Jumat, 02 Juli 2010

tempo v/s porli

Mengapa Tempo Memakai Sampul Celengan Babi

Majalah Tempo Edisi 28 Juni - 4 Juli 2010

TEMPO Interaktif, Jakarta - Pemimpin Redaksi Majalah Tempo Wahyu Muryadi meminta semua pihak menginterpretasi cover majalah Tempo edisi 28 Juni-4 Juli "Rekening Gendut Perwira Polisi" dengan tenang dan pikiran jernih.

"Kami sama sekali tidak punya motif melecehkan institusi Kepolisian RI. Jika ada yang menyamakan polisi dengan babi itu keliru besar," kata Wahyu, Rabu (30/6) menanggapi rencana gugatan yang akan dilayangkan Mabes Polri kepada Majalah Tempo.

Wakil Juru Bicara Markas Besar Kepolisian Brigadir Jenderal Zainuri Lubis hari ini mengatakan Mabes Polri telah menyiapkan materi gugatan untuk Majalah Tempo.

Kata Zainuri, Mabes Polri masih mempertimbangkan apakah akan menggugat perdata atau pidana Majalah Tempo. Untuk gugatan perdata, alasannya pemberitaan itu dinilai menjelekan institusi kepolisian. Karenanya, Polri meminta Majalah Tempo untuk minta maaf dan mengembalikan nama baik institusi. “Polri kan tidak pernah melakukan kejahatan tapi kalau orangnya mungkin,” ujarnya.

Sedangkan gugatan pidana, Majalah Tempo dianggap menghina institusi Polri dengan menampilkan gambar perwira yang menggiring celengan babi pada sampulnya. “Itu penghinaan, anggota Polri dan keluarga kecewa. Termasuk saya, tidak pernah menggiring celengan babi.”

Menurut Wahyu, Tempo memiliki empat alasan memilih celengan babi untuk menyimbolkan beberapa rekening Perwira Tinggi Kepolisian tersebut. Pertama, dari asal bahasa celengan diambil dari celeng yang artinya babi hutan.

Kedua, sejak zaman Majapahit terakota celengan juga selalu dalam bentuk babi. Ketiga, piggy bank (celengan) di luar negeri juga berbentuk babi. "Desain grafis Majalah yang masih muda-muda mengikuti perkembangan tren saat ini. Di film Toys Story yang sedang tren, artisnya si babi," katanya menjelaskan alasan keempatnya.

Kata Wahyu meski banyak ancaman, Tempo tak pernah khawatir dalam pemberitaan selanjutnya. "Kami yakin dan menghormati Polisi sebagai aparat

Dewan Pers: Gugatan Polisi ke Tempo Sebuah Kemunduran

Majalah Tempo Edisi 28 Juni - 4 Juli 2010

TEMPO Interaktif, ISTAMBUL - Anggota Dewan Pers Uni Z Lubis menyayangkan sikap polri yang akan mengugat Tempo terkait artikel rekening gendut petinggi polri. Menurut dia, langkah tersebut merupakan kemunduran bagi polisi.

“ Selama ini, Dewan Pers selalu mengapresiasi polisi karena mereka selalu berusaha menyelesaikan sengketa pers melalui Dewan Pers” kata Uni di Sela mengikuti kunjungan SBY di Istambul, Turki, Rabu (29/6).

Kasus terakhir polisi ke Dewan Pers adalah TV one soal makelar palsu. “ Jadi kalau sekarang mereka mengugat Tempo, itu kemunduran” Uni menegaskan.

Sikap memilih ke Dewan Pers dalam sengkata pers, kata Uni, juga dianjurkan oleh SBY. Sejauh ini, kata Uni, meski Dewan Pers belum lakukan penelitian cover dan konten Tempo, hal yang biasa dilakukan saat mediasi, dewan menilai Tempo melansir topik itu untuk memenuhi keingintauan publik atas perilaku pejabat publiknya. “ Kami belum meliat itikad buruk Tempo, Kecuali kalao nanti diketemukan dalam penelitian” kata Uni.

Tempo Akan Hormati Proses Hukum

Majalah Tempo Edisi 28 Juni - 4 Juli 2010

TEMPO Interaktif, Jakarta -Pemimpin Redaksi Majalah Tempo, Wahyu Muryadi menjelaskan hingga saat ini Tempo belum menerima respons atau teguran Kepolisian baik secara lisan maupun tulisan terkait pemberitaan Majalah Tempo edisi 28 Juni-4 Juli "Rekening Gendut Perwira Polisi". "Kami tidak punya pilihan selain menghormati proses hukum yang ada," katanya, Rabu (30/6).

Menurut Wahyu, Majalah Tempo saat ini dalam posisi menunggu respons dari Kepolisian. Tempo, kata dia, siap mempertanggungjawabkan setiap pemberitaan yang sudah dipublikasikan.

Kepala Bidang Penerangan Umum Markas Besar Kepolisian Komisaris Besar Marwoto Soeto,
mengatakan Mabes Polri hari ini telah mengirimkan surat teguran kepada Majalah Tempo. Surat teguran itu terkait berita dan gambar di sampul Majalah Tempo. “Teguran sudah dilayangkan tadi pagi,” kata Marwoto, Rabu (30/6).

Wahyu yakin penulisan berita majalah itu sudah melalui proses kerja profesional wartawan. Penulisan, kata dia, juga sudah sejalan dengan pasal 2 butir h Undang-Undang Pers No 40 Tahun 1999 tentang Pers. "Tetapi kalau mau menempuh proses hukum justru menjadi terang-benderang, mencegah kesalahpahaman," kata Wahyu.

Berdasarkan pasal 4 ayat 4 Undang-Undang Pers, kata Wahyu, Tempo punya hak tolak seperti menyembunyikan narasumber dalam mempertanggungjawabkannya di depan hukum.

Empat Alasan Tempo Memakai Simbol Babi Dalam Cover Majalah

Majalah Tempo Edisi 28 Juni - 4 Juli 2010

TEMPO Interaktif, Jakarta -Pemimpin Redaksi Majalah Tempo Wahyu Muryadi meminta semua pihak menginterpretasi cover majalah Tempo edisi 28 Juni-4 Juli "Rekening Gendut Perwira Polisi" dengan tenang dan pikiran jernih.

"Kami sama sekali tidak punya motif melecehkan institusi Kepolisian RI. Jika ada yang menyamakan polisi dengan babi itu keliru besar," kata Wahyu, Rabu (30/6) menanggapi rencana gugatan yang akan dilayangkan Mabes Polri kepada Majalah Tempo.

Wakil Juru Bicara Markas Besar Kepolisian Brigadir Jenderal Zainuri Lubis hari ini mengatakan Mabes Polri telah menyiapkan materi gugatan untuk Majalah Tempo.

Kata Zainuri, Mabes Polri masih mempertimbangkan apakah akan menggugat perdata atau pidana Majalah Tempo. Untuk gugatan perdata, alasannya pemberitaan itu dinilai menjelekan institusi kepolisian. Karenanya, Polri meminta Majalah Tempo untuk minta maaf dan mengembalikan nama baik institusi. “Polri kan tidak pernah melakukan kejahatan tapi kalau orangnya mungkin,” ujarnya.

Sedangkan gugatan pidana, Majalah Tempo dianggap menghina institusi Polri dengan menampilkan gambar perwira yang menggiring celengan babi pada sampulnya. “Itu penghinaan, anggota Polri dan keluarga kecewa. Termasuk saya, tidak pernah menggiring celengan babi.”

Menurut Wahyu, Tempo memiliki empat alasan memilih celengan babi untuk menyimbolkan beberapa rekening Perwira Tinggi Kepolisian tersebut. Pertama, dari asal bahasa celengan diambil dari celeng yang artinya babi hutan.

Kedua, sejak zaman Majapahit terakota celengan juga selalu dalam bentuk babi. Ketiga, piggy bank (celengan) di luar negeri juga berbentuk babi. "Desain grafis Majalah yang masih muda-muda mengikuti perkembangan tren saat ini. Di film Toys Story yang sedang tren, artisnya si babi," katanya menjelaskan alasan keempatnya.

Kata Wahyu meski banyak ancaman, Tempo tak pernah khawatir dalam pemberitaan selanjutnya. "Kami yakin dan menghormati Polisi sebagai aparat penegak hukum," katanya.

Mabes Polri Juga Kirim Teguran ke TEMPO

Majalah Tempo Edisi 28 Juni - 4 Juli 2010

TEMPO Interaktif, Jakarta - Mabes Polri, hari ini Rabu (30/6) mengirimkan surat teguran kepada Majalah Tempo terkait pemberitaan edisi Rekening Gendut Perwira Polisi. Surat teguran itu terkait berita dan gambar di sampul Majalah Tempo.

“Teguran sudah dilayangkan tadi pagi,” kata Kepala Bidang Penerangan Umum Markas Besar Kepolisian Komisaris Besar Marwoto Soeto, Rabu (30/6).

Menurut kepolisian, pemberitaan Majalah Tempo tentang dugaan transaksi keuangan perwira polisi yang mencurigakan sudah cukup mengganggu. Karenanya Polri menegur Majalah Tempo atas majalah edisi tersebut. “Padahal kan cuma beberapa anggota polisi saja, bukan institusi Polri-nya,” ujar dia.

Menurut Marwoto, teguran Polri ke Majalah Tempo ini merupakan teguran kedua. Teguran pertama dikirim saat Majalah Tempo memuat berita tentang dugaan keterkaitan Kepala Kepolisian Jenderal Bambang Hendarso Danuri dengan mafia tambang batu bara. “Karena ini sudah dua kali, jadi kami tidak menggunakan hak jawab.”

Selain menegur Majalah Tempo, kepolisian juga mengadukan masalah ini ke Dewan Pers untuk menjadi perantara antara Mabes Polri dengan Majalah Tempo. “Ya, sudah diadukan,” ujarnya.

Marwoto juga menyatakan bila Markas Besar Kepolisian saat ini mencari siapa yang membocorkan data rekening perwira polisi ke Majalah Tempo. “Pak Kapolri kan sudah bilang, cari siapa yang bocorkan data itu,” kata dia.

Berdasar informasi sumber Tempo di kepolisian, hari ini Kepala Kepolisian memerintahkan pengusutan dari mana sumber kebocoran data yang diberitakan Majalah Tempo. “Bukan berarti data itu benar, tapi kok berani sekali institusi kepolisian diobok-obok.”

Majalah Tempo di Kupang pun Ludes

TEMPO Interaktif, Kupang - Setelah dipasok ke Kupang, Nusa Tenggara Timur, sejak Selasa (29/6), majalah Tempo ludes terjual di pasaran. Bahkan pihak agen meminta agar dipasok lagi edisi majalah Tempo kali ini.

"Majalah Tempo sudah habis terjual, sejak masuk dari Selasa kemarin, karena berita tentang rekening Polri," kata Yane, staf Toko Buku Semangat, agen Majalah Tempo di Kupang, Rabu (30/6).

Pada umumnya, masyarakat di Kupang ingin tahu tentang laporan majalah Tempo yang mengulas rekening petinggi Polri. Yane mengatakan, setiap pekan pihaknya mendapat jatah majalah Tempo sebanyak 65 eksemplar dari sirkulasi Jakarta, yang dijual dengan harga Rp 30 ribu.

Majalah Tempo, menurut dia, sangat laris di Kupang, karena banyak dicari masyarakat. Tidak hanya edisi kali, tapi edisi-edisi sebelumnya juga banyak diburu masyarakat. "Edisi kali ini sudah habis terjual. Sedangkan, edisi sebelumnya yang juga dicari masyarakat tidak dikirim ke Kupang," katanya.

Ia mengaku, ludes terjualnya majalah Tempo edisi ini, bukan karena diborong oleh oknum polisi, tapi dibeli masyarakat yang berlangganan majalah ini.

Walaupun, banyak warga Kupang yang penasaran dengan sajian utama Majalah Tempo, namun majalah itu sudah habis terjual. "Masih banyak pelanggan yang memesan majalah Tempo untuk edisi kali ini," katanya.

Majalah Tempo di Balikpapan Laris Manis

Majalah Tempo Edisi 28 Juni - 4 Juli 2010

TEMPO Interaktif, Jakarta - Penjualan majalah Tempo laris manis di sejumlah kios dan agen yang berada di Balikpapan, Kalimantan Timur. Masyarakat Balikpapan rata rata ingin tahu laporan utama majalah Tempo yang mengulas rekening berjibun milik petinggi Polri.

"Sudah habis Senin sore lalu. Itu karena ada berita tentang rekening petinggi Polri. Mereka penasaran," kata Pemilik kios Koran di Klandasan Balikpapan, Abu, Rabu (30/6). Abu mengatakan, setiap pekan kiosnya menjual 10 eksemplar Majalah Tempo yang berasal dari sirkulasi Jakarta. Para pedagang Balikpapan menjual Majalah Tempo seharga Rp 27 ribu per eksemplarnya.

"Seluruhnya sudah habis tidak ada yang tersisa. Yang masih tersisa majalah Tempo edisi lama yang belum laku," paparnya. Namun, Abu memastikan para pembeli majalah Tempo tersebut seluruhnya adalah para pelanggan pembaca majalah investigasi ini.

Kasus ludesnya majalah Tempo berbeda dengan kejadian di Jakarta yang diduga ludes diborong oknum polisi. "Yang beli warga biasa karena penasaran dengan laporan utama Majalah Tempo," paparnya.

Pantauan Tempo, kelangkaan majalah Tempo hampir terjadi di seluruh kios dan agen besar Balikpapan. Kios didatangi wartawan di lokasi Klandasan, Balikpapan Center, Sepinggan, Rapak dan Balikpapan Permai.

Warga Balikpapan makin penasaran saat isi laporan utama majalah Tempo jadi polemik dengan petinggi Polri hingga diberitakan sejumlah media lain.

Komisi Hukum DPR Anggap Tak Zamannya Lagi Bungkam Media

Gdung MPR/DPR di Jakarta. TEMPO/Wahyu Setiawan

TEMPO Interaktif, Jakarta - Wakil Ketua Komisi Hukum Dewan Perwakilan Rakyat, Tjatur Sapto Eddy, mengatakan upaya pembungkaman media sudah tidak bisa digunakan di alam demokrasi. "Itu sudah tak zaman," kata Catur saat ditanya soal menghilangnya majalah Tempo di pasaran, Rabu (30/6).

Menurut Catur, aliran informasi saat ini sudah tidak bisa dibendung. Karena itu, dia menilai tidak tepat bila ada pihak yang merasa dirugikan oleh media, lalu membungkam media tersebut .

Ihwal menghilangnya majalah Tempo dari peredaran, menurut Catur, perlu ada semacam klarifikasi yang mempertemukan kedua pihak untuk bisa saling menguji kebenaran. "Kalau diborong terus yang untung Tempo," ujar dia.

Catur juga menyarankan pihak-pihak yang tidak puas sebaiknya menempuh mekanisme pengaduan etik, melalui Dewan Pers, meski jalur hukum terbuka untuk mereka.

Polisi Diminta Hormati Kebebasan Pers

Majalah Tempo Edisi 28 Juni - 4 Juli 2010

TEMPO Interaktif, Jakarta - Kalangan pers meminta polisi menghormati kebebasan pers dalam kaitan dengan laporan utama majalah Tempo edisi pekan ini berjudul "Rekening Gendut Perwira Polisi". "Kalau langsung mengambil langkah hukum, mereka tidak menghormati kebebasan pers," ujar mantan Wakil Ketua Dewan Pers Leo Batubara.


Leo mengingatkan Polri agar mengindahkan pesan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Presiden, kata Leo, pernah meminta, bila ada sengketa yang melibatkan pers, silakan menggunakan hak jawab. "Kalau tidak puas, mengadu ke Dewan Pers," kata dia.

Leo menambahkan, apa yang dilakukan Tempo adalah sebagai kontrol media atas kinerja kepolisian, sehingga langkah hukum yang diambil terhadap Tempo dianggap kurang tepat.

Langkah hukum yang akan diambil Polri juga mendapat tanggapan dari Aliansi Jurnalis Independen (AJI). Koordinator Advokasi AJI, Margiono, mengatakan apa yang akan dilakukan Polri sangat bertentangan dengan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers. "Polri tidak bisa langsung mengambil langkah hukum," kata Margiono.

Dia menjelaskan, dalam undang-undang itu diatur tata cara bila sengketa yang melibatkan pers terjadi. Karena itu, Polri, kata dia, seharusnya menggunakan hak jawab terlebih dulu.

Bila merasa tak puas, Polri bisa mengadu ke Dewan Pers. "Nanti Dewan Pers yang akan menilai apakah ada pelanggaran kode etik atau tidak," kata dia. "AJI menyarankan Polri untuk menghormati Undang-Undang Pers," ujar Margiono.

Sebelumnya, Markas Besar Kepolisian RI mengaku merasa terhina oleh gambar di sampul majalah Tempo. Karena itu, Polri memutuskan akan mengambil langkah hukum terhadap Tempo. "Cover itu sangat mencemarkan, menghina, merusak nilai-nilai kehormatan Polri," kata Kepala Divisi Humas Polri Inspektur Jenderal Edward Aritonang saat dihubungi kemarin.

Menurut Edward, setelah beredarnya majalah Tempo terbaru itu, Mabes Polri menerima telepon dari para anggota kepolisian di seluruh Indonesia. "Mereka mempertanyakan, kenapa kami sepertinya bergelimang binatang," kata dia.

Edward mempersilakan Tempo menganggap sampul itu sebagai celengan babi ataupun sebagai ekspresi seni. Tapi, bagi kepolisian, kata dia, yang digambar di halaman muka itu adalah sosok polisi dan tiga babi. "Itu binatang. Kami akan mengambil langkah hukum," ujarnya.

Mabes Polri menyayangkan munculnya cover babi itu karena seolah-olah mewakili anggota Polri. "Kami sudah korbankan nyawa. Kasihan mereka disimbolkan seperti itu," kata Edward.

Edward juga membantah tudingan bahwa pihaknya berada di balik aksi borong majalah Tempo sejak terbit pada Senin lalu. Alasannya, polisi tak punya uang untuk melakukan itu. "Mana bisa kami membungkam informasi," ujarnya. "Dari mana uangnya? Harganya saja sudah Rp 100 ribu."

Pemimpin Redaksi Majalah Tempo Wahyu Muryadi menilai ancaman Polri untuk mengambil langkah hukum terhadap Tempo sebagai sesuatu yang belum jelas. Meski begitu, pihak Tempo saat ini dalam posisi menunggu apa yang akan dilakukan Polri.

"Tapi, kalau gugat-menggugat, saya sarankan tidak usah," katanya.
Wahyu menyarankan Polri agar menggunakan langkah bertahap seperti yang diatur dalam Undang-Undang Pers. Langkah itu, dia mencontohkan, adalah menggunakan hak jawab. Dia menambahkan, apa yang telah dilaporkan majalah Tempo telah profesional dan sesuai dengan etika jurnalistik.

Fotokopi 'Rekening Gendut' Dijual Rp 5.000

TEMPO Interaktif, Jakarta - Aksi borong majalah empo edisi terbaru, yang memuat tulisan "Rekening Perwira Polisi", memaksa pengecer nekat menjual versi kopiannya. Mereka memperbanyak hanya artikel soal rekening gendut sebanyak delapan halaman.

"Dijual Rp 5.000," tutur Jhon, pengecer bacaan di kawasan pertokoan Jalan Sudirman, Pekanbaru, kemarin (29/6). "Kami sudah fotokopi banyak-banyak."

Sebenarnya di kota itu majalah Tempo beredar. Tapi suplai lebih sedikit dari permintaan. Akibatnya, majalah yang dibanderol Rp 27 ribu per eksemplar itu dijual dengan harga Rp 50 ribu, dan laris manis. "Hanya dua jam, laku 154 eksemplar. Sejak Senin kemarin para langganan sudah banyak yang memesan majlah tambahan," kaat Emi, salah seorang agen bacaan di lingkungan perkantoran Pekanbaru.

Kelangkaan majalah Tempo tak hanya terjadi di daerah. Ariantini Yatim, warga Bintaro Permai, Jakarta, mengaku gagal mendapatkan majalah ini dari agen koran langganannya. Ia akhirnya ditawari fotokopiannya, yang dijual Rp 5.000. "Hanya laporan utamanya saja, sekitar delapan lembar," ujarnya.

Eko, karyawan sebuah bank milk pemerintah, juga terpaksa membeli edisi fotokopian itu seharga Rp 10 ribu di sebuah kios majalah di Kalibata, Jakarta Selatan.

Foto Copy Majalah Tempo Terbaru Juga Laku di Pekanbaru

TEMPO Interaktif, Pekanbaru – Meski dijual dengan harga Rp 50 ribu per eksemplar atau naik dari harga eceran sebelumnya yang Rp 27 ribu, majalah Tempo edisi terbaru langsung ludes di Pekanbaru. Majalah berita mingguan yang biasanya di Pekanbaru beredar Selasa siang, menjelang Selasa sore ini juga tidak terlihat lagi di pasaran.

“Hanya dua jam laku 154 eksemplar. Soalnya sejak Senin kemarin para langganan sudah banyak yang memesan majalah tambahan,“ kata salah seorang agen bacaan di lingkungan perkantoran Pekanbaru, Emi. ”Malah ada yang minta tolong di foto copy. Soalnya saya hanya kebagian 160 eksermplar saja.”

Menurut Emy, sejak heboh berita aksi borong majalah Tempo dengan cover bertuliskan Rekening Gendut Perwira Polisi itu pada Senin (28/6) kemarin, pihaknya sudah menduga majalah yang sudah 20 tahun lebih diecernya itu, bakal laris manis. Apa lagi, sejak Senin siang kemarin, sejumlah pelanggannya mewanti-wanti agar majalah langganannya dipastikan dikirim.

“Malah ada yang minta tambahan beberapa eksemplar. Untuk tambahan itu, harganya bisa mencapai Rp 50 ribu per biji tapi tidak ada polisi yang membeli,” ungkapnya.

Lain lagi pedagang bacaan asongan di kawasan pertokoan seputaran Mal Pekanbaru di Jalan Sudirman. Sejumlah pengecer menyebut, mereka hanya kebagian beberapa eksemplar, dari masing-masing memperoleh puluhan jatah sebelumnya. Itu sebabnya, mereka menaikkan harga jual hingga Rp 50.000 per eksemplar. Juga ludes.

“Ada dua orang kawan pengecer yang mem-foto copy laporan majalah Tempo pekan ini, yang hanya depan saja. Hanya 8 lembar yang berisi cerita duit polisi itu, kopiannya bisa dijual Rp 5.000,” tutur Jhon, pengecer bacaan di bilangan Pertokoan Jalan Sudirman Pekanbaru. “ Kami sekarang sudah mem-foto copy banyak-banyak. Mudah mudahan laku.”

Aksi borong habis majalah Tempo edisi terbaru ini juga membuat sejumlah agen di Pekanbaru khawatir tidak dapat memenuhi jatah para pelanggannya. Untuk mengatasi itu, menurut salah seorang agen Tempo di Pekanbaru, pihaknya terpaksa meminta agar majalah Tempo yang bakal dikirim dari Jakarta itu, dibungkus dengan kertas majalah ber-lebel lain.

“Terpaksa kami siasati begitu. Pembungkusnya memakai kertas majalah anu tapi isinya tetap Tempo. Ini menjaga kepastian jatah pelanggan,” ujar salah seorang agen di Pekanbaru.

Sebenarnya aksi borong Tempo bukan kali ini saja. "Tidak jarang juga yang datang ke sini untuk membeli habis seluruh majalah. Tentu saja harganya berbeda. Tapi biasanya sehari kemudian kami minta kirimi lagi karena tetap dicari orang."

Polisi Garut Penasaran Hilangnya Majalah Tempo

Majalah Tempo Edisi 28 Juni - 4 Juli 2010

TEMPO Interaktif, Garut - Hilangnya majalah Tempo edisi terbaru di pasaran membuat semua orang penasaran. Tak terkecuali juga dengan anggota kepolisian di Kabupaten Garut, Jawa Barat. “Gua minta satu dong, di pengecer tidak ada nih,” ujar salah seorang perwira menengah Kepolisian Resor Garut yang enggan disebutkan namanya, Selasa (29/6).

Polisi tersebut membantah bila hilangnya majalah Tempo di pasaran diakibatkan oleh aksi borong. Dia juga mengaku tidak pernah memerintahkan bawahannya untuk melakukan sweeping. “Ngapain juga harus di-sweeping, justru saya ingin tahu isinya apa saja,” ujarnya.

Berdasarkan pantauan di sejumlah agen dan pengecer koran dan majalah, tak ada satu pun majalah Tempo yang terpajang. Seperti halnya pengecer koran yang berada di Bundaran Simpang Lima Tarogong dan Jalan Patriot yang berada di Lingkungan perkantoran Pemerintahan Kabupaten Garut.

Menurut Romy, salah seorang pengecer majalah di Jalan Patriot, sejak kemarin banyak masyarakat yang menanyakan majalah Tempo edisi minggu ini. Majalah Tempo dijual dengan harga sesuai banderol, Rp 26.500. “Majalah Tempo jadi penglaris, sejak tadi pagi sudah habis,” ujarnya. “Setiap minggu saya mendapatkan jatah sebanyak 10 eksemplar, kalau hari biasa terkadang tidak habis semua,” ujarnya.

Majalah Tempo edisi 28 Juni-4 Juli terbit dengan cover "Rekening Gendut Perwira Polisi", bergambar seorang polisi sedang memegang seutas tali diikatkan pada tiga babi kecil berwarna merah muda. Diduga isi berita dalam majalah tersebut menjadi sebab hilangnya majalah Tempo dari peredaran.

Edisi kali ini membuat laporan utama soal rekening jumbo para jenderal polisi. Laporan ini juga memuat indikasi rekening para jenderal di Mabes Polri yang mencurigakan.

Hasil analisis Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan menemukan ada puluhan miliar rupiah yang masuk ke rekening para jenderal polisi. Duit itu mengalir dari pihak ketiga tanpa kejelasan aktivitas bisnis yang dilakukan.

Sebut Kapolda Kalimantan Timur, Majalah Tempo Ludes di Samarinda

TEMPO Interaktif, Samarinda - Majalah Tempo edisi terbaru ludes terjual dari agen di Samarinda, Kalimantan Timur, Selasa (29/6). Majalah Tempo dengan laopran utama "Rekening Gendut Perwira Polisi" itu diterima agen di Samarinda Senin (28/6) sore.

Di salah satu agen Samarinda, MG Agency saat dikunjungi tersisa satu eksemplar dari 35 eksemplar yang diterimanya. Sedangkan di agency lain, Toko Buku Aziz, majalah sudah terjual seluruhnya.

"Ada mas tapi sudah sisa satu eksemplar," kata Andri salah seorang karyawan di MG Agency, Selasa (29/6). Menurutnya, majalah terjual oleh para pengedar dengan lapak di jalanan. Tapi ada seorang pengecer yang memborong 10 eksemplar setelah ia mendapatkan jatah enam eksemplar dari biasanya.

"Kenapa ia memborong itu saya tak tahu," ungkap Andri. Di toko ini majalah Tempo dijual dengan harga sesuai banderol, Rp 26.500. Ia mengaku dari sejumlah pembeli mengungkapkan dalam laporannya, Tempo menyinggung nama Kepala Kepolisian Daerah Kalimantan Timur, Inspektur Jendral Mathius Salempang.

Selain itu juga disebut mantan Kapolda Kalimantan Timur, Inspektur Jendral Sylvanus Yulian Wenas. "Ada pejabat polisi Kalimantan Timur yang dicari pembeli," ujarnya.

Dalam laporannya, majalah Tempo menuliskan harta kekayaan Inspektur Mathius Salempang mencapai Rp 8 miliar lebih. Sedangkan transaksi yang mencurigakan mencapai Rp 2,08 milyar.

Polwiltabes Bandung Sangkal Kirim Anak Buah Cari Tempo

Majalah Tempo Edisi 28 Juni - 4 Juli 2010

TEMPO Interaktif, BANDUNG - Kepala Polwiltabes Bandung Komisaris Besar Imam Budi Supeno menyangkal telah menyuruh anak buahnya untuk mengecek peredaran Majalah Tempo bertajuk 'Rekening Gendut Perwira Polisi' di wilayahnya. "Wah nggak ada itu, apa urusannya?" kata Imam saat dihubungi Tempo melalui telepon di Bandung, Senin (28/6) malam.


Imam mengakui mendengar adanya kabar pemborongan Majalah Tempo edisi terbaru di Jakarta. Namun ia menyangkal, ada perintah untuk melakukan itu di Bandung. "Tapi urusannya dengan kami di sini apa? Urusan Kamtibmas saja masih banyak, kok ngurusin Tempo. Nggak ada,"tegas dia.

Meski begitu, Imam sempat balik menanyakan identitas ketiga pengaku anggota Polwiltabes itu. "Supaya bisa kami telusuri sekalian kros cek bener nggak saya perintahkan mereka,"tandas dia.

Seperti diketahui, tiga pria yang mengaku polisi mendatangi kantor Tempo biro Bandung di Jalan Bengawan 7A, Kota Bandung, Senin malam. Seraya mengklaim anggota Kepolisian Wilayah Kota Besar Bandung, mereka menanyakan peredaran Majalah Tempo edisi terbaru.

"Mereka menanyakan berapa tiras Majalah Tempo di Bandung? Ada berapa agen majalah dan minta alamat agen untuk nanyain peredaran majalah,"kata Kepala Sirkulasi Tempo Biro Bandung Didit Setiaji, Senin (28/6) malam.

Datang mengunakan Taft warna putih, ketiga lelaki itu berpakaian preman. Kepada Didit, salah satu diantaranya mengaku bernama Elang, dan berasal dari Polwiltabes Bandung. Hanya lima belas menit, mereka bertamu di kantor, Didit ditanya segala rupa berkaitan dengan tiras dan peredaran Majalah Tempo.

Didit juga ditanya soal dimana agen-agen Majalah Tempo yang ada di Bandung. Kepada tamunya, Didit pun lalu menerangkan tiras Majalah Tempo di Bandung Raya sekitar 10 ribu eksemplar. Didit menolak memberikan alamat agen yang tercatat di kantornya.

Kepada tiga orang yang mengaku polisi itu, Didit menyarankan mereka ke bursa penjualan koran dan Majalah di Cikapundung, Bandung. " Saya sarankan kalau mau nanya agen dan anak buahnya supaya ke Pasar Cikapundung dini hari" kata Didit

Cikapundung atau Jalan Cikapundung Timur, atau di belakang Gedung Merdeka Bandung dikenal sebagai bursa dan distribusi koran dan majalah kalau pagi hari.

Polwiltabes Bandung Sangkal Kirim Anak Buah Cari Tempo

Majalah Tempo Edisi 28 Juni - 4 Juli 2010

TEMPO Interaktif, BANDUNG - Kepala Polwiltabes Bandung Komisaris Besar Imam Budi Supeno menyangkal telah menyuruh anak buahnya untuk mengecek peredaran Majalah Tempo bertajuk 'Rekening Gendut Perwira Polisi' di wilayahnya. "Wah nggak ada itu, apa urusannya?" kata Imam saat dihubungi Tempo melalui telepon di Bandung, Senin (28/6) malam.


Imam mengakui mendengar adanya kabar pemborongan Majalah Tempo edisi terbaru di Jakarta. Namun ia menyangkal, ada perintah untuk melakukan itu di Bandung. "Tapi urusannya dengan kami di sini apa? Urusan Kamtibmas saja masih banyak, kok ngurusin Tempo. Nggak ada,"tegas dia.

Meski begitu, Imam sempat balik menanyakan identitas ketiga pengaku anggota Polwiltabes itu. "Supaya bisa kami telusuri sekalian kros cek bener nggak saya perintahkan mereka,"tandas dia.

Seperti diketahui, tiga pria yang mengaku polisi mendatangi kantor Tempo biro Bandung di Jalan Bengawan 7A, Kota Bandung, Senin malam. Seraya mengklaim anggota Kepolisian Wilayah Kota Besar Bandung, mereka menanyakan peredaran Majalah Tempo edisi terbaru.

"Mereka menanyakan berapa tiras Majalah Tempo di Bandung? Ada berapa agen majalah dan minta alamat agen untuk nanyain peredaran majalah,"kata Kepala Sirkulasi Tempo Biro Bandung Didit Setiaji, Senin (28/6) malam.

Datang mengunakan Taft warna putih, ketiga lelaki itu berpakaian preman. Kepada Didit, salah satu diantaranya mengaku bernama Elang, dan berasal dari Polwiltabes Bandung. Hanya lima belas menit, mereka bertamu di kantor, Didit ditanya segala rupa berkaitan dengan tiras dan peredaran Majalah Tempo.

Didit juga ditanya soal dimana agen-agen Majalah Tempo yang ada di Bandung. Kepada tamunya, Didit pun lalu menerangkan tiras Majalah Tempo di Bandung Raya sekitar 10 ribu eksemplar. Didit menolak memberikan alamat agen yang tercatat di kantornya.

Kepada tiga orang yang mengaku polisi itu, Didit menyarankan mereka ke bursa penjualan koran dan Majalah di Cikapundung, Bandung. " Saya sarankan kalau mau nanya agen dan anak buahnya supaya ke Pasar Cikapundung dini hari" kata Didit

Cikapundung atau Jalan Cikapundung Timur, atau di belakang Gedung Merdeka Bandung dikenal sebagai bursa dan distribusi koran dan majalah kalau pagi hari.

Cari Majalah, Tiga Pria Ngaku Polisi Datangi Kantor Tempo Bandung

Majalah Tempo Edisi 28 Juni - 4 Juli 2010

TEMPO Interaktif, Jakarta -Tiga pria yang mengaku polisi mendatangi kantor Tempo biro Bandung di Jalan Bengawan 7A, Kota Bandung, Senin malam. Seraya mengklaim anggota Kepolisian Wilayah Kota Besar Bandung, mereka menanyakan peredaran Majalah Tempo edisi terbaru.

"Mereka menanyakan berapa tiras Majalah Tempo di Bandung? Ada berapa agen majalah dan minta alamat agen untuk nanyain peredaran majalah,"kata Kepala Sirkulasi Tempo Biro Bandung Didit Setiaji, Senin (28/6) malam.

Datang mengunakan Taft warna putih, ketiga lelaki itu berpakaian preman. Kepada Didit, salah satu diantaranya mengaku bernama Elang, dan berasal dari Polwiltabes Bandung. Hanya lima belas menit, mereka bertamu di kantor, Didit ditanya segala rupa berkaitan dengan tiras dan peredaran Majalah Tempo.

Didit juga ditanya soal dimana agen-agen Majalah Tempo yang ada di Bandung. Kepada tamunya, Didit pun lalu menerangkan tiras Majalah Tempo di Bandung Raya sekitar 10 ribu eksemplar. Didit menolak memberikan alamat agen yang tercatat di kantornya.

Kepada tiga orang yang mengaku polisi itu, Didit menyarankan mereka ke bursa penjualan koran dan Majalah di Cikapundung, Bandung. " Saya sarankan kalau mau nanya agen dan anak buahnya supaya ke Pasar Cikapundung dini hari" kata Didit

Cikapundung atau Jalan Cikapundung Timur, atau di belakang Gedung Merdeka Bandung dikenal sebagai bursa dan distribusi koran dan majalah kalau pagi hari.

Didit melayani pertanyaan mereka hanya lima belas menit. Ia mengaku tak sempat menanyakan nama lengkap serta satuan ketiga tamu yang mengaku dari Polwiltabes Bandung itu. "

Suplai Majalah Tempo Edisi Cetak Ulang Belum Lancar

TEMPO Interaktif, Jakarta - Suplai majalah Tempo edisi 28 Juni-4 Juli yang kemarin hilang dari pasaran masih belum lancar. Sejumlah agen mengaku belum mendapatkan majalah edisi cetak ulang dengan cover "Rekening Gendut Perwira Polisi" itu.

"Kami belum dapat majalah Tempo lagi hari ini," kata salah seorang agen koran dan majalah di sekitar terminal Blok M yang enggan disebut namanya, Selasa (29/6).

Menurut dia, pukul 02.00 kemarin, seluruh majalah Tempo dengan liputan utama "Rekening Gendut Perwira Polisi" yang ada di kiosnya diborong oleh orang yang berpakaian safari. Dia menjual majalah Tempo dengan harga sesuai bandrol yaitu Rp 27.000. Pemborong itu lalu memasukkan puluhan majalah Tempo ke dalam sebuah mobil Honda Jazz warna hitam. "Saya keliling ke agen lain, mereka bilang majalah Tempo juga dibeli oleh orang berpakaian safari," ujarnya.

"Saya tidak bisa bilang mereka polisi karena tidak mengenakan seragam. Tapi posturnya mirip orang dari satuan," katanya.

Menurut dia, selang pukul 02.00 hingga 05.00, majalah tempo dibeli dengan harga sesuai bandrol. Namun kemudian datang gelombang kedua pemborong berpakaian safari pada pukul 05.00 - 07.00, membeli majalah Tempo di kios lain dengan harga Rp 50.000. Lepas pukul 07.00, harga melonjak hingga Rp 100.000. "Ada juga agen yang menahan majalah agar tak disalurkan ke pengecer," ujarnya.

Hari ini, kata dia, belum ada orang yang memborong majalah Tempo. Selain karena majalah tersebut belum ada di pasaran, kemungkinan lain karena kejadian kemarin telah ditulis di berbagai media. "Baca aja di semua koran, sudah ada tulisannya," katanya sambil menyodorkan berbagai koran yang ada di kiosnya.

Di kios lain di seputaran Blok M, hanya beberapa penjual yang memiliki majalah Tempo. Itu pun jumlahnya tidak seberapa. Sementara penjual lain mengaku

Majalah Tempo Terbitkan Lagi Edisi Rekening Gendut

Majalah Tempo Edisi 28 Juni - 4 Juli 2010

TEMPO Interaktif, Jakarta - Menggantikan sekitar 30 ribu eksemplar majalah yang hilang di pasaran di kawasan Jakarta, Sirkulasi Majalah TEMPO mencetak ulang edisi terbarunya dengan cover "Rekening Gendut Perwira Polisi".

Menurut Kepala Divisi Sirkulasi dan Distribusi TEMPO Windalaksana, pencetakan ulang dilakukan Selasa (29/6), pukul 05.00 WIB. "Pagi ini sudah dicetak dan diluncurkan ke pasaran. Kami juga telah menerima laporan bahwa hingga saat ini, tak ada kendala di lapangan," ujarnya. Sehingga dia menjamin bahwa konsumen bisa mendapatkan majalah TEMPO di tingkat eceran.

Seperti diketahui, Majalah Tempo Edisi terbaru, Senin (28/6) hilang dari pasaran, karena diborong sejak pukul 04.00 WIB oleh sekelompok orang. Salah satu agen Majalah Tempo di kawasan Pramuka mengaku, tumpukan majalah yang baru keluar dari percetakan itu sudah diborong.

"Subuh, sudah diborong orang mirip polisi. Tapi mereka tidak berpakaian dinas" kata Afran Saragih kepada Tempo, Senin (28/6). Membawa mobil, tumpukan majalah itu diangkut dari lapak Saragih di kawasan Pramuka, sebelum Tempo sempat beredar di lapangan. Saragih mengaku, menerima 700 eksemplar Majalah Tempo dan pagi itu sudah tak tersisa satu pun di Lapak.

Terbit dengan Cover " Rekening Gendut Perwira Polisi", Majalah pekan ini bergambar seorang polisi tengah memegang seutas tali yang diikatkan pada tiga babi kecil berwarna merah muda diduga menjadi sebab habisnya majalah Temp

Majalah Tempo di Bandung Ludes sejak Pukul 9 Pagi

Majalah Tempo Edisi 28 Juni - 4 Juli 2010

TEMPO Interaktif, Bandung - Majalah Tempo edisi terbaru di Bandung sedikitnya habis terjual 1.100 eksemplar dalam hitungan jam. Pembeli mulai melapor kesulitan mendapat Tempo di eceran.

Kepala Sirkulasi Tempo daerah Bandung Didit Setiaji mengatakan, 1.100 eksemplar majalah Tempo yang terbit hari ini di sebuah agen ludes pukul 09.00 WIB. "Penjualan ini yang tercepat," katanya, Senin (28/6).

Agen lain melaporkan 100 eksemplar majalah dengan judul halaman muka "Rekening Gendut Perwira Polisi" terjual habis. Agen itu, kata Didit, besok meminta tambahan kiriman.

Adapun Lulu, warga Cikutra, minta dikirim majalah terbaru karena tidak menemukannya di eceran. Sejauh ini, belum diketahui ada tidaknya pemborong majalah Tempo edisi terbaru itu di Bandung. "Mungkin besok sudah ada laporan lengkapnya dari para agen dan sub agen," ujarnya.

Di Harmoni, Polisi Borong 2425 Eksemplar Majalah Tempo

Majalah Tempo Edisi 28 Juni - 4 Juli 2010

TEMPO Interaktif, Jakarta - Sebanyak 2425 Eksemplar Majalah Tempo dari tiga agen majalah dan koran di lapak koran depan Hotel Melati Jalan Hayam Wuruk, Jakarta Pusat, diborong polisi berpakaian preman pagi tadi. "Mereka reserse. Berjumlah 10 orang," kata salah satu agen majalah yang menolak disebut namanya.

Menurut dia, mereka sudah datang pada pukul 02.30 WIB, sebelum majalah didistribusikan. Dalam transaksi, Rozak menceritakan, polisi berani bayar berapa saja demi memborong majalah Tempo berjudul "Rekening Gendut Perwira Polisi" itu.

Akhirnya tercapai kesepakatan harga per-eksemplar yang seharusnya Rp 27 ribu menjadi Rp 40 ribu. Mereka membeli majalah dari agen Rozak sebanyak 1850 eksemplar, agen Sodik 500 eksemplar dan agen Purba sebanyak 75 eksemplar. "Semuanya mencapai Rp 100 jutaan. Dan dibayar cash," ungkapnya.


Saat membeli, agen itu menceritakan salah satu anggota polisi sempat menggertak dirinya. "Mereka maksa membeli," ceritanya. Dia mengira polisi itu berasal dari Polda atau Mabes Polri.

Di Pasar Minggu, Majalah Tempo Dibandrol Rp 40 Ribu

Majalah Tempo Edisi 28 Juni - 4 Juli 2010

TEMPO Interaktif, Jakarta - Majalah Tempo Edisi Terbaru dengan cover Rekening Gendut Perwira Polisi sejak Senin (28/6) subuh hilang dari pasaran karena diborong sekelompok orang. Beberapa lapak yang masih punya stok seperti di Pasar Minggu, Jakarta Selatan, berani dibandrol Rp 40 ribu per eksemplar. " Ini enggak seperti biasanya," kata Erna, pengecer Surat Kabar di Jalan Pertanian, Pasar Minggu Jakarta Selatan.

Menurut Erna, dia hanya mendapatkan satu eksemplar dari agen. Biasanya dia menerima tiga eksemplar. Itu pun, langsung terjual. " Hari ini ada 10 orang yang mencari. Mereka berani membeli Rp 40 ribu," katanya sambil tertawa. Harga banderol Majalah Tempo sendiri Rp 27 ribu.

Lain hal dengan Udin, pengecer surat kabar di Jalan Raya Ragunan, Jakarta Selatan. Dia akan menjual majalah sesuai dengan banderol harga. "Nggak mau saya dilebih-lebihkan," katanya.
Dia mengatakan, pagi tadi ada seorang perempuan yang berani memborong majalah. Padahal biasanya dia hanya menjual paling banyak tiga eksemplar. "Kalau ada 50 eksemplar juga dibeli sama dia," tuturnya.


Terbit dengan judul sampul "Rekening Gendut Perwira Polisi", majalah pekan ini bergambar seorang polisi tengah memegang seutas tali yang dikaitkan pada tiga babi merah muda. Diduga, itulah yang menjadi sebab habisnya Tempo dari peredaran.

Laporan utama di Tempo edisi 28 Juni-4 Juli 2010 ini mengulas soal rekening jumbo para jenderal polisi. Laporan ini juga memuat indikasi rekening para jenderal di Mabes Polri yang mencurigakan.

Polisi Belum Tahu Ada Aksi Borong Majalah Tempo

Majalah Tempo Edisi 28 Juni - 4 Juli 2010

TEMPO Interaktif, Jakarta - Markas Besar Kepolisian mengaku belum mengetahu ada aksi borong Majalah Berita Mingguan Tempo pada Senin (28/6) dini hari tadi. "Kami belum mendengar kabar (ada aksi borong) itu," kata Wakil Kepala Divisi Humas, Brigadir Jenderal Zainuri Lubis, kepada Tempo. Ia juga menyebut tidak tahu ada keterlibatan oknum polisi dalam aksi boromg itu.

Seperti diketahui, Majalah Tempo Edisi Terbaru yang terbit Senin, (28/6) hilang dari pasaran sejak pukul 04.00 WIB. Sejumlah pelanggan dan pembaca menelpon ke kantor redaksi Majalah Tempo, Jalan Proklamasi 72 Jakarta Pusat menanyakan kenapa majalah ini tak terlihat di pasaran.

Salah satu agen Majalah Tempo di kawasan Pramuka mengaku, tumpukan majalah yang baru keluar dari percetakan itu sudah diborong sejak pukul 04.00 WIB oleh sekelompok orang. "Tadi subuh, sudah diborong orang mirip polisi. Tapi mereka tidak berpakaian dinas" kata Saragih kepada Tempo, Senin (28/6).

Terbit dengan Cover " Rekening Gendut Perwira Polisi", Majalah pekan ini bergambar seorang polisi tengah memegang seutas tali yang diikatkan pada tiga babi kecil berwarna merah muda diduga menjadi sebab habisnya majalah Tempo dari peredaran.

Edisi kali ini membuat laporan utama soal rekening jumbo para jenderal polisi. Laporan ini juga memuat indikasi rekening para jenderal di Mabes Polri yang mencurigakan.

Hasil analisis Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan menemukan ada puluhan miliar rupiah yang masuk ke rekening para Jenderal Polisi. Duit itu mengalir dari pihak ketiga tanpa kejelasan aktivitas bisnis yang dilakukan.

Diborong Orang Berseragam Polisi, Majalah Tempo Edisi Terbaru Dicetak Ulang

Majalah Tempo Edisi 28 Juni - 4 Juli 2010

TEMPO Interaktif, Jakarta - PT Tempo Inti Media Tbk, penerbit Majalah TEMPO memutuskan akan mencetak ulang Majalah Tempo Edisi Terbaru menyusul lenyapnya majalah itu dari peredaran, Senin (28/6) dini hari. " Kami memutuskan mencetak ulang agar bisa diedarkan lagi ke pembaca " kata Windalaksana, Kepala Divisi Sirkulasi, Distribusi dan Pemasaran Tempo di Jakarta.

Seperti diketahui, puluhan ribu eksemplar majalah Tempo edisi terbaru hilang dari pasaran sejak Senin subuh. Beberapa pemborongnya adalah orang yang berseragam polisi dan memakai mobil polisi.

Terbit dengan Cover " Rekening Gendut Perwira Polisi", majalah Tempo pekan ini bergambar seorang polisi tengah memegang seutas tali yang diikatkan pada tiga babi kecil berwarna merah muda diduga menjadi sebab habisnya majalah Tempo dari peredaran. Edisi kali ini membuat laporan utama soal rekening jumbo para jenderal polisi. Laporan ini juga memuat indikasi rekening para jenderal di Mabes Polri yang mencurigakan.

Hasil analisis Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan menemukan ada puluhan miliar rupiah yang masuk ke rekening para Jenderal Polisi. Duit itu mengalir dari pihak ketiga tanpa kejelasan aktivitas bisnis yang dilakukan.

Menurut Winda, sejumlah agen telah melaporkan kepada Tempo, adanya pembelian besar-besaran oleh sejumlah kelompok, begitu majalah bergambar polisi dengan tiga babi kecil itu akan dijual.

Pembelian itu dilakukan Senin dini hari hingga menjelang subuh, langsung ke sejumlah agen dan distributor. Edisi yang lenyap dari pasaran itu adalah edisi eceran untuk pembaca. Namun khusus untuk para pelanggan, kata Winda, tetap aman. " Karena itu, untuk kepentingan publik secara luas, kami putuskan untuk cetak ulang" kata Windalaksana.

Soal berapa yang akan dicetak, Winda belum bisa memastikan karena sedang melakukan pendataan. Namun ia memastikan, edisi terbaru bisa didapat di lapangan, paling telat Selasa.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar