Sabtu, 25 September 2010

Aku Mendapati Adik Iparku Berbuat Mesum

Aku Mendapati Adik Iparku Berbuat Mesum
Cerita ini kejadiannya emang udah lama sekali tetapi sulit sekali aku lupain karena sangat jelas akan menyaksikan sendiri dengan kedua bola mataku. Rumahku ada di sebelah mertuaku dan di hubungkan dengan lorong rumah belakang yang ada pintunya dan aku mempunyai satu adik ipar yang sudah mahasiswa. Emang sih istriku hanya punya satu saudara aja yaitu adiknya yang bernama Ratih dan mempunyai pacar yang bernama Iksan. Mereka berdua udah pacaran sejak semester 1 sampai sekarang udah seperti adik kakak dan si pacarnya pun sering main kerumah dan mertua saya dua-duanya emang pedagang jadi hanya sebulan sekali pulang ke rumah.
Suatu hari istriku nggak ada di rumah dan aku datang kerja agak malam kira-kira setengah tujuh, aku langsung masuk rumah dan ganti baju selanjutnya ke belakang untuk cuci muka karena emang berdebu, karena kalau kerja aku selalu menggunakan motor roda dua sebagai alat transportasinya sehingga kalau nggak cuci muka terasa wajah tebal karena debu. Aku cuci muka sambil cuci muka aku mendengar ada suara yang agak mencurigakan telingaku. Suaranya seperti kalau kita menonton video xxx itu eh……………ah………….dan sebagainya pokoknya anda tahu sendirilah.
Sambil masih agak gemetaran aku keluar dari kamar mandi dan mencoba mencari arah suara itu, ternyata arahnya dari rumah mertuaku di bagian belakang. Akupun berusaha mengintip dari sela pintu yang nggak tertutup. Aku sudah panas hati karena ini pasti istiku yang selingkuh dengan orang lain, setelah terlihat ke dalam aku agak nggak berdebar karena ternyata adik iparku si Ratih sama pacarnya si Iksan yang bermain cinta. Tetapi aku masih agak gemetar dan panas tubuh menyaksikan karena aku belum pernah sama sekali mengintif orang yang lagi beginian.
Aku panas dingin melihatnya karena Si Iksan mengulum puting susunya si Ratih yang duduk di dapur belakang dan Si Iksan sambil berdiri mengulum putingnya adik iparku dan adik iparku mengeliatkan badannya bertanda menikmatinya. Sambil masih panas dingin aku mengintipnya terus dan kelihatannya mereka berdua udah panas beneran karena aku lihat Si Iksan melepas celana dalamnya Si Ratih dan mengulum anunya Si Ratih dengan ganasnya dan Si Ratih tambah mengeliat geliat sambil meremas remas rambut Iksan dan berdesah ah…………………..ough………………dengan lembut. Aku merasakan tegang yang luar biasa dan berkeringat panas dingin melihat video yang online langsung dan aku lihat si Ratih melorotkan celana dalam Si Iksan dan langsung mengulum Mr. P nya Iksan dengan lembut dan aku dengan Si Iksan berdesis desis menikmati kuluman Si Ratih ah……………………….ah……………………….ough……………..dan aku serasa nggak bisa menahan birahiku menyaksikan itu betapa tegang Mr. P ku saat itu.
Aku ikut larut merasakan panas nikmatnya permainan itu tetapi aku berusaha menahan untuk menyaksikan kejadiaan itu. Selanjutnya aku perhatikan semakin panas dan brutal………..

PERSIB TIM JUARA ATAU TIM PARA JUARA?

PERSIB TIM JUARA ATAU TIM PARA JUARA?
Penulis: Indra Waskita

TIM JUARA ATAU TIM PARA JUARA ?

Usai sudah polemik sementara tentang siapa pelatih Persib (sampai artikel ditulis,masih Jovo Cukovic), meskipun masih menyisakan rasa penasaran dibenak para bobotoh, terlepas dari siapapun pelatih Persib nantinya, serta meskipun prosesnya penuh dengan intrik,yang paling realistis adalah dalam hitungan hari Persib harus menghadapi pertandingan sesungguhnya.
PERSIB adalah sebuah tim besar di Indonesia yang sudah menjadi icon Jawa Barat, dengan sumberdaya dukungan yang begitu besar,luas dan mengakar. Sebuah tim besar yang sudah sepantasnya menorehkan prestasi besar juga, sayang, untuk saat ini Persib seperti Tim besar yang hanya mempunyai sejarah mengkilat tapi tanpa prestasi dalam satu dasawarsa terakhir. Torehan prestasi fenomenal yang terakhir dicatat Persib adalah ketika menjadi Juara Liga Indonesia untuk pertama kali dan menembus perempat final Piala Champion Asia. Suatu catatan yang luar biasa megingat sumberdaya saat itu belum sebaik sekarang, terutam dari sisi dukungan finansial. Hanya saja satu hal yang sangat mencolok perbedaannya yaitu tentang semangat bertanding dan semangat membawa nama besar persib disimpan di garda terdepan melebihi nilai kontrak,ego dan hal lainnya.
Sekarang Persib telah menjadi klub yang profesional dengan dukungan dana yang melimpah dan nilai kontrak pemain yang selangit. Status para pemain yang mentereng sebagai pemain nasional dikantongi 5 pemain Persib. Dan Pelatih yang dikehendaki oleh para pemain pun sudah dikabulkan manajemen.
Teringat masa kepelatihan Marek Janota yang melahirkan talenta-talenta besar dan melegenda di Persib,yang dibangun bukan satu musim kompetisi dan bukan tanpa cacat atau kelemahan. Namun pada saat itu para pengurus persib bersabar dan percaya bahwa bila Persib berjalan di track yang benar pada akhirnya akan menemukan apa yang dicita-citakan sebagaimana anak didik dari Marek Janota yang sudah membuktikannya.
Sekarang kecenderungan Persib membeli pemain Instant yang siap pakai dengan harapan bisa langsung menjadi Tim Juara sedang giat-giatnya dilakukan. Bukan membentuk Tim PERSIB sebagai Tim Para Juara, ingat di Indonesia kontrak pemain rata-rata setahun, jadi bila para bintang pergi maka Persib akan menjadi tim yang biasa-biasa saja, tapi bila PERSIB membangun sistem sebagai TIM para juara maka siapapun pemain yang bermain di Persib akan selalu bisa mengantarkan PERSIB JUARA, karena masuk kepada sebuah sistem dimana pemain dicetak sebagai para juara, baik dari Mental,Fisik,Sikap dan semangatnya. Ingat Manchester United membutuhkan waktu yang tidak sebentar untuk menjadi klub dengan tradisi kuat seperti sekarang. Tapi siapapun pemain yang masuk Ke Manchester United akan berubah menjadi pemain yang tangguh dan bermental juara,karena ada sistem yang berjalan disana.
SAYANG SEKALI SISTEM YANG NAMPAKNYA AKAN MULAI DIBANGUN OLEH PELATIH DARKO HARUS RONTOK, KARENA BELUM SIAPNYA SEMUA KOMPONEN DI PERSIB MULAI DARI PEMAIN,OFFISIAL DAN MANAGEMENT KLUB. MEREKA LEBIH MEMILIH MENJADIKAN PERSIB MENJADI JUARA AGAR NAMA MEREKA TERPAMPANG, TANPA PEDULI MUSIM SELANJUTNYA PERSIB SEPERTI APA. INGAT PSIS SETELAH JUARA MEREKA LANGSUNG DEGARDASI..MUDAH MUDAHAN PERSIB TIDAK HANYA MENJADI TIM JUARA MELAINKAN TIM PARA JUARA!! HIDUP PERSIB….
sudahlah,lihat dan dukung
Penulis: kaka aditia

sudahlah,ribut sana ribut sini malah memperlihatkan kelemahan kita. sekarang kita lihat dulu saja perkembangan persib versi umuh. kita real dan gentle aja, sama seperti sarat umuh terhadap darko, 3 pertandingan tanpa kemenangan,silahkan mundur,5 pertandingan tanpa kemenangan,bobotoh yang dahulu pernah mendemo darko silahkan (kalo berani) demo lagi tuntut umuh dan pelatih mundur.

itu saja...kita lihat saja hasilnya...
semakin banyak kita berbeda pendapat dan nenjurus manjadi kubu-kubu,semakin musuh merasa senang dan merendahkan kita.

3 pertandingan dengan kekalahan,rapatkan barisan, 5 pertandingan tanpa kemenangan, umuh mundur... setuju?

ayo kita tantang untuk bersikap gentle, berani ambil keputusan. darko memang sudah pergi, sudahlah,tak perlu kita tangisi, sekarang persib ini sudah hampir terbentuk, kita akan lihat hasilnya saja.

siapapun pelatih dan pemain pilihan umuh,tugas kita sebagai bobotoh saat ini hanya mendukung, namun jika gagal, kita bisa melakukan massa action,menuntut perbaikan lagi.

namun memang dalam pikiran pribadi, sungguh disayangkan tim sekelas persib,tim dengan kesiapan dana paling bagus,tim yang memiliki pendukung lebih banyak,militan, tim besar...harus mempunyai masalah internal,membuat tim tidak kondusif...

ahh,sekali lagi, tugas kita memang mendukung dan mendukung...karna persib akan slalu membutuhkan dukungan kita.

JADILAH PERSIB BERSATU"
Penulis: Aki-aki Jagjag

“NGAWANGUN KEBERSAMAAN DI TUBUH PERSIB”
Pokok permasalahan nu jadi kisruh ditubuh persib ayeuna, taya lian antara manajemen jeung pelatih kurang harmonis. Masalah ieu kudu cepet di ishlahkeun, sabab mun diantep berlarut-lrut bakal jadi pangaruh negatip keur situasi kabeh pamaen, nu ahirna penampilan pamaen oge moal optimal.
Euweuh deui cara ngan hiji sipat nu bisa ngomean situasi ieu nyaeta kudu “BERJIWA BESAR”
Sanggeus di titenan nu nimbulkeun kisruh aya sababaraha persoalan non tehnis nu teu nyambung, diantarana:
1.Beda nafsirkeun dina masalah wewenang ; Darko salahsahiji pelatih Eropa. Sabab di eropa mah pelatih teh boga wewenang mutlak nangtukeun sakabeh pamaen. Ayeuna ngalatih di Indonesia nu budayana oge beda, tangtu diawal gawena kudu aya masukan nu positip lain intimidasi.
2.Manajemen kurang pendekatan dina ihwal kondisi sepakbola Indonesia, contona dina ngajukeun pamaen nu kudu di kontrak. Coba puter video bola LSI, meureun Persib oge boga dokumen sakabeh pertandingan LSI. Tunjukeun pamaen nu rek direkomendasikeun ka pelatih, tangtu pelatih oge bisa neliti skill tiap-tiap pamaen melalui video eta. Ari ayeuna katinggali rada dictator dina mere saran ka pelatih.
3.Darko masih poekeun sepakbola Indonesia, jadi pihak manajemen kudu sabar mere penjelasan masalah ieu.
4.Rasa saling menghargai antara manajemen jeung pelatih kurang terlihat, sabab hubungan renggang, nu balukarna komunikasi kurang berjalan secara baik.
5.Ujicoba ngalawan team nu sapadan jarang, jadi pelatih can nyaho nu perlu di evaluasi, sabab pertandingan ujicoba samemeh LSI eta perlu pisan. Ngan pertandingan pra musim kitu ulah dijadikeun prestasi pikeun nganilai pelatih, justru ieu kapentingan pelatih pikeun ngaevaluasi para pamaenna.
Harmonis hubungan manajemen, pelatih, pamaen sampe bobotoh ieu perlu pisan di tingkatkeun pikeun ngawangun Persib nu tangguh tur utuh.
Sabab saha deui nu rek ngamajukeun Persib, iwal nu mikacinta ka Persib sorangan, terus masalah gejolak internal nu teu panteus ulah ditayangkeun dina media. Komo dina Televisi mah sabab budak leutik oge bisa nempo. Akibatna beuki harengheng, jiga teu boga pemikiran dewasa. Pan Persib teh Bermartabat, jadi sok jaga wibawa jeung Martabat Persib ku urang sararea. Lamun Persib hayang Juara sok urang bersatu ngamajukeun Persib, ulah mikirkeun ego masing-masing.
Hampura lain ngajar ngojay ka meri, lain ngabejaan maen bal ka Maradona, tapi ieu mah tanda kacinta kuring ka Persib. Ayeuna situasi alus pisan pikeun silih islahkeun unek-unek urang sakabeh, meungpeung suasana Iedulfitri. Punten kasadayana…..

Jovo Cuckovic Langsung Melatih Persib

Jovo Cuckovic Langsung Melatih Persib

Pelatih baru Persib, Jovo Cuckovic mulai bergabung bersama skuad "Pangeran Biru". Pada sesi latihan pagi, Sabtu (25/9) di Stadion Siliwangi, Jln. Lombok, Kota Bandung, Jovo turun langsung untuk memberi instruksi kepada Nova Arianto dkk. Jovo didampingi asisten pelatih Robby Darwis dan pelatih kiper Anwar Sanusi.

Ditemui seusai latihan, Jovo mengaku sangat senang dapat menjadi pelatih Persib. "Persib adalah klub besar, suporternya banyak, dan semua orang di sini memiliki motivasi jadi juara. Senang bisa melatih di sini," ujarnya.

Pria yang memiliki pengalaman 25 tahun melatih tim sepak bola antara lain di Serbia itu mengatakan, memiliki target bisa membawa Persib menjadi juara. "Akan tetapi, ini bukan target dari saya. Ini target pemain, pendukung, serta manajemen untuk menjadikan Persib juara," kata Jovo.

Kehadiran Jovo pada latihan hari itu disambut sangat baik mulai dari pemain, bobotoh, serta Manajer Persib Umuh Muchtar. Hal ini terlihat ketika selama latihan pemain sangat menikmati arahan Jovo. Tepuk tangan penonton juga riuh terdengar ketika Jovo memperlihatkan gaya melatihnya. Sementara itu, Umuh menyambut Jovo dengan berjabat tangan dan mengucapkan selamat datang saat memberikan pengarahan pada tim seusai latihan.

Sebelumnya, Jovo telah empat tahun bekerja sama dengan Janackovic sebagai asisten dan pelatih. Dua bulan melatih di Persib, yang juga merupakan pengalaman perdananya melatih di Indonesia. Pria berusia 61 tahun itu mendapatkan kesempatan menjadi pelatih utama dan tidak lagi bersama-sama dengan Janackovic.

Umuh mengungkapkan, kontrak untuk Jovo sudah disiapkan, sehingga pelatih asal Serbia tersebut tinggal tanda tangan. Menurut Umuh, Jovo akan dikontrak untuk satu musim ke depan, dengan nilai kontrak Rp 600 juta.

"Dengan bergabungnya Jovo, rencana untuk mendatangkan pelatih asal Inggris, Steve Darby tidak jadi untuk dilaksanakan. Saya melihat anak-anak enjoy dilatih dengan Jovo, semoga hasilnya sesuai dengan yang diharapkan," tutur Umuh.

Sementara itu, mengenai pemain asal Cile, Luis Alejandro Pena, Umuh mengatakan, saat ini yang Persib butuhkan adalah pemain belakang. Untuk itu, Pena akan dikembalikan ke asalnya. "Untuk posisi tengah, Persib sudah banyak pilihan. Untuk itu, Pena akan kami kembalikan," ujarnya.

Pada latihan hari itu, pemain persib melakukan game internal, dengan membagi mereka ke dalam dua tim. Tim yang diprediksi akan menjadi pemain starter saat kompetisi nanti adalah Cecep Supriyatna (kiper), Cristian Gonzales, Pablo Frances (depan), Jejen Zaenal Abidin, Hariono, Shahril Ishak, Atep (tengah), Baihakki Khaizan, Nova Arianto, Maman Abdurahman, dan Isnan Ali (belakang), sedangkan Markus Haris Maulana (kiper) bergantian dengan Cecep. Sementara itu, tim pelapis adalah Dadang Sudrajat (kiper), Airlangga, Munadi, Eka Ramdani, Luis Pena, Dias Angga, Gilang Angga, M. Agung Pribadi, Yudi Khoerudin, Wildansyah, dan Rendi Saputra.

Pemain depan Rachmat Afandi tidak mengikut game internal, karena mengalami cedera otot pada mata kaki kiri. Rahmat terlihat hanya melakukan latihan ringan di pinggir lapangan.

Menurut dokter tim Persib dr. Rafi Ghani, Rahmat mengalami cedera akibat latihan Jumat (24/9). "Kami sudah melakukan fisioterapi. Cedera ringan saja, karena saat melawan Persela, Selasa (28/9) sudah bisa turun ke lapangan lagi," ujarnya.

Skuad "Maung Bandung" akan bertolak ke Jawa Timur, Minggu (26/9). Persib memboyong 24 pemain yang akan berangkat ke Lamongan untuk menghadapi pertandingan perdana mereka di Liga Super Indonesia 2010/2011. Ke-24 pemain tersebut adalah yang telah menandatangani kontrak, termasuk Shahril Ishak. Mereka dinilai siap untuk menghadapi laga tandang perdana Djarum Liga Super Indonesia (DLSI) 2010-2011, melawan Persela serta Deltras Sidoarjo.


Skuad Persib 2010/2011

Markus Maulana

Penjaga Gawang
No.81
TTL : 14/03/1981
Dias Angga Putra
Gelandang Serang
No.26
Cecep Supriatna

Penjaga Gawang
No.55
TTL : 06/11/1975
Eka Ramdani

Gelandang Serang
No.8
TTL : 18/06/1984
Dadang Sudrajat

Penjaga Gawang
No.32
TTL : 22/03/1979
Atep
Gelandang kanan/kiri
No.7
TTL : 06/05/1985
Yudi Khoerudin
Stopper
No.87
TTL : 05/09/1987
Rendi Saputra

Gelandang Serang
No.10
Nova Arianto

Stopper
No.30
TTL : 04/11/1978
Munadi

Gelandang Bertahan
No.16
TTL : 25/01/1989
Maman Abdurahman
Stopper
No.5
TTL : 12/05/1982
Hariono

Gelandang Bertahan
No.24
TTL : 02/10/1985
Wildansyah
Bek Kanan
No.4
TTL : 03/01/1987

Airlangga Sucipto


Penyerang
No.9
TTL : 22/11/1985
Baihakki Khaizan

Stopper
No.3

Rachmat Affandi
Penyerang
No.11
TTL : 04/05/1984








Isnan Ali
Bek Kiri
N
o.25
TTL : 15/09/1979




Gilang Angga

Bek Kanan
No.12

TTL : 13/09/1980






Siswanto

Gelandang Kiri
No.22

TTL : 10/09/1984





Pablo Frances

Penyerang
No.20

TTL : 29/09/1982




Cristian Gonzales
(Uruguay)

Penyerang
No.99

TTL : 30/08/1975

Minggu, 19 September 2010

Surat Al-Baqarah was revealed in Al-Madinah


The Virtues of Surat Al-Baqarah

In Musnad Ahmad, Sahih Muslim, At-Tirmidhi and An-Nasa'i, it is recorded that Abu Hurayrah said that the Prophet said,

«لَا تَجْعَلُوا بُيُوتَكُمْ قُبُورًا فَإِنَّ الْبَيْتَ الَّذِي تُقْرَأُ فِيهِ سُورَةُ الْبَقَرَةِ لَا يَدْخُلُهُ الشَّيْطَان»

(Do not turn your houses into graves. Verily, Shaytan does not enter the house where Surat Al-Baqarah is recited.) At-Tirmidhi said, "Hasan Sahih.

Also, `Abdullah bin Mas`ud said, "Shaytan flees from the house where Surat Al-Baqarah is heard.'' This Hadith was collected by An-Nasa'i in Al-Yawm wal-Laylah, and Al-Hakim recorded it in his Mustadrak, and then said that its chain of narration is authentic, although the Two Sahihs did not collect it. In his Musnad, Ad-Darimi recorded that Ibn Mas`ud said, "Shaytan departs the house where Surat Al-Baqarah is being recited, and as he leaves, he passes gas.'' Ad-Darimi also recorded that Ash-Sha`bi said that `Abdullah bin Mas`ud said, "Whoever recites ten Ayat from Surat Al-Baqarah in a night, then Shaytan will not enter his house that night. (These ten Ayat are) four from the beginning, Ayat Al-Kursi (255), the following two Ayat (256-257) and the last three Ayat.'' In another narration, Ibn Mas`ud said, "Then Shaytan will not come near him or his family, nor will he be touched by anything that he dislikes. Also, if these Ayat were to be recited over a senile person, they would wake him up.''

Further, Sahl bin Sa`d said that the Messenger of Allah said,

«إِنَّ لِكُلِّ شَيْءٍ سَنَامًا، وَإِنَّ سَنَامَ الْقُرْآنِ الْبَقَرَةُ، وَإِنَّ مَنْ قَرَأَهَا فِي بَيْتِهِ لَيْلَةً لَمْ يَدْخُلْهُ الشَّيْطَانُ ثَلَاثَ لَيَالٍ، وَمَنْ قَرَأَهَا فِي بَيْتِهِ نَهَارًا لَمْ يَدْخُلْهُ الشَّيْطَانُ ثَلَاثَةَ أَيَّام»

(Everything has a hump (or, high peek), and Al-Baqarah is the high peek of the Qur'an. Whoever recites Al-Baqarah at night in his house, then Shaytan will not enter that house for three nights. Whoever recites it during a day in his house, then Shaytan will not enter that house for three days.) This Hadith was collected by Abu Al-Qasim At-Tabarani, Abu Hatim Ibn Hibban in his Sahih and Ibn Marduwyah.

At-Tirmidhi, An-Nasa'i and Ibn Majah recorded that Abu Hurayrah said, "The Messenger of Allah sent an expedition force comprising of many men and asked each about what they memorized of the Qur'an. The Prophet came to one of the youngest men among them and asked him, `What have you memorized (of the Qur'an) young man' He said, `I memorized such and such Surahs and also Al-Baqarah.' The Prophet said, `You memorized Surat Al-Baqarah' He said, `Yes.' The Prophet said, `Then you are their commander.' One of the noted men (or chiefs) commented, `By Allah! I did not learn Surat Al-Baqarah, for fear that I would not be able to implement it. The Messenger of Allah said,

«تَعَلَّمُوا القُرْآنَ وَاقْرَءُوهُ، فَإِنَّ مَثَلَ الْقُرْآنِ لِمَنْ تَعَلَّمَهُ فَقَرَأَ وَقَامَ بِهِ كَمَثَلِ جِرَابٍ مَحْشُوَ مِسْكًا يَفُوحُ رِيحُهُ فِي كُلِّ مَكَانٍ، وَمَثَلُ مَنْ تَعَلَّمَهُ فَيَرْقُدُ وَهُوَ فِي جَوْفِهِ كَمَثَلِ جِرَابٍ أُوكِيَ عَلى مِسْك»

(Learn Al-Qur'an and recite it, for the example of whoever learns the Qur'an, recites it and adheres to it, is the example of a bag that is full of musk whose scent fills the air. The example of whoever learns the Qur'an and then sleeps (i.e. lazy) while the Qur'an is in his memory, is the example of a bag that has musk, but is closed tight.)

This is the wording collected by At-Tirmidhi, who said that this Hadith is Hasan. In another narration, At-Tirmidhi recorded this same Hadith in a Mursal manner, so Allah knows best.

Also, Al-Bukhari recorded that Usayd bin Hudayr said that he was once reciting Surat Al-Baqarah while his horse was tied next to him. The horse started to make some noise. When Usayd stopped reciting, the horse stopped moving about. When he resumed reading, the horse started moving about again. When he stopped reciting, the horse stopped moving, and when he resumed reading, the horse started to move again. Meanwhile, his son Yahya was close to the horse, and he feared that the horse might step on him. When he moved his son back, he looked up to the sky and saw a cloud radiating with light that looked like lamps. In the morning, he went to the Prophet and told him what had happened and then said, "O Messenger of Allah! My son Yahya was close to the horse and I feared that she might step on him. When I attended to him and raised my head to the sky, I saw a cloud with lights like lamps. So I went, but I couldn't see it.'' The Prophet said, "Do you know what that was'' He said, "No.'' The Prophet said,

«تِلْكَ الْمَلَائِكَةُ دَنَتْ لِصَوْتِكَ وَلَو قَرَأْتَ لَأَصْبَحْتَ يَنْظُرُ النَّاسُ إِلَيْهَا، لَا تَتَوارَى مِنْهُم»

(They were the angels, they came close hearing your voice (reciting Surat Al-Baqarah), and if you had kept reading, the people would have been able to see the angels when the morning came, and the angels would not be hidden from their eyes.)

This is the narration reported by Imam Abu Ubayd Al-Qasim bin Salam in his book Fada'il Al-Qur'an.

Imam Ahmad said that Abu Nu`aym narrated to them that Bishr bin Muhajir said that `Abdullah bin Buraydah narrated to him from his father, "I was sitting with the Prophet and I heard him say,

«تَعَلَّمُوا سُورَةَ الْبَقَرَةِ فَإِنَّ أَخْذَهَا بَرَكَةٌ، وَتَرْكَهَا حَسْرَةٌ، وَلَا تَسْتَطِيعُهَا الْبَطَلَة»

(Learn Surat Al-Baqarah, because in learning it there is blessing, in ignoring it there is sorrow, and the sorceresses cannot memorize it.)

He kept silent for a while and then said,

«تَعَلَّمُوا سُورَةَ الْبَقَرَةِ وَآلَ عِمْرَانَ فَإِنَّهُمَا الزَّهْرَاوَانِ، يُظِلَّانِ صَاحِبَهُمَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ كَأَنَّهُمَا غَمَامَتَانِ أَوْ غَيَايَتَانِ أَوْ فِرْقَانِ مِنْ طَيْرٍ صَوَافَّ، وَإِنَّ الْقُرآنَ يَلْقى صَاحِبَهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حِينَ يَنْشَقُّ عَنْهُ قَبْرُهُ كَالرَّجُلِ الشَّاحِبِ فَيَقُولُ لَهُ: هَلْ تَعْرِفُنِي؟ فَيَقُولُ: مَا أَعْرِفُكَ. فَيَقُولُ: أَنَا صَاحِبُكَ الْقُرْآنُ الَّذِي أَظْمَأْتُكَ فِي الْهَوَاجِرِ وَأَسْهَرْتُ لَيْلَكَ وَإِنَّ كُلَّ تَاجِرٍ مِنْ وَرَاءِ تِجَارَتِهِ، وَإِنَّكَ الْيَوْمَ مِنْ وَرَاءِ كُلِّ تِجَارَةٍ فَيُعْطَى الْمُلْكَ بِيَمِينِهِ وَالْخُلْدَ بِشِمَالِهِ وَيُوضَعُ عَلَى رَأْسِهِ تَاجُ الْوَقَارِ، وَيُكْسَى وَالِدَاهُ حُلَّتَانِ لَا يَقُومُ لَهُمَا أَهْلُ الدُّنْيَا، فَيَقُولَانِ: بِمَا كُسِينَا هَذَا؟ فَيُقَالُ: بِأَخْذِ وَلَدِكُمَا الْقُرْآنَ ثُمَّ يُقَالُ: اقْرَأْ وَاصْعَدْ فِي دَرَجِ الْجَنَّةِ وَغُرَفِهَا، فَهُوَ فِي صُعُودٍ مَا دَامَ يَقْرأُ هَذًّا كَانَ أَوْ تَرْتِيلًا»

(Learn Surat Al-Baqarah and Al `Imran because they are two lights and they shade their people on the Day of Resurrection, just as two clouds, two spaces of shade or two lines of (flying) birds. The Qur'an will meet its companion in the shape of a pale-faced man on the Day of Resurrection when his grave is opened. The Qur'an will ask him, 'Do you know me' The man will say, 'I do not know you.' The Qur'an will say, 'I am your companion, the Qur'an, which has brought you thirst during the heat and made you stay up during the night. Every merchant has his certain trade. But, this Day, you are behind all types of trade.' Kingship will then be given to him in his right hand, eternal life in his left hand and the crown of grace will be placed on his head. His parents will also be granted two garments that the people of this life could never afford. They will say, 'Why were we granted these garments' It will be said, 'Because your son was carrying the Qur'an.' It will be said (to the reader of the Qur'an), 'Read and ascend through the levels of Paradise.' He will go on ascending as long as he recites, whether reciting slowly or quickly.)''

Ibn Majah also recorded part of this Hadith from Bishr bin Al-Muhajir, and this chain of narrators is Hasan, according to the criteria of Imam Muslim.

A part of this Hadith is also supported by other Hadiths. For instance, Imam Ahmad recorded that Abu Umamah Al-Bahili said that he heard the Messenger of Allah say,

«اقْرَأُوا الْقُرْآنَ فَإِنَّهُ شَافِعٌ لِأَهْلِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ اقْرَأُوا الزَّهْرَاوَيْنِ، الْبَقَرَةَ وَآلَ عِمْرَانَ، فَإِنَّهُمَا يَأْتِيَانِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ كَأَنَّهُمَا غَمَامَتَانِ، أَوْ كَأَنَّهُمَا غَيَايَتَانِ أَوْ كَأَنَّهُمَا فِرْقَانِ مِنْ طَيْرٍ صَوَافَّ، يُحَاجَّانِ عَنْ أَهْلِهِمَا يَوْمَ الْقِيَامَة»

(Read the Qur'an, because it will intercede on behalf of its people on the Day of Resurrection. Read the two lights, Al-Baqarah and Al `Imran, because they will come in the shape of two clouds, two shades or two lines of birds on the Day of Resurrection and will argue on behalf of their people on that Day.)

The Prophet then said,

« اقْرَأُوا الْبَقَرَةَ فَإِنَّ أَخْذَهَا بَرَكَةٌ وَتَرْكَهَا حَسْرَةٌ وَلَا تَسْتَطِيعُهَا الْبَطَلَة»

(Read Al-Baqarah, because in having it there is blessing, and in ignoring there is a sorrow and the sorceresses cannot memorize it.)

Also, Imam Muslim narrated this Hadith in the Book of Prayer

Imam Ahmad narrated that An-Nawwas bin Sam`an said that the Prophet said,

«يُؤْتَى بِالقُرْآنِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَأَهْلِهِ الَّذِينَ كَانُوا يَعْمَلُونَ بِهِ تَقْدَمُهُم سُورَةُ الْبَقَرَةِ وَآلُ عِمْرَان»

(On the Day of Resurrection the Qur'an and its people who used to implement it will be brought forth, preceded by Surat Al-Baqarah and Al `Imran.)

An-Nawwas said, "The Prophet set three examples for these two Surahs and I did not forget these examples ever since. He said,

«كَأَنَّهُمَا غَمَامَتَانِ، أَوْ ظُلَّتَانِ سَودَاوَانِ بَيْنَهُمَا شَرْقٌ، أَوْ كَأَنَّهُمَا فِرْقَانِ مِنْ طَيْرٍ صَوَافَّ، يُحَاجَّانِ عَنْ صَاحِبِهِمَا»

(They will come like two clouds, two dark shades or two lines of birds arguing on behalf of their people.)

It was also recorded in Sahih Muslim and At-Tirmidhi narrated this Hadith, which he rendered Hasan Gharib.

There is no disagreement over the view that Surat Al-Baqarah was revealed in its entirety in Al-Madinah. Moreover, Al-Baqarah was one of the first Surahs to be revealed in Al-Madinah, while, Allah's statement,

﴿وَاتَّقُواْ يَوْمًا تُرْجَعُونَ فِيهِ إِلَى اللَّهِ﴾

(And be afraid of the Day when you shall be brought back to Allah.) (2:281) was the last Ayah to be revealed from the Qur'an. Also, the Ayat about usury were among the last Ayat to be revealed. Khalid bin Ma`dan used to call Al-Baqarah the Fustat (tent) of the Qur'an. Some of the scholars said that it contains a thousand news incidents, a thousand commands and a thousand prohibitions. Those who count said that the number of Al-Baqarah's Ayat is two hundred and eighty-seven, and its words are six thousand two hundred and twenty-one words. Further, its letters are twenty-five thousand five hundred. Allah knows best.

Ibn Jurayj narrated that `Ata' said that Ibn `Abbas said, "Surat Al-Baqarah was revealed in Al-Madinah.'' Also, Khasif said from Mujahid that `Abdullah bin Az-Zubayr said; "Surat Al-Baqarah was revealed in Al-Madinah.'' Several Imams and scholars of Tafsir issued similar statements, and there is no difference of opinion over this as we have stated.

The Two Sahihs recorded that Ibn Mas`ud kept the Ka`bah on his left side and Mina on his right side and threw seven pebbles (at the Jamrah) and said, "The one to whom Surat Al-Baqarah was revealed (i.e. the Prophet ) performed Rami (the Hajj rite of throwing pebbles) similarly.'' The Two Sahihs recorded this Hadith.

Further, Ibn Marduwyah reported a Hadith of Shu`bah from `Aqil bin Talhah from `Utbah bin Marthad; "The Prophet saw that his Companions were not in the first lines and he said,

«يَا أَصْحَابَ سُورَةِ الْبَقَرَة»

(O Companions of Surat Al-Baqarah.) I Think that this incident occurred during the battle of Hunayn when the Companions retreated. Then, the Prophet commanded Al-`Abbas (his uncle) to yell out,

«يَا أَصْحَابَ الشَّجَرَة»

(O Companions of the tree!) meaning the Companions who participated in the pledge of Ar-Ridwan (under the tree). In another narration, Al- `Abbas cried, "O Companions of Surat Al-Baqarah!'' encouraging them to come back, so they returned from every direction. Also, during the battle of Al-Yamamah, against the army of Musaylimah the Liar, the Companions first retreated because of the huge number of soldiers in Musaylimah's army. The Muhajirun and the Ansar called out for each other, saying; "O people of Surat Al-Baqarah!'' Allah then gave them victory over their enemy, may Allah be pleased with all of the companions of all the Messengers of Allah.

﴿بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَـنِ الرَّحِيمِ ﴾

﴿الم ﴾

(In the Name of Allah, the Most Gracious, the Most Merciful) (1. Alif Lam Mim).

Kamis, 02 September 2010

Tugas Luar

KisahMesum.Com : Aku mendapat tugas dari Kebun Binatang Surabaya (KBS) dimana tempat aku bertugas sebagai dokter hewan untuk berangkat ke Taman Safari Indonesia (TSI) I di Bogor menghadiri workshop (lokakarya) mengenai Banteng (Bos Javanicus). Kami mendapat fasilitas pemberangkatan dengan menggunakan pesawat terbang dari Airport Juanda.

Pada hari yang telah ditentukan, aku meluncur menggunakan taxi menuju Airport Juanda yang jaraknya dari rumahku sangat jauh, jaraknya dari ujung kota Surabaya menuju ujung perbatasan kota Surabaya, yang mana sebenarnya Airport Juanda sudah termasuk Kabupaten Sidoarjo, sedangkan rumahku berada di kawasan Kenjeran, daerah ujung Surabaya Timur.

Seperti biasa, pakaianku bagian atasan adalah T Shirt tanpa lengan yang lebih tepat disebut singlet warna putih dengan dalaman tanpa BH, karena memang seperti yang pernah kuceritakan pada ceritaku terdahulu, aku sejak kecil memang tidak suka menggunakan BH hingga kini usiaku sudah menginjak 28 tahun pun aku tetap tidak terbiasa mengenakan BH.

Bagi pembaca yang belum pernah membaca kisahku terdahulu, silakan membacanya. Cara mencarinya, lihat saja di kolom sebelah kiri tulisan ini, tepatnya di sebelah kiri tampilan layar komputer anda. Nah, di situ terdapat daftar judul tulisan saya terdahulu dan klik saja yang anda suka. Selamat membacanya, jangan lupa memberi penilaian di kolom bawahnya ya. Silahkan beri penilaian yang obyektif.

T Shirt yang kukenakan bentuknya menempel di kulit mengikuti lekuk tubuhku bagian atas, sehingga tampak sekali bentuk lekukan yang menonjol di dadaku, termasuk bentuk puting susuku yang kentara sekali karena aku tidak mengenakan BH, aku yakin pasti membuat mata laki-laki akan terus memandang ke arah dadaku, namun di luarannya aku mengenakan blazer tidak terlalu tebal berwarna krem, sehingga dapat menutupi bagian dadaku dan aku tidak perlu khawatir bisa membuat lelaki mata keranjang terus memandangi dadaku dengan penuh gairah.

Bawahanku adalah rok mini yang bagian bawahnya lebar dan ada lipatan-lipatannya, jadi aku harus ekstra hati-hati apabila duduk, kalau tidak ingin CD model G Stringku terlihat oleh orang lain. G Stringku berwarna krem sesuai dengan warna rok mini yang kukenakan, modelnya yang mini hanya berupa tali nylon yang melingkar di pinggangku dengan model ada ikatan di kiri dan kanan pinggangku, selebihnya juga seutas tali nylon melingkar dari bagian belakang pinggangku, melilit ke bawah melintasi belahan pantatku yang sintal dan tersambung dengan secarik kain sutera tipis.

Ukuran sutera tipis yang menutup bagian depan kemaluanku tak lebih dari seukuran dua jari saja, jadi hanya mampu menutupi lubang kemaluanku saja sedangkan selebihnya bulu-bulu kemaluanku tidak semuanya tertutup dengan rapi, hingga saat kukenakan, G Stringku tidak dapat menutupi bulu-bulu kemaluanku secara keseluruhan dan bagian ujung bulu-bulu kemaluanku tetap menyeruak keluar melalui ujung secarik kain sutera tipis yang berbentuk segitiga itu.

Dari rumahku ke Airport Juanda ternyata cukup mahal juga hingga argo menunjukkan hampir enam puluh ribu rupiah. Setelah turun dan memberi pembayaran kepada sang sopir yang dari tadi melirikku melalui kaca spionnya – kaca spionnya memang sengaja diturunkannya mengarah ke bagian pahaku, aku pun turun menuju pintu keberangkatan, Heru (samaran), kawan seperjalananku ternyata sudah menunggu.

Heru adalah seorang sarjana peternakan, usianya 36 tahun, sudah berkeluarga dan punya anak. Orangnya cukup tampan dan tingginya 182 centimeter, lebih tinggi daripadaku yang hanya 170 centimeter, walaupun untuk ukuran wanita aku sudah termasuk cukup tinggi, apa lagi kini aku memakai sepatu model hak tinggi hingga saat kami berjalan tampak serasi sekali. Pakaian Heru biasa-biasa saja karena orangnya memang sederhana, namun perbedaan penampilan kami tidak terlampau mencolok dan kami tetap terlihat serasi.

Kami berdua langsung masuk menuju ruang tunggu. Tempat duduk ternyata telah penuh hingga kami putuskan menunggu di kios yang menjual makanan dan minuman yang ada di lorong sebelum masuk ke ruang tunggu, jadi kami terpaksa keluar lagi dari ruang tunggu. Kami mencari tempat duduk yang kebetulan ada meja kosongnya dengan bangku berhadapan. Kami berdua memesan kopi. Sambil meminum kopi, kami membahas materi apa saja nantinya yang akan dipaparkan, kalau seandainya di acara workshop tersebut kami diberi kesempatan untuk berbicara.

Posisi dudukku dengan mengenakan rok yang mini begini membuat belahan pahaku bagian atas agak tersingkap hingga akibatnya orang-orang yang duduk di sebelahku sering kali mencoba mencuri pandang ke bagian pahaku. Mata-mata mereka dengan nakal mencoba melirik pahaku yang putih dan mulus dan sengaja kubiarkan karena aku memang tidak dapat berbuat apapun untuk bisa menutupi bagian pahaku tersebut.

Tak lama setelah kami mereguk kopi, panggilan untuk boarding pun tiba. Kami berdua lalu menuju ruang tunggu dan langsung boarding. Ternyata pesawat penuh dengan penumpang yang sama-sama bertujuan akhir ke Jakarta. Aku duduk bersebelahan dengan Heru. Kembali saat duduk begini rok miniku jadi masalah tersendiri. Saat aku duduk secara otomatis rokku sedikit tertarik ke atas sehingga pahaku yang mulus kembali terlihat sampai agak tinggi.

Heru membisikiku nakal, “Pahamu mulus lho!”. Kucubit lengannya hingga dia mengaduh.

Sesampai di Bandara Internasional Cengkareng, kami berdua segera naik Bis Damri Full AC yang jurusannya ke Bogor. Perjalanan dari Cengkareng ke Bogor cukup jauh, memerlukan waktu berjam-jam sehingga aku sempat tidur-tidur ayam, terkadang juga tertidur sungguhan sehingga kepalaku secara tidak sadar tersandar di samping lengan Heru, dan Heru cukup bijaksana untuk membiarkannya, atau mungkin dia juga suka, siapa sih lelaki yang tidak suka lengannya disandari kepala cewek secantik aku (Bukan GR lho! Aku memang berwajah cukup cantik dan di antara para pegawai KBS aku juga menjadi bunganya).

Untuk menutupi pahaku yang terbuka agak tinggi, kulepas blazerku dan kutangkupkan di pangkuanku. Kubiarkan bagian dadaku hanya dengan T Shirt tanpa lengan saja. Aku tahu saat mata Heru melirik ke bawah ke bagian busungan dadaku dimana terlihat bagian puting susuku lebih menonjol keluar karena buah dadaku tak dibalut BH. Dalam perjalanan, rupanya Heru tidak tahan lagi menahan gejolak nafsunya hingga diam-diam tangan kirinya menyusup masuk ke dalam blazer yang kugunakan untuk menutupi pangkuanku tadi.

Mungkin dia tadinya hanya mencoba-coba menggodaku dengan menyusupkan tangannya ke pahaku, namun karena melihat reaksiku yang diam saja maka tangan Heru menjadi semakin berani saja mengelus pahaku. Posisi dirinya seperti tidak terjadi apa-apa, badan dan kepalanya tetap disandarkan di kursi, matanya dipejamkan seakan-akan sedang tertidur.

Aku merasakan ada aliran hangat mengalir dari pahaku naik ke atas ke seluruh bagian tubuhku. Terus terang walau kami berdua setiap hari selalu bertemu di KBS, hubungan kami tetap biasa-biasa saja sebatas profesi, pada hal bagian kami selalu berhubungan, aku sebagai dokter hewan dan Heru sebagai salah seorang Kepala Bagian di KBS.

Tangan Heru hanya meraba-raba mengelus pahaku bagian dalam, walau terkadang sampai ke bagian atas tepat di ujung pangkal pahaku, sehingga dapat kurasakan ujung-ujung bulu kemaluanku yang tersembul keluar dapat tersentuh oleh jari-jarinya. Timbul juga rangsangan tersendiri merasuki diriku, aku jadi horny oleh elusannya hingga kulingkarkan tanganku ke lengan kiri Heru yang ujung jarinya sedang asyik mengelus pahaku dan kusandarkan kepalaku sehingga membuat Heru semakin percaya diri lagi dan lebih berani mengelus pahaku, namun posisi kami di bis yang sedang berjalan di siang hari bolong tidak memungkinkan jari Heru berbuat lebih jauh lagi.

Ujung CD-ku pasti sudah mulai basah. Saat jari kelingking Heru mulai disentuh-sentuhkan ke celah-celah ujung selangkanganku, jarinya menyentuh bagian luar kemaluanku. Karena ujungnya hanya berupa secarik kain sutera yang tipis maka dapat kurasakan sentuhan jari kelingking Heru yang mengenai ujung klitorisku, tetapi posisi kami tidak memungkinkan Heru bisa berbuat lebih jauh, namun apa yang ia lakukan saat ini sudah merupakan suatu permulaan yang baru bagi perkenalan kami selama ini, karena selama ini kami di KBS tidak pernah melakukan hal yang tidak berkaitan dengan profesi kami.

Sesampai di Bogor, kami turun di pasar yang mungkin juga berfungsi sebagai terminal. Mobil milik TSI I yang warnanya khas loreng hijau sudah menanti kami. Sang sopir mempersilakan kami naik dan langsung mengantar kami ke Hotel Safari Garden yang juga milik TSI. Acara workshop bantengnya memang akan diselenggarakan di Hotel Safari Garden, dan pesertanya semua menginap di sana. Hari ini kami hanya melakukan pendaftaran dan malam harinya makan malam bersama dengan dijamu oleh tuan rumah.

Aku dan Heru mendapat masing-masing satu kamar sendiri-sendiri. Kamar kami bersebelahan namun tidak ada connecting doornya. Setiap areal kamar menggunakan nama-nama satwa. Kami menempati areal Komodo. Hampir semua kamar diisi oleh peserta workshop. Beberapa ada yang telah kami kenal tetapi banyak juga yang belum kami kenal. Mereka datang dari seluruh penjuru tanah air, ada yang dari instansi pemerintahan dan ada juga peserta yang dari kebun binatang di kota lain. Orang asingnya juga ada, mungkin dari pengamat atau juga Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) luar negeri.

Masih ada banyak waktu untuk istirahat, baru kemudian mandi dan malamnya mengikuti acara makan bersama. Kamar yang kutempati cukup nyaman, dindingnya dari bata yang tanpa disemen sehingga guratan batanya terlihat. Sampingnya berhadapan dengan pintu masuk yang terdiri dari jendela kaca yang lebar. Tidak ada slot atau gerendel di pintu sehingga kita harus menggunakan kunci untuk dapat menguncinya dari dalam.

Karena kunci pintu inilah akhirnya peristiwa ini terjadi. Rupanya saat aku masuk ke kamar tadi aku lupa mencabut kembali kunci pintunya, aku langsung saja masuk dan menutup pintu sehingga anak kunci tetap tergantung di luar tanpa kusadari. Di dalam kamar aku langsung menanggalkan rok miniku dan duduk di tempat tidur. Kurebahkan badanku sambil kakiku tetap terjulur ke lantai hingga posisi pahaku agak terbuka dan gundukan daging di pangkal selangkanganku jadi lebih menantang ke depan posisinya.

Mungkin karena perjalanan yang cukup melelahkan tadi ditambah tadi malam aku kurang tidur, maka aku sempat tertidur pulas dalam posisi seperti tadi. Saat aku tidur Heru rupanya mendatangi kamarku. Saat diketuk-ketuknya pintu kamarku dan tidak ada jawaban, namun melihat anak kunci tetap tergantung di luar kamarku membuat Heru penasaran dan mencoba membuka pintu kamarku. Heru cukup terkesima melihat pemandangan di hadapannya, seakan hampir tidak percaya apa yang sedang terlihat.

Dicabutnya anak kunci yang tergantung di luar kamar tadi dan dikuncinya pintu kamar dari dalam. Kini Heru sudah berada dalam kamarku, sementara aku sedang tidur pulas dalam posisi yang cukup merangsang semua lelaki yang melihatnya. Entah berapa lama Heru memandangi lekuk tubuhku juga bagian selangkanganku yang praktis tanpa penutup lagi itu, karena CD model G String yang kukenakan praktis bukan sebagai penutup yang sebenarnya dikarenakan bentuknya yang mini itu tadi, sehingga setiap bagian selangkanganku bisa terlihat dengan jelas sekali oleh Heru, yang kusadari saat aku mulai terbangun karena aku merasakan ada rasa geli merambah daerah pinggiran selangkanganku, rasanya geli dan nikmat, dan ternyata saat aku sadar dan terbangun dari tidurku, aku cukup dikejutkan oleh sosok Heru yang sedang menjilati pangkal pahaku.

“Hey.., Her.., gila kamu!”, hardikku tidak sungguh-sungguh.

Heru tidah menjawab. Lidahnya tetap menjelajahi selangkanganku. Mengetahui aku sudah terbangun, kini jilatannya sudah tidak perlu dilakukannya dengan hati-hati lagi. Kedua telapak tangannya memegang kedua lututku dan didorongkannya sedikit ke atas sehingga bukit kemaluanku lebih menungging menghadap ke atas, pahaku lebih dikangkangkannya lagi, posisi pantatku berada di bibir tempat tidur dan posisi Heru berjongkok di lantai sedangkan kepalanya berada di pangkal pahaku dan lidahnya tetap dijulurkan menyapu celah-celah lipatan selangkanganku. Saat itu CD-ku telah basah oleh lendirku sendiri.

Tali ikatan CD-ku di kiri dan kanan pinggang digigit dan ditarik dengan giginya hingga terpampang jelas sudah bentuk dan lekuk vaginaku di hadapan Heru yang wajahnya hanya berjarak sekian centimeter saja dari kemaluanku. Vaginaku mulai dijilatinya, lidahnya menjalar di sepanjang bibir vaginaku, dikorek-korekkannya dengan lidah celah-celah lipatan vaginaku. Lidahnya dijulurkan dan digesekkan naik turun sambil sesekali menari-nari di ujung klitorisku. Aku hanya bisa merasakan nikmatnya sambil meremas-remas buah dadaku sendiri dengan penuh nafsu, dan nyatanya nafsuku memang sudah memuncak sekali.

Cairan lendir yang keluar dari liang vaginaku semakin deras. Heru dengan lahap menghisapnya tanpa merasa jijik. Bibirnya terus mencium dan melumat habis bibir vaginaku. Dapat kurasakan hisapan mulutnya yang kuat menghisap liang vaginaku, lidahnya menjulur masuk ke dalam liang vaginaku dan sempat menyentuh dinding bagian dalamnya hingga saking dalamnya mulutnya menekan kemaluanku, hidung Heru yang mancung menempel dan menekan klitorisku. Aku mendapatkan kenikmatan lebih, apa lagi saat wajahnya dengan sengaja digeleng-gelengkan ke kiri dan ke kanan dengan posisi hidungnya tetap menempel di klitorisku dan bibirnya tetap mengulum bibir kemaluanku sambil lidahnya terus mengorek liang senggamaku. Aku tak kuasa membendung cairan hangat yang semakin deras mengalir membasahi vaginaku.

“Oocch! Heerr.. Teruu.. Uus! Aku orgasme Her..”, suaraku semakin parau saja.

Kugoyangkan pantatku mengikuti irama gesekan wajah Heru yang terbenam di selangkanganku dan aku merasakan cairan kental dari vaginaku menyembur keluar. Kujepit kepala Heru dengan pahaku, badanku menggigil hebat bagaikan orang kejang. Aku menarik nafas panjang sekali, sambil melepas semburan terakhirku yang sejak tadi telah dihisap dan ditelan Heru dengan rakus sekali hingga habis semua cairan yang ada di sekitar kemaluanku.

Heru tetap dengan asyiknya menjilati vaginaku. Dengan lahapnya Heru menelan semua lendirku hingga tanpa tersisa setetes pun. Setelah benar-benar bersih, Heru menaikkan jilatannya ke atas, ke arah perutku. Lidahnya bermain-main di pusarku sambil tangannya melepas T Shirt yang kupakai. Kubantu tangan Heru agar mudah melepaskannya. Merasa bahwa aku memberi lampu hijau, tangan Heru langsung meraba dan meremas kedua buah dadaku, jilatannya juga semakin naik menuju buah dadaku.

Tanpa sepengetahuanku, ternyata saat menjilat kemaluanku tadi, Heru melakukan jilatan sambil menanggalkan seluruh pakaian dan celananya termasuk juga CD yang dia pakai. Piawai sekali dia menanggalkan pakaian tanpa sepengetahuanku, pikirku dalam hati. Jadi saat jilatan Heru merambah naik ke atas tubuhku, dapat kurasakan kulit tubuhnya yang sudah tanpa busana alias bugil tanpa sehelai benang pun menutupi bagian tubuhnya yang tinggi dan ramping ini menyentuh langsung kulit tubuhku.

Jengkal demi jengkal jilatannya semakin naik. Mulut Heru sudah sampai ke dadaku. Kini giliran buah dadaku dijilatinya, mulut Heru seakan ingin menelan habis buah dadaku, jelas ukuran buah dadaku tidak cukup masuk semua ke dalam mulut Heru, namun lidahnya kini menari-nari di ujung puting susuku. Jari tangan kanannya meraba-raba selangkanganku, menggesek-gesek klitorisku hingga vaginaku basah lagi, nafsuku naik kembali. Sementara tangan kiri Heru tetap meremas buah dadaku dan tangan kanannya tetap bergerilya di kemaluanku, bibir Heru kini mencium dan melumat bibirku.

Kubalas lumatan bibir Heru dengan penuh nafsu, kujulurkan lidahku masuk ke rongga mulutnya. Heru menghisap lidahku, secara bergantian Heru juga menjulurkan lidahnya ke dalam mulutku dan kubalas dengan hisapan pula, kami berpagutan penuh nafsu. Kini Heru membetulkan posisinya sehingga berada di atasku, batang kemaluannya sudah mengarah ke hadapan liang vaginaku, bagaikan rudal yang sudah siap ditembakkan ke sasarannya. Aku merasakan sentuhan ujung batang kemaluan Heru di belahan vaginaku, kepala batang kemaluannya terasa keras sekali.

Dengan sekali dorongan, kepala penis Heru langsung menusuk liang vaginaku. Ditekannya sedikit kuat sehingga seluruh bagian kepala penisnya terbenam ke dalam liang senggamaku. Walau batang kemaluannya belum sempat masuk, aku merasakan getaran-getaran yang membuat otot vaginaku berdenyut, cairan yang membasahi vaginaku membuat batang kemaluan Heru yang tidak terlalu besar ini mudah sekali masuk ke dalam liang vaginaku hingga dengan sekali dorongan lagi maka batang kemaluan Heru pun masuk ke dalam sarangnya, blee.. ess.. Begitu merasa batang kemaluan Heru sudah memasuki liang senggamaku, kubalik badan Heru dengan posisi sekarang aku berada di atas tubuhnya, kududuki batang kemaluannya yang ternyata cukup panjang itu.

Walau aku tidak mengetahui berapa tepatnya panjang penis Heru karena tadi memang juga tidak sempat melihatnya, namun aku dapat merasakan penis Heru yang masuk ke vaginaku cukup panjang, rasanya seakan menusuk masuk ke dalam mengoyak rahimku. Kugoyangkan pantatku dan kuputar-putarkan, kukocok naik turun hingga batang kemaluan Heru setengahnya keluar masuk bermain di dalam liang vaginaku, tangan Heru masih sempat meremas-remas kedua buah dadaku.

Kini giliran Heru yang tidak tahan lagi dengan permainanku, ini dapat kulihat dari gelengan kepalanya menahan nikmat yang sebentar lagi tampaknya akan menyembur keluar. Dan ternyata benar juga, Heru memberikan aba-aba padaku bahwa dia akan mengalami orgasme.

“Kita ke.. luar sama-sama.., uuuhh.., aahh..”, rintihku sambil mempercepat kocokan dan goyangan pantatku.
“Uuu.. Uucch! Oo.. Oocch! Aa.. Aacch!”

Akupun orgasme secara bersamaan dengan Heru, bibir vaginaku mengeluarkan kedutan hingga meremas batang kemaluan Heru yang masih berada dalam liang senggamaku, aku yakin remasan bibir vaginaku tadi membuat sensasi tersendiri bagi batang kemaluan Heru.

Sperma Heru dan lendir vaginaku bercampur menjadi satu membanjiri liang vaginaku. Karena posisiku berada di atas, maka cairan kenikmatan itu mengalir keluar merembes melalui batang kemaluan Heru sehingga membasahi selangkangannya, banyak sekali dan kurasakan sedikit lengket-lengket agak kental cairan yang merembes keluar itu tadi. Kami berdua akhirnya terkulai lemas di tempat tidur, posisiku tengkurap di samping Heru yang terkulai telentang memandang langit-langit kamar.

Kami berdua sempat tertidur sebentar, setelah itu kami bersama-sama mandi. Kamar mandi hotel tidak terlalu besar namun cukup bagus, ada ruangan berbentuk segi empat di dalam kamar mandi, bentuknya kira-kira seperti lemari kaca. Kami berdua masuk ke dalamnya dan menyalakan shower, aku dan Heru saling bergantian menggosok tubuh kami, demikian pula saat menyabuni tubuh kami lakukan bergantian, saling raba, saling remas, namun mengingat kami harus buru-buru menghadiri acara makan bersama, maka kami tidak meneruskan melakukan hubungan badan kembali.

Terus terang sebenarnya saat itu kami sudah sama-sama bernafsu kembali, namun apa boleh buat, terpaksa kami tunda. Selesai mandi, Heru bergegas kembali ke kamarnya yang terletak persis di sebelah kamarku, dan aku pun ikut bergegas mengenakan pakaianku, rok mini yang tadi kupakai. Aku hanya mengganti CD dan T Shirtku saja, T Shirt yang hampir sama dengan yang kupakai tadi saat berangkat dari Surabaya, hanya yang kini kupakai warnanya krem sesuai dengan warna rok miniku.

CD yang kupakai petang ini juga model G String, namun warnanya putih. Setelah merapikan penampilanku, kukenakan blazerku tadi. Sambil memandang wajahku di kaca, kurapikan rambutku, kusemprotkan sedikit parfum di ketiakku kemudian aku keluar kamar yang hampir bersamaan waktunya dengan Heru yang juga keluar dari kamarnya, lalu kami berdua langsung berjalan menuju areal dimana diadakan acara jamuan makan malam tersebut.

KisahMesum.Com : Aku adalah mahasiswi disebuah universitas swasta di kota “S”, nama initialku Rus, dan aku pernah mengirimkan cerita “Rahasiaku” kepada situs ini.

*****

Awal mula aku mengalami Making Love dengan seorang wanita yang mengubah orientasi seksualku menjadi seorang biseksual, aku mengalami percintaan sesama jenis ketika usiaku 20 tahun dengan seorang wanita berusia 45 tahun, entah mengapa semuanya terjadi begitu saja terjadi mungkin ada dorongan libidoku yang ikut menunjang semua itu dan semua ini telah kuceritakan dalam “Rahasiaku.”

Wanita itu adalah Ibu Kos-ku, ia bernama Tante Maria, suaminya seorang pedagang yang sering keluar kota. Dan akibat dari pengalaman bercinta dengannya aku mendapat pelayanan istimewa dari Ibu Kos-ku, tetapi aku tak ingin menjadi lesbian sejati, sehingga aku sering menolak bila diajak bercinta dengannya, walaupun Tante Maria sering merayuku tetapi aku dapat menolaknya dengan cara yang halus, dengan alasan ada laporan yang harus kukumpulkan besok, atau ada test esok hari sehingga aku harus konsentrasi belajar, semula aku ada niat untuk pindah kos tetapi Tante Maria memohon agar aku tidak pindah kos dengan syarat aku tidak diganggu lagi olehnya, dan ia pun setuju. Sehingga walaupun aku pernah bercinta dengannya seperti seorang suami istri tetapi aku tak ingin jatuh cinta kepadanya, kadang aku kasihan kepadanya bila ia sangat memerlukanku tetapi aku harus seolah tidak memperdulikannya. Kadang aku heran juga dengan sikapnya ketika suaminya pulang kerumah mereka seakan tidak akur, sehingga mereka berada pada kamar yang terpisah.

Hingga suatu hari ketika aku pulang malam hari setelah menonton bioskop dengan teman priaku, waktu itu jam sudah menunjukkan pukul setengah sebelas malam, karena aku mempunyai kunci sendiri maka aku membuka pintu depan, suasana amat sepi lampu depan sudah padam, kulihat lampu menyala dari balik pintu kamar kos pramugari itu,
“Hmm.. ia sudah datang,” gumamku, aku langsung menuju kamarku yang letaknya bersebelahan dengan kamar pramugari itu. aku bersihkan wajahku dan berganti pakaian dengan baju piyamaku, lalu aku menuju ke pembaringan, tiba-tiba terdengar rintihan-rintihan yang aneh dari kamar sebelah. Aku jadi penasaran karena suara itu sempat membuatku takut, kucoba memberanikan diri untuk mengintip kamar sebelah karena kebetulan ada celah udara antara kamarku dengan kamar pramugari itu, walaupun ditutup triplek aku mencoba untuk melobanginya, kuambil meja agar aku dapat menjangkau lubang udara yang tertutup triplek itu.

Lalu pelan pelan kutusukan gunting tajam agar triplek itu berlobang, betapa terkejutnya aku ketika kulihat pemandangan di kamar sebelahku. Aku melihat Tante Maria menindih seorang wanita yang kelihatan lebih tinggi, berkulit putih, dan berambut panjang, mereka berdua dalam keadaan bugil, lampu kamarnya tidak dipadamkan sehingga aku dapat melihat jelas Tante Maria sedang berciuman bibir dengan wanita itu yang mungkin pramugari itu. Ketika Tante Maria menciumi lehernya, aku dapat melihat wajah pramugari itu, dan ia sangat cantik wajahnya bersih dan mempunyai ciri khas seorang keturunan ningrat. Ternyata pramugari itu juga terkena rayuan Tante Maria, ia memang sangat mahir membuat wanita takluk kepadanya, dengan sangat hati-hati Tante Maria menjilati leher dan turun terus ke bawah. Bibir pramugari itu menganga dan mengeluarkan desahan-desahan birahi yang khas, wajahnya memerah dan matanya tertutup sayu menikmati kebuasan Tante Maria menikmati tubuhnya itu. Tangan Tante Maria mulai memilin puting payudara pramugari itu, sementara bibirnya menggigit kecil puting payudara sebelahnya. Jantungku berdetak sangat kencang sekali menikmati adegan itu, belum pernah aku melihat adegan lesbianisme secara langsung, walaupun aku pernah merasakannya. Dan ini membuat libidiku naik tinggi sekali, aku tak tahan berdiri lama, kakiku gemetaran, lalu aku turun dari meja tempat aku berpijak, walau aku masih ingin menyaksikan adegan mereka berdua.

Dadaku masih bergemuru. Entah mengapa aku juga ingin mengalami seperti yang mereka lakukan. Kupegangi liang vaginaku, dan kuraba klitorisku, seiring erangan-erangan dari kamar sebelah aku bermasturbasi sendiri. Tangan kananku menjentik-jentikan klitorisku dan tangan kiriku memilin-milin payudaraku sendiri, kubayangkan Tante Maria mencumbuiku dan aku membayangkan juga wajah cantik pramugari itu menciumiku, dan tak terasa cairan membasahi tanganku, walaupun aku belum orgasme tapi tiba-tiba semua gelap dan ketika kubuka mataku, matahari pagi sudah bersinar sangat terang.

Aku mandi membersihkan diriku, karena tadi malam aku tidak sempat membersihkan diriku. Aku keluar kamar dan kulihat mereka berdua sedang bercanda di sofa. Ketika aku datang mereka berdua diam seolah kaget dengan kehadiranku. Tante Maria memperkenalkan pramugari itu kepadaku,
“Rus, kenalkan ini pramugari kamar sebelahmu.”
Kusorongkan tangan kepadanya untuk berjabat tangan dan ia membalasnya,
“Hai, cantik namaku Vera, namamu aku sudah tahu dari Ibu Kos, semoga kita dapat menjadi teman yang baik.”
Kulihat sinar matanya sangat agresif kepadaku, wajahnya memang sangat cantik, membuatku terpesona sekaligus iri kepadanya, ia memang sempurna. Aku menjawab dengan antusias juga,
“Hai, Kak, kamu juga cantik sekali, baru pulang tadi malam.”
Dan ia mengangguk kepala saja, aku tak tahu apa lagi yang diceritakan Tante Maria kepadanya tentang diriku, tapi aku tak peduli kami beranjak ke meja makan. Di meja makan sudah tersedia semua masakan yang dihidangkan oleh Tante Maria, kami bertiga makan bersama. Kurasakan ia sering melirikku walaupun aku juga sesekali meliriknya, entah mengapa dadaku bergetar ketika tatapanku beradu dengan tatapannya.

Tiba-tiba Tante Maria memecahkan kesunyian,
“Hari ini Tante harus menjenguk saudara Tante yang sakit, dan bila ada telpon untuk Tante atau dari suami Tante, tolong katakan Tante ke rumah Tante Diana.”
Kami berdua mengangguk tanda mengerti, dan selang beberapa menit kemudian Tante Maria pergi menuju rumah saudaranya. Dan tinggallah aku dan Vera sang pramugari itu, untuk memulai pembicaraan aku mengajukan pertanyaan kepadanya,
“Kak Vera, rupanya sudah kos lama disini.”
Dan Vera pun menjawab, “Yah, belum terlalu lama, baru setahun, tapi aku sering bepergian, asalku sendiri dari kota “Y”, aku kos disini hanya untuk beristirahat bila perusahaan mengharuskan aku untuk menunggu shift disini.”
Aku mengamati gaya bicaranya yang lemah lembut menunjukan ciri khas daerahnya, tubuhnya tinggi semampai. Dari percakapan kami, kutahu ia baru berumur 26 tahun. Tiba-tiba ia menanyakan hubunganku dengan Tante Maria. Aku sempat kaget tetapi kucoba menenangkan diriku bahwa Tante Maria sangat baik kepadaku. Tetapi rasa kagetku tidak berhenti disitu saja, karena Vera mengakui hubungannya dengan Tante Maria sudah merupakan hubungan percintaan.

Aku pura-pura kaget,
“Bagaimana mungkin kakak bercinta dengannya, apakah kakak seorang lesbian,” kataku.
Vera menjawab, “Entahlah, aku tak pernah berhasil dengan beberapa pria, aku sering dikhianati pria, untung aku berusaha kuat, dan ketika kos disini aku dapat merasakan kenyamanan dengan Tante Maria, walaupun Tante Maria bukan yang pertama bagiku, karena aku pertama kali bercinta dengan wanita yaitu dengan seniorku.”
Kini aku baru mengerti rahasianya, tetapi mengapa ia mau membocorkan rahasianya kepadaku aku masih belum mengerti, sehingga aku mencoba bertanya kepadanya,
“Mengapa kakak membocorkan rahasia kakak kepadaku.”
Dan Vera menjawab, “Karena aku mempercayaimu, aku ingin kau lebih dari seorang sahabat.”
Aku sedikit kaget walaupun aku tahu isyarat itu, aku tahu ia ingin tidur denganku, tetapi dengan Vera sangat berbeda karena aku juga ingin tidur dengannya. Aku tertunduk dan berpikir untuk menjawabnya, tetapi tiba-tiba tangan kanannya sudah menyentuh daguku.

Ia tersenyum sangat manis sekali, aku membalas senyumannya. Lalu bibirnya mendekat ke bibirku dan aku menunggu saat bibirnya menyentuhku, begitu bibirnya menyentuh bibirku aku rasakan hangat dan basah, aku membalasnya. Lidahnya menyapu bibirku yang sedkit kering, sementara bibirku juga merasakan hangatnya bibirnya. Lidahnya memasuki rongga mulutku dan kami seperti saling memakan satu sama lain. Sementara aku fokus kepada pagutan bibirku, kurasakan tangannya membuka paksa baju kaosku, bahkan ia merobek baju kaosku. Walau terkejut tapi kubiarkan ia melakukan semuanya, dan aku membalasnya kubuka baju dasternya. Ciuman bibir kami tertahan sebentar karena dasternya yang kubuka harus dibuka melewati wajahnya.

Kulihat Bra hitamnya menopang payudaranya yang lumayan besar, hampir seukuran denganku tetapi payudaranya lebih besar. Ketika ia mendongakkan kepalanya tanpa menunggu, aku cium leher jenjangnya yang sexy, sementara tanggannya melepas bra-ku seraya meremas-remas payudaraku. Aku sangat bernafsu saat itu aku ingin juga merasakan kedua puting payudaranya. Kulucuti Bra hitamnya dan tersembul putingnya merah muda tampak menegang, dengan cepat kukulum putingnya yang segar itu. Kudengar ia melenguh kencang seperti seekor sapi, tapi lenguhan itu sangat indah kudengar. Kunikmati lekuk-lekuk tubuhnya, baru kurasakan saat ini seperti seorang pria, dan aku mulai tak dapat menahan diriku lalu kurebahkan Vera di sofa itu. Kujilati semua bagian tubuhnya, kulepas celana dalamnya dan lidahku mulai memainkan perannya seperti yang diajarkan Tante Maria kepadaku. Entah karena nafsuku yang menggebu sehingga aku tidak jijik untuk menjilati semua bagian analnya. Sementara tubuh Vera menegang dan Vera menjambak rambutku, ia seperti menahan kekuatan dasyat yang melingkupinya.

Ketika sedang asyik kurasakan tubuh Vera, tiba-tiba pintu depan berderit terbuka. Spontan kami berdua mengalihkan pandangan ke kamar tamu, dan Tante Maria sudah berdiri di depan pintu. Aku agak kaget tetapi matanya terbelalak melihat kami berdua berbugil. Dijatuhkannya barang bawaannya dan tanpa basa-basi ia membuka semua baju yang dikenakannya, lalu menghampiri Vera yang terbaring disofa. Diciuminya bibirnya, lalu dijilatinya leher Vera secara membabi buta, dan tanggannya yang satu mencoba meraihku. Aku tahu maksud Tante Maria, kudekatkan wajahku kepadanya, tiba-tiba wajahnya beralih ke wajahku dan bibirnya menciumi bibirku. aku membalasnya, dan Vera mencoba berdiri kurasakan payudaraku dikulum oleh lidah Vera. Aku benar-benar merasakan sensasi yang luar biasa kami bercinta bertiga. Untung waktu itu hujan mulai datang sehingga lingkungan mulai berubah menjadi dingin, dan keadaan mulai temaram. Vera kini melampiaskan nafsunya menjarah dan menikmati tubuhku, sementara aku berciuman dengan Tante Maria. Vera menghisap klitorisku, aku tak tahu perasaan apa pada saat itu. Setelah mulut Tante Maria meluncur ke leherku aku berteriak keras seakan tak peduli ada yang mendengar suaraku. Aku sangat tergetar secara jiwa dan raga oleh kenikmatan sensasi saat itu.

Kini giliranku yang dibaringkan di sofa, dan Vera masih meng-oral klitorisku, sementara Tante Maria memutar-mutarkan lidahnya di payudaraku. Akupun menjilati payudara Tante Maria yang sedikit kusut di makan usia, kurasakan lidah-lidah mereka mulai menuruni tubuhku. Lidah Vera menjelejah pahaku dan lidah Tante Maria mulai menjelajah bagian sensitifku. Pahaku dibuka lebar oleh Vera, sementara Tante Maria mengulangi apa yang telah dilakukan Vera tadi, dan kini Vera berdiri dan kulihat ia menikmati tubuh Tante Maria. Dijilatinya punggung Tante Maria yang menindihku dengan posisi 69, dan Vera menelusuri tubuh Tante Maria. Tetapi kemudian ia menatapku dan dalam keadaan setengah terbuai oleh kenikmatan lidah Tante Maria. Vera menciumi bibirku dan aku membalasnya juga, hingga tak terasa kami berjatuhan dilantai yang dingin. Aku sangat lelah sekali dikeroyok oleh mereka berdua, sehingga aku mulai pasif. Tetapi mereka masih sangat agresif sekali, seperti tidak kehabisan akal Vera mengangkatku dan mendudukan tubuhku di kedua pahanya, aku hanya pasrah. Sementara dari belakang Tante Maria menciumi leherku yang berkeringat, dan Vera dalam posisi berhadapan denganku, ia menikmatiku, menjilati leherku, dan mengulum payudaraku. Sementara tangan mereka berdua menggerayangi seluruh tubuhku, sedangkan tanganku kulingkarkan kebelakang untuk menjangkau rambut Tante Maria yang menciumi tengkuk dan seluruh punggungku.

Entah berapa banyak rintihan dan erangan yang keluar dari mulutku, tetapi seakan mereka makin buas melahap diriku. Akhirnya aku menyerah kalah aku tak kuat lagi menahan segalanya aku jatuh tertidur, tetapi sebelum aku jatuh tertidur kudengar lirih mereka masih saling menghamburkan gairahnya. Saat aku terbangun adalah ketika kudengar dentang bel jam berbunyi dua kali, ternyata sudah jam dua malam hari. Masih kurasakan dinginnya lantai dan hangatnya kedua tubuh wanita yang tertidur disampingku. Aku mencoba untuk duduk, kulihat sekelilingku sangat gelap karena tidak ada yang menyalakan lampu, dan kucoba berdiri untuk menyalakan semua lampu. Kulihat baju berserakan dimana-mana, dan tubuh telanjang dua wanita masih terbuai lemas dan tak berdaya. Kuambilkan selimut untuk mereka berdua dan aku sendiri melanjutkan tidurku di lantai bersama mereka. Kulihat wajah cantik Vera, dan wajah anggun Tante Maria, dan aku peluk mereka berdua hingga sinar matahari datang menyelinap di kamar itu.

Pagi datang dan aku harus kembali pergi kuliah, tetapi ketika mandi seseorang mengetuk pintu kamar mandi dan ketika kubuka ternyata Vera dan Tante Maria. Mereka masuk dan di dalam kamar mandi kami melakukan lagi pesta seks ala lesbi. Kini Vera yang dijadikan pusat eksplotasi, seperti biasanya Tante Maria menggarap dari belakang dan aku menggarap Vera dari depan. Semua dilakukan dalam posisi berdiri. Tubuh Vera yang tinggi semampai membuat aku tak lama-lama untuk berciuman dengannya aku lebih memfokuskan untuk melahap buah dadanya yang besar itu. Sementara tangan Tante Maria membelai-belai daerah sensitif Vera. Dan tanganku menikmati lekuk tubuh Vera yang memang sangat aduhai. Percintaan kami dikamar mandi dilanjutkan di ranjang suami Tante Maria yang memang berukuran besar, sehingga kami bertiga bebas untuk berguling, dan melakukan semua kepuasan yang ingin kami rengkuh. Hingga pada hari itu aku benar-benar membolos masuk kuliah.

Hari-hari berlalu dan kami bertiga melakukan secara berganti-ganti. Ketika Vera belum bertugas aku lebih banyak bercinta dengan Vera, tetapi setelah seminggu Vera kembali bertugas ada ketakutan kehilangan akan dia. Mungkin aku sudah jatuh cinta dengan Vera, dan ia pun merasa begitu. Malam sebelum Vera bertugas aku dan Vera menyewa kamar hotel berbintang dan kami melampiaskan perasaan kami dan benar-benar tanpa nafsu. Aku dan Vera telah menjadi kekasih sesama jenis. Malam itu seperti malam pertama bagiku dan bagi Vera, tanpa ada gangguan dari Tante Maria. Kami bercinta seperti perkelahian macan yang lapar akan kasih sayang, dan setelah malam itu Vera bertugas di perusahaan maskapai penerbangannya ke bangkok.

Entah mengapa kepergiannya ke bandara sempat membuatku menitikan air mata, dan mungkin aku telah menjadi lesbian. Karena Vera membuat hatiku dipenuhi kerinduan akan dirinya, dan aku masih menunggu Vera di kos Tante Maria. Walaupun aku selalu menolak untuk bercinta dengan Tante Maria, tetapi saat pembayaran kos, Tante Maria tak ingin dibayar dengan uang tetapi dengan kehangatan tubuhku di ranjang. Sehingga setiap satu bulan sekali aku melayaninya dengan senang hati walaupun kini aku mulai melirik wanita lainnya, dan untuk pengalamanku selanjutnya kuceritakan dalam kesempatan yang lain.


Pinjaman Lunak

KisahMesum.Com : Pengalamanku ini terjadi pada tahun 1996 akhir, ketika aku sedang memulai usahaku di kota S. Aku baru saja menyelesaikan urusan pinjaman modalku pada sebuah bank swasta di kota ini. Pada masa itu belum ada tanda-tanda yang mengisyaratkan munculnya bencana ekonomi seperti belakangan ini, sehingga semua urusan banking terasa smooth saja.

Banker yang mengurusi pinjamanku ialah seorang mantan kawan SMA-ku dulu. Sebut saja namanya Nana. Ia baru beberapa bulan bekerja di bank tersebut setelah menyelesaikan studinya di Amerika. Semasa SMA, Nana ialah seorang yang menurutku termasuk golongan nerd. Berkaca mata, duduk di barisan depan, rajin bertanya, dan catatannya selalu laris difotokopi ketika menjelang musim ujian. Sedangkan aku sendiri termasuk golongan urakan, yang selalu mendapat nilai pas-pasan, kecuali untuk pelajaran olah raga. Harus kuakui, Nana tidak banyak berubah. Ia tetap saja nampak kuper dibalik kaca mata minus 3 itu. Untung saja pakaian kerja yang dikenakannya membuatnya nampak lebih ‘terbuka’. Aku ingat, ketika itu ia mengenakan blazer warna biru pastel, dan kemeja kuning muda. Ia juga mengenakan rok mini berwarna biru tua, dan sepatu berhak tinggi, sehingga tingginya yang hanya sekitar 165-an itu terlihat hampir menyamai tinggi badanku.

Setelah usai menandatangani tumpukan kontrak dan perjanjian, aku memutuskan untuk mengajaknya makan siang, bukan lagi sebagai kreditor, tapi sebagai seorang kawan lama. Nana setuju saja, mengingat bahwa pinjamanku waktu itu membuatnya memenuhi target bulanannya.

Kami meluncur menuju sebuah hotel yang cukup terkenal di kota S, karena satu gedung dengan pusat perbelanjaan TP3. Kami menghabiskan waktu cukup lama untuk memesan menu ala carte, karena harga menu buffet tentunya tidak terlalu ekonomis. Selama makan, Nana tampak diam saja, seperti biasanya. Aku mencoba mengamati wajahnya yang manis itu. Kulihat alisnya yang tipis, hidungnya yang mancung, bibirnya yang tipis, dan lehernya. Leher yang sangat indah, jenjang dan halus. Ketika aku melihat agak ke bawah lagi, kulihat kancing kemejanya yang paling atas tidak dikancingkan sehingga aku dapat berimajinasi bagaimana bentuk bagian tubuhnya yang berada di balik kemeja itu. Selagi asyik-asyiknya menikmati keindahan itu, rupanya Nana mengamatiku dari tadi.
Ia menyunggingkan senyum, mengambil serbet, mengelap bibirnya, dan berkata, “Jen, kamu masih seperti yang aku dengar dulu?”.
“Hmm.., Tergantung apa yang kamu pernah dengar dulu”, Jawabku agak kikuk.
“Pacaran dengan sesama jenis”, Jawabnya lugas. Membuat mataku sedikit terbelalak kaget dan menatap matanya yang bundar lucu itu.
“Yah.., Kalau gosip yang kamu dengar cukup lengkap, seharusnya kamu nggak perlu nanya ‘kan?”, Jawabku mencoba diplomatis.
“Cukup lengkap untuk bisa blackmail kamu”, Katanya.
“Haha, just kidding!”, ujarnya lagi agar aku tidak tersinggung. Aku hanya tersenyum saja dan pura-pura berkonsentrasi pada makan siangku.
“Bersyukurlah kamu bisa hidup normal”, Kataku mencoba bergaya bijak.
“Hihihi.., Udahlah Jen, kreditnya udah di-approved ‘kan?”, katanya lagi”, Nggak ada yang perlu ditakutin.., kecuali kalau bayarnya nunggak!”, Candanya.

Kami terdiam untuk beberapa saat, tapi kemudian aku merasakan sesuatu di betisku. Meja makan kami tergolong kecil, hingga posisi duduk kami cukup dekat, dan kaki kami bisa bersentuhan. Namun kali ini sentuhan itu seperti bukannya tak sengaja. Aku merasakan sentuhan jari kakinya mengusap betisku pelan-pelan, merambat naik ke lututku, bergerak menyusup masuk ke rok miniku, dan bergerak mengusap-usap paha kiriku bagian dalam.

Aku menatap matanya dalam-dalam sambil tidak tahu apa yang harus aku lakukan, tapi dia balik memandang wajahku, tersenyum, dilepaskannya gagang sendoknya, lalu tangannya menyentuh lehernya sendiri dengan ujung jari tengah. Seperti orang tolol, pandanganku mengikuti kemana larinya jari-jari lentik itu. Jemarinya bergerak pelan-pelan ke bawah, menyusuri lehernya, turun terus, lalu berhenti ketika tersangkut di kancing kemeja kuningnya. Pada saat itu juga jari kakinya yang sejak tadi diam di antara kedua pahaku disodokannya ke depan, menyenggol kewanitaanku, memang tidak tepat pada bibirnya, namun cukup memberiku sengatan birahi yang mendadak.
“Hkk..”, Aku merintih tertahan, memejamkan mataku untuk mengontrol perasaanku. Ketika mataku terbuka, nampak Nana tersenyum padaku, menunjukkan sebaris gigi yang bersih dan indah. Senyuman itu membuatku makin kikuk. Meskipun masa laluku kulewatkan dengan ‘bebas’, namun penampilan Nana yang anggun membuatku tidak mikir macam-macam padanya.., tapi setelah apa yang dilakukannya ini.., aku tidak tahu lagi. Akhirnya, setelah membisu cukup lama, aku melambaikan tangan pada waiter, dan membayar makan siang.
“Jenn”, Katanya sambil meletakkan tangannya di bahuku. “Aku punya membership di hotel ini, dan aku rasa aku perlu istirahat sedikit. Kamu mau menemaniku kan?”, Tanyanya dengan kalimat yang lugu namun sudah dapat ditebak artinya. Mengingat hubungan bisnisku dengan banknya, aku memutuskan untuk menurut.
Sebagai wanita, agak sulit bagiku untuk bercumbu rayu begitu saja dengan orang yang cukup asing. Hal itulah yang membuatku bengong saja meskipun kini aku sudah duduk di sofa dalam kamar executive hotel, sementara Nana berdiri di hadapanku dan melepas blazernya dengan gaya yang dibuat-buat agar merangsang. Melihatku tidak berespon, Nana melanjutkan permainannya, ia melepaskan satu persatu kancing kemejanya, lalu menyingkapkan kemejanya sehingga bahu kanannya yang halus dan putih bersih itu terlihat olehku.

Tali bra berwarna putih berenda tampak menghiasi bahu yang indah itu. Aku cukup mengagumi keindahan tubuhnya, namun aku masih segan untuk bereaksi, aku malu karena Nana pernah menjadi orang yang cukup aku hormati. Dilemparkannya kemejanya ke atas ranjang, menyusul bra dan celana dalamnya. Aku hanya diam menatap tubuhnya yang kini hanya terbalut rok mini biru tua itu. Payudaranya nampak indah sekali bentuknya, bulat, tidak terlalu besar namun kencang, putih bersih, dan putingnya kecil sekali berwarna coklat muda. Ia melangkahkan kakinya mendekati tempatku duduk.
“Jenn”, bisiknya, “Aku mendengar semua gosip tentang kamu. Tentang anak-anak basket yang lesbi, dan tentang apa yang kamu lakukan dengan guru geografi di perpustakaan waktu itu. In fact, hampir semua orang membicarakannya, namun nggak ada yang berani terang-terangan menuduh”, Sambungnya lagi.

Aku tetap diam, menundukkan kepalaku dengan rasa tidak enak.
“Aku iri dengan Reni dan Evelin yang bisa setiap saat mandi bersama kamu, tidur bareng di rumah kost, melihat kamu dengan kaos basah di ruang ganti..”, bisiknya lagi, seolah menelanjangi masa laluku yang hendak aku lupakan. Aku tetap tertunduk ketika tiba-tiba Nana meraih kepalaku dan mendongakkannya. Karena posisiku duduk dan dia berdiri, maka mataku langsung berhadapan dengan sepasang payudaranya yang indah itu, dengan puting-puting yang masih flat, menunggu untuk dibangunkan. Aku tetap terdiam, meski jari-jari Nana menyusupi rambutku yang lurus dan pendek, mengusap pipi dan rahangku, mengelus tengkukku lalu aku mendengar suaranya lagi.
“Jenn, please..”, Katanya, aku melirik ke atas, menatap matanya. Kaca matanya tak mampu menyembunyikan sorot memelas dari kedua mata bulatnya.

Tanganku memeluk pinggulnya menariknya mendekat. Aku segera mendaratkan bibirku tepat pada puting susu kanannya, menghisap, melingkarinya dengan lidahku, terus-menerus. Aku merasakan cengkeramannya pada kepalaku menguat, aku mendengar desahan nafasnya kian tak teratur, Aku melirik ke wajahnya, aku melihat alisnya menyatu, matanya terpejam, mulutnya ternganga mengeluarkan desahan nafas tak beraturan. Aku ikut kehilangan kontrol, wajahnya begitu membangkitkan hasratku, aku segera memindahkan mulutku ke puting susu kirinya, meremas payudaranya sambil mengulum putingnya, ekspresi wajahnya menunjukkan perasaan kegelian yang amat sangat, tubuhnya menggeliat-geliat kecil, kakinya tampak goyah, tak lama kemudian ia jadi lunglai seperti selembar handuk, rebah di atas karpet tebal kamar itu. Cukup lama aku memainkan kedua payudaranya dengan mulut dan tanganku sementara tangannya sendiri telah masuk ke balik rok mininya.

Tiba-tiba ia mendorongku hingga kini aku berada di bawah tubuhnya. Wajahnya nampak begitu dekat dengan wajahku, ia mendaratkan ciumannya di bibirku, menghisapnya kuat-kuat, sambil tangannya membuka kancing-kancing blazer dan kemejaku. Aku tidak mengerti kenapa aku hanya diam, namun kini aku merasakan tangannya telah menerobos bra Marks & Spencer-ku. Dilepaskannya bibirnya dari bibirku, ia menjilati dan menciumi seluruh rahang dan leherku, memberiku rasa hangat yang nikmat. Ditariknya braku ke atas hingga ia dapat melihat payudaraku. Ia tampak begitu bernafsu memandanginya diremas-remasnya kedua payudaraku dengan gemas sampai terasa agak sakit. Tiba-tiba mulutnya menyerbu puting susuku yang kiri, melumatnya, menghisap, dan menjilatinya. Rangsangan yang tiba-tiba membuatku terpejam dan meringis menahan rasa geli yang tiba-tiba menyerbu. Aku mendongakkan kepalaku ke atas, aku merasakan gerakan lidahnya semakin menjadi-jadi. Kedua puting susuku dijilati dan dihisapnya bergantian, rasanya geli sekali, tanganku mencoba mencengkeram pinggangnya, namun rasa geli pada puting-putingku terasa membuatku lemas dan aku merasakan sesuatu telah meleleh keluar dari kewanitaanku.

Ditariknya celana dalamku hingga lepas, disingkapkannya rok miniku ke atas, kakiku dikangkangkannya, lalu ia menempelkan kewanitaannya pada kewanitaanku, digosoknya naik turun, aku merasakan hangat dan nikmat yang tak tertahankan, aku merintih dan mengerang keras-keras tak peduli siapa yang akan mendengar. Aku terbaring telentang di atas karpet cokelat muda itu, aku melihatnya seperti menduduki selangkanganku, membuat kewanitaan kami saling bergesekan, tangannya berpegangan pada payudaraku, ibu jari dan telunjukknya memilin-milin keras puting susuku. Ia menggeliat-geliat sambil menaik-turunkan badannya, mendongakkan kepalanya ke atas, hingga aku dapat melihat keindahan rahangnya yang luar biasa.
Aku sendiri menggeliat-geliat mencoba menahan gempuran rasa geli dan nikmat yang mengalir membanjiri tubuhku lewat payudara dan kewanitaanku.
“Aduhh, Nanaa.., ohh..”, Aku seolah mendengar sendiri eranganku yang tak beraturan.
“Uhh.., Jennii.., nikmat sekalii”, Ia merintih-rintih tak karuan, nafasnya makin memburu, gesekan kewanitaan kami semakin terasa hangat dan lembap, pelintiran dan remasannya membuat payudaraku serasa pegal meskipun kegelian. Aku terengah-engah kegelian, punggungku terangkat dari karpet, melengkung seperti busur panah. Kenikmatan yang kudapatkan serasa merajam tubuhku, putingku terasa pegal dan geli karena diplintir-plintir dari tadi, sementara kewanitaanku terasa berdenyut-denyut, rintihanku semakin tak karuan, birahiku kian memuncak. Hingga akhirnya aku merasakan desakan dari dalam tubuhku menuju kewanitaanku, tubuhku terasa kejang dan kaku, aku berusaha menahan meski sia-sia, kewanitaanku terasa tak mampu membendungnya, hingga akhirnya hentakan orgasme menghantam tubuhku. Aku menjerit keras-keras, mencengkeram pinggang Nana, di tengah serbuan kenikmatan itu, aku sempat melihat badan Nana juga mengejang, gerakannya berhenti, namun aku tak dapat mengingatknya lagi, karena aku langsung mencapai puncak. Cairan kami saling bercampur diantara kewanitaan kami, Nana roboh dan terbaring disampingku, sementara aku sendiri merasa kehilangan seperempat kesadaranku karena orgasme yang lumayan dahsyat itu.

Kami tergeletak berdampingan, dengan tubuh basah oleh keringat, kaki terasa pegal, dan nafas terengah-engah, serta mata terkatup rapat.
Aku melirik tubuh Nana yang telanjang di sampingku, tengah memejamkan mata dan terkulai lemah. Aku sendiri tak kalah lelahnya, tubuhku masih dibalut business suit, namun sudah tersingkap di mana-mana, hingga payudaraku bisa merasakan dinginnya hawa AC ruangan, namun kenikmatan orgasme tadi segera mengantarku ke alam bawah sadar, semua gelap lagi.. Hanya kenikmatan dan kehangatan yang kurasakan mengalir dalam darahku.

Sang Pramugariku

KisahMesum.Com : Aku adalah mahasiswi disebuah universitas swasta di kota “S”, nama initialku Rus, dan aku pernah mengirimkan cerita “Rahasiaku” kepada situs ini.

*****

Awal mula aku mengalami Making Love dengan seorang wanita yang mengubah orientasi seksualku menjadi seorang biseksual, aku mengalami percintaan sesama jenis ketika usiaku 20 tahun dengan seorang wanita berusia 45 tahun, entah mengapa semuanya terjadi begitu saja terjadi mungkin ada dorongan libidoku yang ikut menunjang semua itu dan semua ini telah kuceritakan dalam “Rahasiaku.”

Wanita itu adalah Ibu Kos-ku, ia bernama Tante Maria, suaminya seorang pedagang yang sering keluar kota. Dan akibat dari pengalaman bercinta dengannya aku mendapat pelayanan istimewa dari Ibu Kos-ku, tetapi aku tak ingin menjadi lesbian sejati, sehingga aku sering menolak bila diajak bercinta dengannya, walaupun Tante Maria sering merayuku tetapi aku dapat menolaknya dengan cara yang halus, dengan alasan ada laporan yang harus kukumpulkan besok, atau ada test esok hari sehingga aku harus konsentrasi belajar, semula aku ada niat untuk pindah kos tetapi Tante Maria memohon agar aku tidak pindah kos dengan syarat aku tidak diganggu lagi olehnya, dan ia pun setuju. Sehingga walaupun aku pernah bercinta dengannya seperti seorang suami istri tetapi aku tak ingin jatuh cinta kepadanya, kadang aku kasihan kepadanya bila ia sangat memerlukanku tetapi aku harus seolah tidak memperdulikannya. Kadang aku heran juga dengan sikapnya ketika suaminya pulang kerumah mereka seakan tidak akur, sehingga mereka berada pada kamar yang terpisah.

Hingga suatu hari ketika aku pulang malam hari setelah menonton bioskop dengan teman priaku, waktu itu jam sudah menunjukkan pukul setengah sebelas malam, karena aku mempunyai kunci sendiri maka aku membuka pintu depan, suasana amat sepi lampu depan sudah padam, kulihat lampu menyala dari balik pintu kamar kos pramugari itu,
“Hmm.. ia sudah datang,” gumamku, aku langsung menuju kamarku yang letaknya bersebelahan dengan kamar pramugari itu. aku bersihkan wajahku dan berganti pakaian dengan baju piyamaku, lalu aku menuju ke pembaringan, tiba-tiba terdengar rintihan-rintihan yang aneh dari kamar sebelah. Aku jadi penasaran karena suara itu sempat membuatku takut, kucoba memberanikan diri untuk mengintip kamar sebelah karena kebetulan ada celah udara antara kamarku dengan kamar pramugari itu, walaupun ditutup triplek aku mencoba untuk melobanginya, kuambil meja agar aku dapat menjangkau lubang udara yang tertutup triplek itu.

Lalu pelan pelan kutusukan gunting tajam agar triplek itu berlobang, betapa terkejutnya aku ketika kulihat pemandangan di kamar sebelahku. Aku melihat Tante Maria menindih seorang wanita yang kelihatan lebih tinggi, berkulit putih, dan berambut panjang, mereka berdua dalam keadaan bugil, lampu kamarnya tidak dipadamkan sehingga aku dapat melihat jelas Tante Maria sedang berciuman bibir dengan wanita itu yang mungkin pramugari itu. Ketika Tante Maria menciumi lehernya, aku dapat melihat wajah pramugari itu, dan ia sangat cantik wajahnya bersih dan mempunyai ciri khas seorang keturunan ningrat. Ternyata pramugari itu juga terkena rayuan Tante Maria, ia memang sangat mahir membuat wanita takluk kepadanya, dengan sangat hati-hati Tante Maria menjilati leher dan turun terus ke bawah. Bibir pramugari itu menganga dan mengeluarkan desahan-desahan birahi yang khas, wajahnya memerah dan matanya tertutup sayu menikmati kebuasan Tante Maria menikmati tubuhnya itu. Tangan Tante Maria mulai memilin puting payudara pramugari itu, sementara bibirnya menggigit kecil puting payudara sebelahnya. Jantungku berdetak sangat kencang sekali menikmati adegan itu, belum pernah aku melihat adegan lesbianisme secara langsung, walaupun aku pernah merasakannya. Dan ini membuat libidiku naik tinggi sekali, aku tak tahan berdiri lama, kakiku gemetaran, lalu aku turun dari meja tempat aku berpijak, walau aku masih ingin menyaksikan adegan mereka berdua.

Dadaku masih bergemuru. Entah mengapa aku juga ingin mengalami seperti yang mereka lakukan. Kupegangi liang vaginaku, dan kuraba klitorisku, seiring erangan-erangan dari kamar sebelah aku bermasturbasi sendiri. Tangan kananku menjentik-jentikan klitorisku dan tangan kiriku memilin-milin payudaraku sendiri, kubayangkan Tante Maria mencumbuiku dan aku membayangkan juga wajah cantik pramugari itu menciumiku, dan tak terasa cairan membasahi tanganku, walaupun aku belum orgasme tapi tiba-tiba semua gelap dan ketika kubuka mataku, matahari pagi sudah bersinar sangat terang.

Aku mandi membersihkan diriku, karena tadi malam aku tidak sempat membersihkan diriku. Aku keluar kamar dan kulihat mereka berdua sedang bercanda di sofa. Ketika aku datang mereka berdua diam seolah kaget dengan kehadiranku. Tante Maria memperkenalkan pramugari itu kepadaku,
“Rus, kenalkan ini pramugari kamar sebelahmu.”
Kusorongkan tangan kepadanya untuk berjabat tangan dan ia membalasnya,
“Hai, cantik namaku Vera, namamu aku sudah tahu dari Ibu Kos, semoga kita dapat menjadi teman yang baik.”
Kulihat sinar matanya sangat agresif kepadaku, wajahnya memang sangat cantik, membuatku terpesona sekaligus iri kepadanya, ia memang sempurna. Aku menjawab dengan antusias juga,
“Hai, Kak, kamu juga cantik sekali, baru pulang tadi malam.”
Dan ia mengangguk kepala saja, aku tak tahu apa lagi yang diceritakan Tante Maria kepadanya tentang diriku, tapi aku tak peduli kami beranjak ke meja makan. Di meja makan sudah tersedia semua masakan yang dihidangkan oleh Tante Maria, kami bertiga makan bersama. Kurasakan ia sering melirikku walaupun aku juga sesekali meliriknya, entah mengapa dadaku bergetar ketika tatapanku beradu dengan tatapannya.

Tiba-tiba Tante Maria memecahkan kesunyian,
“Hari ini Tante harus menjenguk saudara Tante yang sakit, dan bila ada telpon untuk Tante atau dari suami Tante, tolong katakan Tante ke rumah Tante Diana.”
Kami berdua mengangguk tanda mengerti, dan selang beberapa menit kemudian Tante Maria pergi menuju rumah saudaranya. Dan tinggallah aku dan Vera sang pramugari itu, untuk memulai pembicaraan aku mengajukan pertanyaan kepadanya,
“Kak Vera, rupanya sudah kos lama disini.”
Dan Vera pun menjawab, “Yah, belum terlalu lama, baru setahun, tapi aku sering bepergian, asalku sendiri dari kota “Y”, aku kos disini hanya untuk beristirahat bila perusahaan mengharuskan aku untuk menunggu shift disini.”
Aku mengamati gaya bicaranya yang lemah lembut menunjukan ciri khas daerahnya, tubuhnya tinggi semampai. Dari percakapan kami, kutahu ia baru berumur 26 tahun. Tiba-tiba ia menanyakan hubunganku dengan Tante Maria. Aku sempat kaget tetapi kucoba menenangkan diriku bahwa Tante Maria sangat baik kepadaku. Tetapi rasa kagetku tidak berhenti disitu saja, karena Vera mengakui hubungannya dengan Tante Maria sudah merupakan hubungan percintaan.

Aku pura-pura kaget,
“Bagaimana mungkin kakak bercinta dengannya, apakah kakak seorang lesbian,” kataku.
Vera menjawab, “Entahlah, aku tak pernah berhasil dengan beberapa pria, aku sering dikhianati pria, untung aku berusaha kuat, dan ketika kos disini aku dapat merasakan kenyamanan dengan Tante Maria, walaupun Tante Maria bukan yang pertama bagiku, karena aku pertama kali bercinta dengan wanita yaitu dengan seniorku.”
Kini aku baru mengerti rahasianya, tetapi mengapa ia mau membocorkan rahasianya kepadaku aku masih belum mengerti, sehingga aku mencoba bertanya kepadanya,
“Mengapa kakak membocorkan rahasia kakak kepadaku.”
Dan Vera menjawab, “Karena aku mempercayaimu, aku ingin kau lebih dari seorang sahabat.”
Aku sedikit kaget walaupun aku tahu isyarat itu, aku tahu ia ingin tidur denganku, tetapi dengan Vera sangat berbeda karena aku juga ingin tidur dengannya. Aku tertunduk dan berpikir untuk menjawabnya, tetapi tiba-tiba tangan kanannya sudah menyentuh daguku.

Ia tersenyum sangat manis sekali, aku membalas senyumannya. Lalu bibirnya mendekat ke bibirku dan aku menunggu saat bibirnya menyentuhku, begitu bibirnya menyentuh bibirku aku rasakan hangat dan basah, aku membalasnya. Lidahnya menyapu bibirku yang sedkit kering, sementara bibirku juga merasakan hangatnya bibirnya. Lidahnya memasuki rongga mulutku dan kami seperti saling memakan satu sama lain. Sementara aku fokus kepada pagutan bibirku, kurasakan tangannya membuka paksa baju kaosku, bahkan ia merobek baju kaosku. Walau terkejut tapi kubiarkan ia melakukan semuanya, dan aku membalasnya kubuka baju dasternya. Ciuman bibir kami tertahan sebentar karena dasternya yang kubuka harus dibuka melewati wajahnya.

Kulihat Bra hitamnya menopang payudaranya yang lumayan besar, hampir seukuran denganku tetapi payudaranya lebih besar. Ketika ia mendongakkan kepalanya tanpa menunggu, aku cium leher jenjangnya yang sexy, sementara tanggannya melepas bra-ku seraya meremas-remas payudaraku. Aku sangat bernafsu saat itu aku ingin juga merasakan kedua puting payudaranya. Kulucuti Bra hitamnya dan tersembul putingnya merah muda tampak menegang, dengan cepat kukulum putingnya yang segar itu. Kudengar ia melenguh kencang seperti seekor sapi, tapi lenguhan itu sangat indah kudengar. Kunikmati lekuk-lekuk tubuhnya, baru kurasakan saat ini seperti seorang pria, dan aku mulai tak dapat menahan diriku lalu kurebahkan Vera di sofa itu. Kujilati semua bagian tubuhnya, kulepas celana dalamnya dan lidahku mulai memainkan perannya seperti yang diajarkan Tante Maria kepadaku. Entah karena nafsuku yang menggebu sehingga aku tidak jijik untuk menjilati semua bagian analnya. Sementara tubuh Vera menegang dan Vera menjambak rambutku, ia seperti menahan kekuatan dasyat yang melingkupinya.

Ketika sedang asyik kurasakan tubuh Vera, tiba-tiba pintu depan berderit terbuka. Spontan kami berdua mengalihkan pandangan ke kamar tamu, dan Tante Maria sudah berdiri di depan pintu. Aku agak kaget tetapi matanya terbelalak melihat kami berdua berbugil. Dijatuhkannya barang bawaannya dan tanpa basa-basi ia membuka semua baju yang dikenakannya, lalu menghampiri Vera yang terbaring disofa. Diciuminya bibirnya, lalu dijilatinya leher Vera secara membabi buta, dan tanggannya yang satu mencoba meraihku. Aku tahu maksud Tante Maria, kudekatkan wajahku kepadanya, tiba-tiba wajahnya beralih ke wajahku dan bibirnya menciumi bibirku. aku membalasnya, dan Vera mencoba berdiri kurasakan payudaraku dikulum oleh lidah Vera. Aku benar-benar merasakan sensasi yang luar biasa kami bercinta bertiga. Untung waktu itu hujan mulai datang sehingga lingkungan mulai berubah menjadi dingin, dan keadaan mulai temaram. Vera kini melampiaskan nafsunya menjarah dan menikmati tubuhku, sementara aku berciuman dengan Tante Maria. Vera menghisap klitorisku, aku tak tahu perasaan apa pada saat itu. Setelah mulut Tante Maria meluncur ke leherku aku berteriak keras seakan tak peduli ada yang mendengar suaraku. Aku sangat tergetar secara jiwa dan raga oleh kenikmatan sensasi saat itu.

Kini giliranku yang dibaringkan di sofa, dan Vera masih meng-oral klitorisku, sementara Tante Maria memutar-mutarkan lidahnya di payudaraku. Akupun menjilati payudara Tante Maria yang sedikit kusut di makan usia, kurasakan lidah-lidah mereka mulai menuruni tubuhku. Lidah Vera menjelejah pahaku dan lidah Tante Maria mulai menjelajah bagian sensitifku. Pahaku dibuka lebar oleh Vera, sementara Tante Maria mengulangi apa yang telah dilakukan Vera tadi, dan kini Vera berdiri dan kulihat ia menikmati tubuh Tante Maria. Dijilatinya punggung Tante Maria yang menindihku dengan posisi 69, dan Vera menelusuri tubuh Tante Maria. Tetapi kemudian ia menatapku dan dalam keadaan setengah terbuai oleh kenikmatan lidah Tante Maria. Vera menciumi bibirku dan aku membalasnya juga, hingga tak terasa kami berjatuhan dilantai yang dingin. Aku sangat lelah sekali dikeroyok oleh mereka berdua, sehingga aku mulai pasif. Tetapi mereka masih sangat agresif sekali, seperti tidak kehabisan akal Vera mengangkatku dan mendudukan tubuhku di kedua pahanya, aku hanya pasrah. Sementara dari belakang Tante Maria menciumi leherku yang berkeringat, dan Vera dalam posisi berhadapan denganku, ia menikmatiku, menjilati leherku, dan mengulum payudaraku. Sementara tangan mereka berdua menggerayangi seluruh tubuhku, sedangkan tanganku kulingkarkan kebelakang untuk menjangkau rambut Tante Maria yang menciumi tengkuk dan seluruh punggungku.

Entah berapa banyak rintihan dan erangan yang keluar dari mulutku, tetapi seakan mereka makin buas melahap diriku. Akhirnya aku menyerah kalah aku tak kuat lagi menahan segalanya aku jatuh tertidur, tetapi sebelum aku jatuh tertidur kudengar lirih mereka masih saling menghamburkan gairahnya. Saat aku terbangun adalah ketika kudengar dentang bel jam berbunyi dua kali, ternyata sudah jam dua malam hari. Masih kurasakan dinginnya lantai dan hangatnya kedua tubuh wanita yang tertidur disampingku. Aku mencoba untuk duduk, kulihat sekelilingku sangat gelap karena tidak ada yang menyalakan lampu, dan kucoba berdiri untuk menyalakan semua lampu. Kulihat baju berserakan dimana-mana, dan tubuh telanjang dua wanita masih terbuai lemas dan tak berdaya. Kuambilkan selimut untuk mereka berdua dan aku sendiri melanjutkan tidurku di lantai bersama mereka. Kulihat wajah cantik Vera, dan wajah anggun Tante Maria, dan aku peluk mereka berdua hingga sinar matahari datang menyelinap di kamar itu.

Pagi datang dan aku harus kembali pergi kuliah, tetapi ketika mandi seseorang mengetuk pintu kamar mandi dan ketika kubuka ternyata Vera dan Tante Maria. Mereka masuk dan di dalam kamar mandi kami melakukan lagi pesta seks ala lesbi. Kini Vera yang dijadikan pusat eksplotasi, seperti biasanya Tante Maria menggarap dari belakang dan aku menggarap Vera dari depan. Semua dilakukan dalam posisi berdiri. Tubuh Vera yang tinggi semampai membuat aku tak lama-lama untuk berciuman dengannya aku lebih memfokuskan untuk melahap buah dadanya yang besar itu. Sementara tangan Tante Maria membelai-belai daerah sensitif Vera. Dan tanganku menikmati lekuk tubuh Vera yang memang sangat aduhai. Percintaan kami dikamar mandi dilanjutkan di ranjang suami Tante Maria yang memang berukuran besar, sehingga kami bertiga bebas untuk berguling, dan melakukan semua kepuasan yang ingin kami rengkuh. Hingga pada hari itu aku benar-benar membolos masuk kuliah.

Hari-hari berlalu dan kami bertiga melakukan secara berganti-ganti. Ketika Vera belum bertugas aku lebih banyak bercinta dengan Vera, tetapi setelah seminggu Vera kembali bertugas ada ketakutan kehilangan akan dia. Mungkin aku sudah jatuh cinta dengan Vera, dan ia pun merasa begitu. Malam sebelum Vera bertugas aku dan Vera menyewa kamar hotel berbintang dan kami melampiaskan perasaan kami dan benar-benar tanpa nafsu. Aku dan Vera telah menjadi kekasih sesama jenis. Malam itu seperti malam pertama bagiku dan bagi Vera, tanpa ada gangguan dari Tante Maria. Kami bercinta seperti perkelahian macan yang lapar akan kasih sayang, dan setelah malam itu Vera bertugas di perusahaan maskapai penerbangannya ke bangkok.

Entah mengapa kepergiannya ke bandara sempat membuatku menitikan air mata, dan mungkin aku telah menjadi lesbian. Karena Vera membuat hatiku dipenuhi kerinduan akan dirinya, dan aku masih menunggu Vera di kos Tante Maria. Walaupun aku selalu menolak untuk bercinta dengan Tante Maria, tetapi saat pembayaran kos, Tante Maria tak ingin dibayar dengan uang tetapi dengan kehangatan tubuhku di ranjang. Sehingga setiap satu bulan sekali aku melayaninya dengan senang hati walaupun kini aku mulai melirik wanita lainnya, dan untuk pengalamanku selanjutnya kuceritakan dalam kesempatan yang lain.