya bergerak kekiri dan diam dengan posisi miring ke kiri sehingga aku hanya bisa mencium pipi kanannya. Matanya merem melek. Dekapan tangannya ketubuhkupun ia lepaskan dan ia angkat ke atas sehingga jari2 kedua tangannya hanya meremas2 seprai di atas kepalanya. Kedua kakinya berubah gerakan menjadi mengangkang dengan seluas2nya. Aku jadi mempecepat gerakan pinggulku. Bahkan gerakan rudalku menjadi lebih ganas yaitu saat aku memundurkan pinggulku maka rudal keluar seluruhnya sampai di depan mulut liang senggamanya namun secepat kilat masuk lagi ke dalam lubangnya dan begitu seterusnya namun tdk pernah meleset. Tangan kiriku kembali meraba payu daranya dan kadang2 ke klitorisnya. Ia menceracau dan kali ini tidak menyebut namaku namun berkali bilang ”aduh …. ampun … sayang …” atau ”kasian aku sayang” dan bahkan ia bilang sudah tidak tahan lagi. Namun aku tau ia terbawa kenikmatan yg luar biasa yang sekian tahun tidak pernah ia rasakan. Malam dingin dan AC di kamarku tdk bisa menahan keluarnya keringat di tubuh kami.

Tiba2 kembali ia melenguh, kali ini lebih keras dan mulutnya maju mencari bibirku. Ya, ia kembali orgasme. Aku tidak menghiraukan mulutnya namun lebih berkosentrasi utk mempercepat gerakan pantatku sambil aku putar. Putus asa ia mencoba mencium bibirku ia rebah kembali, namun pd saat itu akupun mencapai puncaknya dan rudalku menyemburkan sperma yang banyak ke liang senggamanya. Sementara liang senggamanya berdenyut menerima sperma hangatku. Aku terkulai di atas tubuhnya dengan rudalku masih di dalam liang senggamanya. Kami berpelkan dgn sangat erat seolah2 tubuh kami ingin menjadi satu. Kami berciuman dan saling membelai. Berkali2 kami saling mengucapkan sayang. Iapun mengungkapkan betapa bahagianya ia krn selain bisa menolongku menyalurkan libidoku, juga ia merasa terpuaskan kebutuhan yang tdk pernah ia rasakan sekian tahu. Apalagi ketika setelah itu ia semapat bercerita betapa almarhum suaminya begitu kolot dalam bercinta dan sekedar mengeluarkan sperma saja. Ia baru tau bahwa bercinta dengan laki2 dapat lebih nikmat dibanding yg pernah ia rasakan.

Kami tertidur sambil berpelukan. Paginya ketika terbangun jam 8 pagi kami bercinta lagi dengan sebelumnya menelpon ke tempat diklatnya utk memberitahukan bahwa ia tdk enak badan. Ia adalah tipe wanina yg juga agak kolot. Beberapa variasi ia lakukan dgn kikuk. Ia sering tdk bersedia bila vaginanya aku oral dgn alasan tdk sampai hati melihat aku yg banyak menolongnya mengoral vaginanya. Tapi ia mau mengoral penisku kadang2. Biasanya ia mau kalau ia sudah tdk bisa mengimbangi permainanku sedang aku masih mau bercinta.
Selama sebulan ia tinggal di rumahku dan kami sudah seperti suami istri …. bahkan percintaan kami sering lebih panas. 2 hari setelah percintaan kami yg pertama aku malah sempat mengantar ia ke dokter utk pasang spiral agar tdk terjadi hal2 yg tdk diinginkan. Hal yg kusuka darinya adalah ia ternyata pandai menyembunyikan hubungan kami. Jadi bila ada tamu atau famili datang ke rumahku, sikap kami biasa2 saja. Memang aku sempat mendoktrin dia bhw hubungan kami ini adalah hubungan terlarang, namun krn awalnya menolongku maka tdk apa2 dilanjutkan krn ia harus mengerti dgn kebutuhanku sbg laki2 drpd aku kena penyakit bercinta di luaran maka ia tdk perlu tanggung2 menolongku. Selain itu hal yg kusukai dr dia adalah sikapnya yg berbakti kepadaku bila kami berdua saja. Hampir semua permintaanku mau ia terima selama ia anggap permainan normal. Ia bilang itu ia lakukan krn aku banyak menolongnya.

Kadang2 aku memutarkan kaset video BF utk memperlihatkan beberapa variasi padanya. Aku bahkan sempat melakukan penetrasi di anusnya. Sebetulnya kesediaannya utk disodomi itu dilakukan dgn terpaksa krn pd saat kami melakukan foreplay ternyata ia menstruasi. Melihat aku sudah di puncak birahi ia mencoba melakukannya dengan tangan dan mulut tapi tdk berhasil krn ia mmg tdk terlalu lihay. Akhirnya dengan dibantu hand body cream maka anusnya lah yg jadi sasaranku. Sebetulnya aku kasian juga melihat ia menitikan airmata waktu aku mulai menusukan rudalku ke anusnya. Tapi karena aku sudah berada di ujung kenikmatan maka aku tetap melakukannya.

Krn di rumah hanya kami berdua maka kami melakukannya di mana saja, bisa di kamar mandi, bisa di depan TV, dan lainnya. Hal yg paling mengesankan adalah suatu hari pada saat saya pulang jam istirahat siang, ternyata iapun baru pulang juga utk istirahat di rumah krn ada informasi instrukturnya akan datang terlambat sekitar setengah atau satu jam.

Mendengar penyampaiannya itu aku langsung mutup pintu rumah dan menyergapnya. Aku baringkan ia di atas hambal di ruang tengah depan TV. Ia gelagapan dan berteriak2 senang sambil berpura2 protes. Aku hanya menurunkan celana tidak sampai lepas dan iapun cuma kusingkapkan rok panjangnya dan melepaskan celana dalamnya. Baju PNS nya hanya kubuka kancingnya dan menarik BHnya ke atas. Kerudungnya aku biarkan terpasang. Sehingga kamu bercinta dgn tdk sepenuhnya telanjang. Mungkin krn agak tegang permainan kami menjadi lebih lama dr permainan biasanya. Akhirnya kami istirahat di rumah dengan hanya makan nasi dan telur dadar krn waktu istirahat tersita utk bercinta.
Pada saat ia kembali ke kotanya kami masih berhubungan sebulan 3-4 kali dalam sebulan. Namun setelah aku pindah ke kota lain hubungan kami jadi sangat jarang. Terakhir ia menikah lagi dengan seorang duda yang usianya 7 tahun lebih tua dari dia. Itupun ia terima setelah aku yg mendorong utk menerimanya wkt ia menceritakan bhw ada orang yg mau melamarnya.

Demikianlah ceritaku. Sebetulnya sampai saat ia bersuamipun aku tau kalau aku datang kepada dirinya dan ia punya waktu maka ia akan bersedia melayaniku. Hanya aku tdk mau mengambil resiko yg lebih tinggi.


Dingin-dingin asik banget bercinta – Cewek Bugil

March 4th, 2009

Dingin-dingin asik banget bercinta – Cewek Bugil, cerita dewasa kali ini berkisah tentang aku dan kekasih tercinta pada malam hari di sebuah kereta api.

Dingin sekali sekarang. Overcoat tidak ada kemampuan melawan alam. Gue menyusuri platform kereta menuju… kekasih gue, dambaan gue, belahan jiwa gue…

”Hi, sayang!” gue mendenger bisikan di telinga gue.

”Babyy…”

Gue berbalik dan memeluk erat sosok itu. Sudah lama sekali rasanya. I really miss him a lot! Dia kemudian memeluk gue, membuat posisi kita berhadapan, memandangi wajah gue, mendekatkan bibirnya pada dahi gue, memandangi bibir gue… For Godsake! This is a very thrilling moment! Dia selalu bisa memandang bibir gue dengan intens dan melumat bibir bawah gue dengan matanya.

“We have to go now sayang, because I really feel like I am going to make love to you right here right now. Ayo sayang…”

Dia menarik lengan gue halus, menyambar bawaan gue di pundaknya dengan sebelah tangan, dan sebelah lagi memeluk pinggang gue. Gue bisa merasakan panas badan dia, bisa merasakan aroma dia, dan yang paling penting… gue bisa merasakan rabaan tidak sabar di tangannya pada pinganggku.

Di taxi,

Gabungan kecerdasan, kekuatan dan maskulinitas ada dalam diri kekasih gue. Itu yang membuat gue tunduk pada dia. Termasuk tunduk pada nafsu dan passion yang kuat seperti ini… Saat ini… dia memeluk dari belakang gue. Tangannya sudah sampai pada kulit gue yang telanjang di balik baju. Tangan yang panas dan kuat, menyusup dan menemukan puting gue. Gue terkisap kaget. Gue terhentak oleh nafsu ini, dan gue berbalik menemukan dia tersenyum. Dia kemudian mengecup pundak gue dan berbisik

“ I really miss you baby. Jangan pernah lama-lama ninggalin gue sayang.”

Kiri kanan jendela mobil menampakkan gedung-gedung indah yang dibangun berabad-abad lalu tapi gue benar-benar tidak bisa fokus pada pemandangan itu. Gue menatap matanya terus… dan dia menatap gue. Setiap jarinya mengusap puting gue dan menekankan jarinya di puting gue. Gue terkisap dan memejamkan mata. Dia menekankan jarinya lagi di puting gue cukup kuat, dan gue tau dia bisa merasakan betapa puting gue sangat tegang penuh antisipasi. Taxi meluncur terus meninggalkan bandara menuju apertemennya.

Susah payah gue meredam nafsu ini… Gue bisa melihat bara di matanya yang siap terbakar kapan saja. Di gang menuju pintu kamar… dia menarik tangan gue dan meletakkannya di bagian depan pahanya… Gue bisa merasakan kekuatan “diri”nya.

Gue bisa membayangkan bagaimana “bagian” darinya itu akan mencabik-cabik gue dan membuat gue mengalir.

Pintu dibuka dan ditutup.

Belum sempat ditutup rapat.

Dia membuang semua bawaanku, menggunakan dua lengannya untuk meraihku, menutup pintu dengan merapatkan punggungku pada pintunya, dan… menciumku cepat, dalam, kasar, dan sangat…. (gue nggak tau istilah yang cocok) tapi rasanya sangat laki-laki. Bibirnya kebalikan dengan tindakannya adalah permukaan yang lebih halus, bertekstur menyenangkan, dan rasanya manis. Lidahnya campuran hasrat dan keahlian seorang penggoda, menyerobot masuk ke dalam mulut gue, merasakan lidah gue dan menghisap semua kekuatan gue. Melepaskan overcoat gue dengan sekali sentak.

Tiba-tiba tangan kanannya meraih kedua tangan gue dan mematoknya di atas kepala gue. Sehingga gue merasa sangat terekspos. Tangan kirinya menyentak kemaja gue dengan kencang sampai beberapa kancingnya lepas rasanya. Sebagian tubuh gue jadi terbuka dan telanjang. Matanya menjilati dada gue. Bra gue terbuka dari depan. Dada gue tegang sekali rasanya….

”Hhhhhhhh…….sayang…. gue….” Gue mulai susah berpikir apalagi harus bicara.

”Kenapa sayang….” balasnya kali ini dia memelankan gerakannya. Dia menggumam sambil mulai menyusuri lidahnya ke telinga gue. Duh… gue mulai melengkungan badan gue agar bisa bersentuhan dengannya. Semakin dekat mungkin semakin baik, badan gue haus sentuhan cowo satu ini. Dia menyusuri telinga, leher, dan belahan dada gue dengan bibirnya. Sebelah tangannya sibuk melucuti jeans gue dan jeans dia. Gue gak bisa berpikir, semuanya berkabut. Gue gak tau apa yang terjadi. Tiba-tiba… sesuatu yang hangat dan kuat berada dekat sekali dengan ”pusat diri” gue. Menyelip di tengah pangkal paha gue, memenuhi sela paha gue. Dan sekarang gue benar-

”Ughhh.. baby…” suara gue serak tak terkendali.

”You drive me crazy honey…You really drive me crazy” gumam dia di telinga gue.

Itu kalimat terakhir yang dia ucapin sebelum akhirnya….

Dia me-MASUKI gue. Just like that. Memasuki gue dengan intensitas nafsu yang luar biasa membakar. “Bagian” dirinya itu sangat kokoh, kuat, hangat… dan kurang ajar. Mendesak masuk. Merasakan ketidaksiapan gue. Agak kering. Gue mengernyit nyeri. Tapi tetap dia mendorong “bagian” itu dengan paksa untuk masuk. Masuk makin dalam. Makin mendekati leher rahim gue. Dan sampai. Membentur leher rahim gue dengan satu hentakan kuat.

“Sayaaaaaaaang….” Gue terpekik. Mata gue terbelalak dan bulir-bulir keringat di atas bibir gue mulai tampak. Dia menikmati kekuasaannya atas badan gue. Dia belum bergerak. Bagian dirinya masih ada di dalam gue, memenuhi vagina gue dan menyentuh ujung rahim gue. Rasanya seperti menjadi utuh. Gue mulai berdenyut dan merasa mulai meremas-remas.

“Hmmmm… baby. You are mine! You are really mine!” geramnya seiring dengan makin menghangatnya vagina gue. Gue udah melupakan nyeri awal penetrasinya. Rasanya indah memulainya dengan nyeri dan melanjutkannya dengan rasa penuh, menghangat dan mulai basah. Dia kemudian membeturkannya lagi ke ujung rahim gue, menyentak keras… sekali… dua kali… tiga kali…

“Ahhhhhhhhhhhhh………. Sialan lo sayaaaaang!!” gue cuma bisa memaki dengan pekik tertahan. Ada sedikit keterkejutan dalam wajahnya mendengar makian gue.

“Honey…watch out the words!” katanya pelan. Bibirnya dekat sekali dengan bibir gue.

“Sialan lo sayang!” pekik gue di depan bibirnya.

Dan dia menarik diri kemudian mendalami vagina gue lagi dengan sentakan yang lebih kuat dan hebat dari yang tadi.

“Aduh!” pekik gue lagi di depan bibirnya sedikit lebih keras.

Sekali lagi dia menarik keluar pusat dirinya dan menabrakkannya dengan keras pada ujung leher rahim gue.

“Damn you!” pekik gue lagi.

Dia keluar setengahnya dan mendorong kuat ke dalam vagina gue. Aduh!

“Sial…..” Pekikan gue tertahan karena dia membentur-benturkan “diri”nya di dalam vagina gue dengan kecepatan dan kekuatan yang makin meningkat. Gue mulai terengah-engah. Badan gue rasanya mau meledak. Gue melemah, rasanya kaki gue sudah tidak bisa menopang badan gue. Dia meneruskan sentakannya di dalam diri gue. Mata gue mulai berair… peluh membasahi bagian-bagian badan gue yang setengah telanjang. Air mata gue menggenang di sudut-sudut mata gue. Matanya bertemu dengan mata gue. Matanya meredup. Api didalamnya mewarnai iris matanya. Dia menghentikan hentakan dan desakannya yang nyeri dan menyenangkan. Dia belahan diri gue yang hilang, batinku. Dan terjadi….

Gue terkejut dan kaget setengah mati. Pusat diri gue berdenyut… cairan mengalir deras membasahi… alirannya menerobos sela-sela penetrasinya… membasahi sebagian paha gue dan paha dia. Dia tersenyum.

“You are mine, baby!” katanya lagi. Gue panik dan mulai berontak. Gue tidak akan pernah berada di bawah kekuasaan apapun, tidak pernah akan tunduk pada siapapun, tidak pernah!!!

Gue berusaha berontak. Melepaskan diri dari pesona yang bisa membunuh semua bagian hati gue. Gue harus lari. Gue tidak pernah akan pernah dikuasai oleh siapapun, tidak juga dia! Itu insting gue pertama kali. Pusat diri gue seperti mongering. Alirannya berhenti. Gue mendorong dadanya menjauh. Mencakar. Memukul.

Gue takut…

Kekuatan dia…

Gue lupa…

Dia terlalu kuat untuk gue.

Dengan mudahnya dia menahan rontaan gue dengan tubuh, tangan, dan matanya. Gue memejamkan mata. Air mata menyeruak mengalir di pipi gue.

Dia menarik dirinya keluar dari vagina gue. Gue mulai lega. Baru setengahnya, dia kemudian masuk lagi lebih pelan dari awalnya. Membuai gue dengan kelembutan dan rasa sayang yang rasanya tidak akan pernah berakhir. Dia bergerak-gerak lembut. Gue terbuai. Keadaan kering mulai lembab lagi. Dia bergerak-gerak keluar dan masuk menggoda. Gue benar-benar terbuai. Basah lagi. “Pusat diri” dia mengeras. Gerakannya tidak terkontrol. Cengkramannya semakin kuat pada bokong gue. Membawa dirinya masuk. Mendalami gue. Dia terlalu keras, terlalu panas, gue nggak tahan….

Gerakannya makin tidak terkontrol. Sementara gue akan meledak sewaktu-waktu.

Gila! Kenapa seperti ini rasanya pikirku.

Gue makin basah.

Akhirnya dia memeluk gue. Menangkup bokong gue. Membawa gue ke dalam gendongannya. Kedua kaki gue melingkari pahanya seperti digendong. Dia mengangkat gue. Kaki gue memeluk dia. Ujungnya yang berada dalam vagina gue menempel erat pada leher rahim gue. Berdenyut. Menguat. Dia meledak… cairan hangat… asing…

“Sayang… gue gak pake.. kita gak pake…”

“Shhhh sayang…. rasakan saja. Ini gue untuk lo.”

Cairan hangat membajiri vagina gue. Sentakan-sentakannya terasa. Hangat. Mengalir. Rahim gue langsung bereaksi. Rahim gue berkedut. Kita berdua berkeringat dalam keadaan setengah telanjang. Dia mencium dahi gue. Lembut. Gue lemas, bergantung pada diri dia, meminjam sedikit saja kekuatannya.

My lover is a great lover. Dia menggendong gue dan menempatkan gue di tempat tidurnya. Lucu sekali. Gue baru sadar kalau kita tadi making out tepat di balik pintu apartemennya. Gila. Dia melepaskan semua sisa-sisa pakaian gue dan pakaian dia dengan tatapan mata yang tidak pernah lepas dari mata gue. Kepalaku hanya mencapai setinggi dadanya saat berbaring ini. Gue bernafas pelan-pelan takut keajaiban ini cuma mimpi dan akan hilang seiring hembusan nafas gue keluar. Nafas gue hangat dirasakan di dadanya.

Gue mencium dia. Tak sengaja. Tepat di putingnya. Puting dia mengeras. Tegak. Gue menjilati putingnya perlahan. Merasakan asin dirinya. Tekstur lidah gue menempel pada sekitar putingnya. Gue menekankan lidah gue pada putingnya. Meliuk-liukkan ujung lidah gue menggoda putingnya. Putingnya makin keras dan menegang. Gue semakin kegirangan. Semakin bersemangat. Gue menekankan lagi tekstur lidah gue di atas putingnya. Kemudian…… menghisapnya. Menekankan lidah gue dengan putingnya sementara seluruh putingnya ada di dalam mulut gue. Mengulumnya lagi. Dia mengerang. Erangan pertamanya yang gue dengar dalam keadaan sadar.

”Pleeeeeeeeeeeeeeeeeeease honey………..” erangnya sarat nafsu.

Kisahku dan Jenny

February 24th, 2009

Cerita dewasa kali ini adalah tentang kisah seorang anak muda yang masih berstatus pelajar di SMU, dimana tidak ada wanita yang berani mendekatinya, ternyata ada juga seorang wanita cantik satu sekolah yang tertarik dengan dirinya.

Sejak aku duduk di bangku SMA, aku selalu meraih ranking pertama dalam tiap semester, sikapku agak pendiam dan pemalu karena waktu itu mungkin diantara seluruh murid akulah yang termiskin, Walau demikian tidak sedikit teman sekelasku yang wanita mendekatiku, yah mungkin untuk sekedar nyontek kalau ulangan, diantara sekian banyak cewek, ada yang sangat menarik perhatianku, namanya Jenny, julukannya TOGE PASAR (TOket GEde PAntat beSAR).

Kulitnya putih bersih, Rambutnya dipotong cepak seperti lelaki, selalu di jelly sehingga kelihatan basah dan seolah memamerkan lehernya yang jenjang dan mulus putih, bibirnya pun selalu diberi lipgloss, bodynya luar biasa seksi, lelaki manapun pasti akan tergiur dengannya, apalagi tiap sekolah selalu memakai rok diatas lutut, praktis Jenny menjadi idola di sekolahku, Pria bagaikan semut yang berebut gula, namun aku tak tahu Jenny malah sering mendekatiku yang secara fisik, materi dan lain-lain yang aku punya, jauh dibawah teman-teman priaku, mungkin hanya sedikit kecerdasan yang jadi andalanku.

Memang keakrabanku dengan Jenny kian hari kian erat, aku sering kerumahnya membantu menjelaskan pelajaran-pelajaran dari sekolah, Nah waktu di rumahnya Jenny selalu mengenakan kaos tanpa lengan dan celana pendek, Sehingga saat itu aku yang belum pernah tahu arti seks dan sedang dalam gairah yang tinggi, dibuatnya ngaceng terus, apalagi kalau pas nerangin pelajaran kadang kulitnya yang halus bersentuhan, Senjataku pasti langsung meronta-ronta didalam celanaku.

Pernah waktu itu aku datang dia masih tiduran dikamarnya, aku yang sudah akrab dengan keluarganya langsung saja masuk ke kamarnya, dan pemandangan indah yang tidak pernah aku lupakan seumur hidupku, saat itulah aku pertama kali melihat paha mulus seorang wanita sampai pangkalnya, bulu ketiaknya sangat hitam dan lebat, karena posisinya waktu tidur itu hanya mengenakan celana dalam dan BH saja, Buah dadanya yang besar menyembul sebagian karena BH-nya tidak mampu menutupi seluruhnya, kakiku sampai gemetar menyaksikannya, Senjataku terasa mau memuncratkan sesuatu, sayang waktu itu imanku masih kuat, aku bergegas menutup kamarnya, dan berlari ke kamar mandi, aku langsung mengeluarkan senjataku yang kaku dan mengocoknya sambil membayangkan Jenny, tak lebih dari 5 menit, spermaku muncrat mengotori sebagian dinding kamar mandi.

Dari cerita-cerita Jenny, akhirnya aku tahu bahwa saat ini dia sudah punya pacar yang sudah sangat mapan, mobil punya, rumah punya, kerjanya sebagai manajer, hubungannyapun sudah termasuk serius, namun sayang ketika aku Tanya arti serius, Jenny tidak menjawab, malah mengatakan, aku masih kecil dan belum tahu apa-apa! Memang sih saat itu aku belum tahu apa-apa tentang seks, namun dari bacaan stensilan, juga film-film BF yang aku tonton, aku merasa sudah mahir dalam teori.

Keakrabanku makin erat kala Jenny memintaku memberikan les privat kepada adiknya yang masih SMP, namanya Elrika, Tipe-tipe orangnya sama dengan Jenny, hanya bodynya agak kurus. Jadi setiap pagi sebelum sekolah, aku harus memberikan private kepada adiknya, memang khusus matematika dan fisika, Elrika tergolong lemah, namun berkat kesabaran dan teknik mengajarku yang baik, aku berhasil membuat Elrika menyukai pelajaran fisika dan matematika, bahkan nilai-nilainya setelah aku pegang menjadi sangat baik.

Pagi itu, Kalau tidak salah hari Sabtu, seperti biasa aku memberikan privat kepada Elrika, Namun kali ini Jenny tidak ada, Mungkin sedang jalan-jalan dengan cowoknya, karena setahuku cowoknya Jenny libur kerja hari sabtu, memang cowoknya Jenny baik sekali, orangnya royal, meskipun agak pendek, tapi penampilannya selalu rapi.

Pagi itu ternyata jadwal pelajaran Biologi yang membahas tentang alat reproduksi pria dan wanita, Aku agak grogi juga neranginnya, apalagi Elrika selalu tersenyum nakal seolah menggodaku, wajahnya yang lebih manis dari Jenny memerah saat aku terangkan bahwa Penis adalah bagian vital tubuh pria yang berperan dalam memperoleh bayi, pada wanita disebut vagina. Tau bahwa aku grogi Elrika malah menggodaku.

“Kak, Rika belum pernah liat penis, Rika boleh lihat tidak?”

Aku tak bisa bayangkan betapa mukaku saat itu malu, namun tercampur dengan nafsu, Membayangkan itu penisku langsung saja berontak dalam celanaku, namun aku berusaha tenang.

“Memang Rika mau lihat penis siapa?” tanyaku.
“Penis kakak saja, kan kakak yang ngajarin Rika?”
“Berani juga nih anak!” pikirku, Aku yang sudah nekatpun tak kalah berani, kuusir perasaan malu dalam diriku.
“Kalau mau lihat di kamar mandi sekarang!” sahutku.
“Ah disini saja” jawab Rika manja.
“Nanti kalau ketahuan mama kamu gimana?”
“Biar saja, kan Rika lagi belajar!”

Aku sempat bingung dan ragu, Apakah Rika polos? Atau ingin menggodaku? Akhirnya dengan ragu-ragu aku keluarkan penisku yang sudah tegang dari celanaku.

“Nih, lihat baik-baik” kataku.

Rika mendongakkan kepalanya untuk melihat lebih jelas bentuk penisku, mungkin pandangannya terhalang oleh meja dihadapannya, Aku berdebar-debar menanti kelanjutannya..

“Kok lain ya sama anak kecil?”
“Rika boleh pegang, Kak?”

Aku hanya mengangguk, Elrika berdiri mendekatiku dan langsung menggenggam senjataku, aku merasakan nikmat yang luar biasa saat tangan Rika mengenggamnya, Rika pun aku lihat agak memerah mukanya..

“Kok keras ya Kak?”
“Oh ini namanya penis kakak sedang ereksi” terangku dengan nafas yang memburu

Untunglah atau mungkin tepatnya sialnya! Rika tak meminta lebih jauh, terpaksa pulang dari rumah Rika aku langsung ke kamar mandi menuntaskan hasrat yang belum tersalurkan.

Senin pagi, aku sudah siap untuk memberikan privat, namun ternyata Elrika nya tidak ada, Jenny bilang mungkin hari ini tidak les, karena ada keperluan mendadak, dan sekarang sedang pergi dengan mamanya.
“Ya udah, gua balik ya Jen?” pamitku
“Ntar dulu Yud, sini kita bicara ke kamar gua!”

Aku deg-degan, jangan-jangan Rika cerita peristiwa sabtu kemaren ke Jenny, namun aku berusaha setenang mungkin, setelah aku dikamarnya, tanpa basa-basi lagi Jenny pun menanyakan peristiwa kemaren sabtu, pas dengan dugaanku!

“Yud, kemaren bener loe ngasih unjuk penis loe ke adik gua?”

Aku jawab apa adanya dan aku jelaskan sejujurnya bahwa Rika lah yang meminta! Untunglah Jenny tidak marah, malah dia pesan kepadaku untuk berhati-hati dengan adiknya!, aku jadi bingung sendiri!

“Yud, sekarang kalau gua yang minta ngelihat penis loe boleh?” aku terkejutnya bukan main, aku pandangi wajahnya yang cantik, aku lihat tidak ada nada bercanda di sinar matanya,
“Memang kenapa Jen?” sahutku ragu
“Terus terang aja, gua penasaran, kata Rika penis loe gede, panjang lagi!” sahutnya tanpa malu-malu.
Aku jadi terbawa berani.
“Ah, bohong Jen, biasa aja!”
“Ya udah sekarang buka, gua mau lihat!”

Mungkin karena terbawa rasa takut, penisku tidak mau ereksi, aku keluarkan penisku yang masih loyo dihadapannya, ternyata reaksi Jenny cukup mengagetkanku.
“Wow, gede banget Yud!”
“Apanya yang gede, orang lagi tidur”
“Punya pacar gua aja kalau lagi bangun tidak sepanjang dan segede ini Yud! Suer!”
“Coba lu bangunin Yud!” pinta Jenny
Kali ini aku yang sudah bisa menguasai diri dari rasa takut, berbalik menggodanya
“Lu dong yang bangunin!” sahutku

Jenny diam, mungkin ragu, tapi tak lama, jari-jarinya yang lentik sudah menggenngam senjataku, tidak lebih dari 5 detik, senjataku langsung membengkak kaku dalam genggaman tangannya, aku perhatikan muka Jenny agak memerah, mungkin menahan gairah nafsunya,

“Yud, terus terang, gua udah kenal 3 kontol sampai sekarang!, dan kontol loe yang paling gede!” sambil bicara Jenny dengan trampilnya mengocok senjataku.

Aku merasakan nikmat yang luar biasa, aku mengerang tak sadar, dan tiba tiba saja Jenny memelukku, bibirnya yang sensual menerobos mulutku, Aku yang sudah dikuasai birahi pun tak kalah siap, Aku balas melumat bibir Jenny, lidah kami saling mendorong dan mengait, sementara tangan Jenny masih terus mengocok senjataku yang terasa semakin kaku dan membengkak, Sebenarnya aku sudah tak tahan ingin memuncratkan kenikmatan, namun aku ingat bahwa dalam cerita stensilan yang aku baca, aku sebagai lelaki tidak boleh keluar lebih dulu sebelum pasangan main kita keluar.

Aku lepaskan pelukannya, aku serang Jenny dengan imajinasi-imajinasi yang aku dapat dari cerita dan film, aku rebahkan Jenny dikasurnya, kini aku yang menyerangnya, Aku cium seluruh wajahnya, dari dahi, hidung, bibir, pipi, lehenya, dan telinganya, sambil saling melumat bibir Jenny membuka kemejaku, aku pun tak mau kalah, membuka kaos tanktopnya, apalagi melihat rimbunnya bulu ketiak Jenny, nafsuku semakin tak terbendung, satu persatu pakaian kami bertebaran dilantai, kini tubuh kami berdua bagaikan bayi, polos tanpa sehelai benangpun.

“Yud, tolong kunci pintu kamar dulu” pinta Jenny, suaranya agak serak mungkin karena terbawa gairah.

Setelah mengunci pintu kamar, Aku kembali menciumi seluruh tubuh Jenny, buah dadanya yang montok menjadi sasaran mulut dan jari-jariku, Tak puas-puasnya aku mencumbui seluruh permukaan tubuh Jenny, Aku keluarkan seluruh imajinasiku yang selama ini belum pernah tersalurkan, aku puaskan keinginanku tentang tubuh wanita, kekenyalan buah dada Jenny membuat aku betah berlama-lama di dadanya, Lidahku yang hangat mengecup puting buah dadanya yang masih merah, satu tanganku aku gunakan memilin puting buah dadanya yang satunya, sementara tanganku satu lagi menggosok-gosok memeknya yang sudah basah! Entah sudah berapa kali Jenny mengerang dan memintaku memaasukkan kontolku yang pentolnya sudah mengkilap oleh cairan nafsu! Namun aku belum puas, aku tak tahu berapa lama aku mencumbu dadanya, menciumi keteknya, apalagi menjilati memeknya! Akupun tak tahu berapa kali Jenny mengejang kaku melepaskan orgasmenya! Yang aku tahu aku harus selama mungkin mencumbunya! Memuaskannya, dan memuaskan seluruh keingintahuanku!

Setelah seluruh tubuh Jenny dari leher sampai ujung kaki penuh dengan bekas cupanganku, akhirnya aku baru memasukkan senjataku yang kaku ke dalam memeknya yang sudah basah, Beberapa kali aku gagal memasukkan kontolku, akhirnya Jenny menggenggam senjataku menuntunnya pada lubang yang benar sambil berkata, “Tekan sekarang, Yud!”.
Perlahan aku tekan kontolku, akhirnya sedikit demi sedikit aku merasakan pertama kalinya kontolku memasukki memek, sungguh nikmatnya luar biasa, Aku lihat Jenny yang sudah kelelahan kembali bergairah.
“Terus Yud!, tekan yang dalam!”

Aku mulai menggerakkan pinggangku seiring dengan keluar masuknya kontolku dalam celah sempit memek Jenny, Sekitar 5 menit aku memompa memek Jenny dengan nafsu, Aku berusaha keras semampuku menahan semprotan pejuku, tak lama Jenny mengapit pinggangku dengan dua pahanya yang gempal, matanya terbalik, dan tubuhnya mengejang disertai dengan jeritan kuat!

Mungkin Jenny sudah keluar pikirku! Aku langsung mempercepat pompaanku, kontolku terasa semakin membengkak dalam memek Jenny yang sempit, akhirnya akupun tak tahan, aku segera cabut kontolku dari memek Jenny (sampai mengeluarkan bunyi “Plop”) dan kusemprotkan cairan nikmatku diatas perutnya.. aku memejamkan mata menikmati seluruh rasa nikmat diseluruh tubuhku, aku takpeduli spermaku berhamburan sampai kebuah dada Jenny bahkan saampai ke mukanya..

“Gila, loe hebat banget, Yud!” Jenny menciumku mesra, aku yang baru pertama merasakan nikmatnya dunia, masih penasaran, Aku kembali melumat bibir Jenny dan meremas-remas lembut buah dadanya!
“Udah, Yud! Gua cape, lagian udah siang! Bentar lagi kan sekolah!”
aku lihat jam sudah menunjukan 11.30 berarti bentar lagi harus sekolah, aku ngalah, aku kenakan pakaianku kembali!
“Jen, terus terang gua baru pertama kali ngewe”
“Gua tahu, loe masih kaku tapi jujur, loe termasuk hebat!, cowok gua paling kuat 10 menit! Dan biasanya gua paling top sekali keluar! Bahkan sering tidak keluar! Tapi dengan loe tadi gua sampai 5 kali keluar!, dengkul gua sampai gemeter nih!”
“Tapi ada yang gua nggak suka dari loe! Besok-besok jangan bikin cupangan kaya gini! Ntar kalau ketahuan pacar gua gimana? Untung masih hari senin!”
Aku hanya mengangguk dan tersenyum..

Sejak itu keakraban aku dengan Jenny semakin tak terpisahkan, Di sekolah sudah tertanam image bahwa dimana ada Jenny pasti ada yudas! Aku bangga bisa memiliki Jenny meskipun aku tahu tidak mungkin 100%, Hari-hari yang aku lewati dengan Jenny semakin seru, tiada hari tanpa seks, bahkan pernah Jenny bicara dengan mamanya hanya dengan mengeluarkan kepalanya dari hordeng kamar, sementara aku dibelakangnya sedang asyik menusuk memeknya dengan gaya doggy.

nte Rissa sekali lagi. Hhh.. akhirnya aku pun tertidur di taksi.


eth betul-betul lihay.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar